Jul 17, 2024

Trader Mengincar Harga Bitcoin di $71.500 karena Open Interest Melonjak Hingga 13%

Bitcoin mungkin kembali bersiap untuk melonjak di atas angka $70.000 setelah berhasil merebut kembali level kritis yang telah diawasi oleh para trader selama dua bulan terakhir. 

Pada hari Selasa sendiri, Bitcoin berhasil melampaui harga $65.000, memicu spekulasi bahwa aset kripto ini bisa menuju ke angka $71.500 berdasarkan pola historis yang diamati oleh para investor kripto.

Kenaikan harga ini juga telah meningkatkan minat di kalangan trader futures yang bertaruh pada pergerakan harga Bitcoin dalam waktu dekat.

Pseudonymous trader Rekt Capital menyatakan bahwa “melampaui $65.000 berarti harga akan siap bergerak di dalam wilayah $65.000-$71.500,” dalam sebuah postingan di X pada 16 Juli.

Rekt merujuk pada grafik kluster harga Bitcoin mereka, yang membagi rentang harga menjadi kotak-kotak terpisah, untuk menunjukkan saat-saat sebelumnya ketika Bitcoin melampaui penghalang $65.000 sebelum mendekati level $71.500, yang telah terjadi empat kali tahun ini.

Saat ini, Bitcoin diperdagangkan pada $65.846, menurut data CoinMarketCap. Jika Bitcoin berhasil bergerak ke $71.500, tahap signifikan berikutnya akan menjadi harga tertinggi sepanjang masa Bitcoin di $73.649, yang dicapai pada 13 Maret.

Para Pelaku Short Trader Bitcoin Berpikir Sebaliknya

Meskipun banyak trader futures berasumsi naiknya Bitcoin. Namun, sejumlah besar posisi short berisiko dilikuidasi pada $71.500, menandakan banyak trader futures yakin harga tidak akan mencapai level tersebut dalam waktu dekat. 

Menurut data CoinGlass, sekitar $1,47 miliar dalam posisi short akan dilikuidasi pada harga $71.500. Meskipun demikian, dalam lima hari terakhir, kepercayaan di antara trader futures telah meningkat, dengan Open Interest (OI) dan jumlah total kontrak opsi Bitcoin yang belum dieksekusi meningkat hingga 13% selama periode yang sama.

Sementara itu, trader kripto anonim Mags menunjukkan bahwa penurunan harga Bitcoin baru-baru ini ke $56.649 pada 12 Juni, dianggap jatuh di bawah rata-rata pergerakan 200 hari, bisa menjadi sinyal bahwa Bitcoin bisa mengulangi pola historisnya yang terlihat pada Agustus 2023, di mana Bitcoin melonjak 17,5% menjadi $47.000 hanya dalam dua bulan. 

Mags dalam postingan X pada 16 Juli. mengatakan “Jika pola serupa terulang setelah penurunan baru-baru ini, maka kita bisa melihat Bitcoin segera mencapai harga di $70.000+”. 

Selain itu, trader kripto anonim Yoddha juga percaya bahwa penurunan tajam tersebut adalah “tipuan untuk menjebak semua investor menjadi panik.”

Trader Mengincar Harga Bitcoin di $71.500 karena Open Interest Melonjak Hingga 13%
by Rian Jakawardana

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan