Jul 11, 2024

Apakah Ini Waktu yang Tepat untuk Membeli Bitcoin?

Saat ini, Bitcoin menguat dengan ditemukan pijakannya di atas $58,000 dan hanya beberapa inci dari $60,000 critical psychological level. Usai seminggu bergejolak, stabilitas menjadi dorongan besar bagi para pembeli (bull). Meskipun terdapat kekuatan, penjual masih memegang kendali. Agar tren menjadi naik dan pembeli membangun momentum, bull harus membalikkan keuntungan pada 4 dan 5 Juli.

Apakah Ini saat yang Tepat untuk Membeli Bitcoin?

Di tengah optimisme bullish, seorang Analis dalam cuitannya di X mengatakan bahwa BTC berada di titik sempurna jika harga post-Halving selama bertahun-tahun harus dilewati. Ia mengatakan bahwa Bitcoin biasanya cenderung mencetak nilai tertinggi dengan melanjutkan tren naik pada 80 hari setelah Halving.

Pada 20 April, jaringan yang paling berharga di dunia mengurangi separuh imbalan penambangannya sekitar 6,25 menjadi 3,125 BTC. Meskipun para traders mengharapkan kenaikan harga, namun hal itu tidak akan segera terjadi. Bahkan, koreksi dari harga tertinggi bulan Maret 2024 terus berlanjut, dengan harga di tutup sekitar $53,500 pada bulan Mei. 

Penurunan tren ini terus berlanjut pada bulan Juni dengan penurunan lebih jauh para paruh pertama di bulan Juli, ketika BTC jatuh ke level terendah sebesar $53,500. Tepat 80 hari telah berlalu antara tanggal separuh di akhir April dan 9 Juli. Bulls terakumulasi sebagai bentuk persiapan untuk parabolic bull run.

Fase akumulasi ulang yang dipilih Analis juga strategis, terutama bagi para investor BTC yang cerdas. Setelah halving dan berkurangnya imbalan, penambang yang lemah cenderung menyerah. Saat mereka keluar dan menjual simpanan mereka, harga menjadi turun secara bersamaan.

Apakah Kapitulasi Pertambangan Bitcoin Berakhir?

Data menunjukkan bahwa penambang yang lemah cenderung ditutup dalam waktu enam hingga sepuluh minggu setelah fase halving. Berdasarkan kapitulasi mereka, bertepatan dengan kenaikan harga yang tajam. Pada akhir pekan lalu, menandai akhir minggu kesepuluh kapitulasi tambang yang paling lama sejak peristiwa halving di tahun 2012. Jika pergerakan harga sejalan dengan kinerja historis, maka dumping phase kemungkinan berakhir, dan Bitcoin sedang dalam fase lonjakan parabolic

Santiment Data menunjukkan bahwa sentiment bearish di kalangan traders Bitcoin di platforms media sosial seperti X dan Telegram tertinggi lebih dari setahun. Para aggressive traders dapat mengambil posisi berlawanan, memuat setiap penurunan pada tingkat ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan (FUD) yang ekstrim. 

Apakah Ini Waktu yang Tepat untuk Membeli Bitcoin?
by Ajeng Sri

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan