Jun 30, 2025

Kebijakan De-Stacking Trump Ringankan Beban Otomotif

Default Featured Image

Pemerintahan Presiden Donald Trump akhirnya menjawab keresahan para pelaku industri otomotif dengan menandatangani perintah eksekutif yang memberikan kelonggaran tarif impor terhadap mobil dan suku cadang asing. 

Langkah ini disambut baik oleh para raksasa otomotif seperti Ford, General Motors, dan Stellantis, meski Analis menilai dampaknya masih terbatas terhadap beban tarif secara keseluruhan.

Melalui kebijakan yang disebut “destacking,” produsen mobil kini hanya perlu membayar tarif tertinggi dari berbagai jenis bea masuk yang berlaku — alih-alih menanggung tarif berlapis seperti bea baja, aluminium, dan tarif terkait fentanyl asal China yang sebelumnya menumpuk di atas tarif mobil impor.

> “Automaker hanya akan membayar salah satu: tarif baja atau tarif mobil, tergantung mana yang lebih tinggi. Dananya akan dikembalikan dari penerimaan tarif, jadi tak membebani anggaran negara,” jelas Pejabat Departemen Perdagangan AS.

Berlaku Surut dan Sertakan Pengembalian Biaya

Menariknya, kebijakan ini berlaku secara retroaktif. Artinya, perusahaan otomotif yang telah membayar tarif tambahan bisa mengajukan pengembalian dana. 

Trump menandatangani perintah eksekutif ini di dalam Air Force One saat menuju kampanye di negara bagian Michigan — wilayah penting dengan basis industri otomotif besar.

Mulai 3 Mei 2025, kebijakan juga mencakup subsidi terhadap tarif suku cadang, yang akan diganti hingga 3.75% dari nilai mobil buatan AS pada tahun pertama, dan turun menjadi 2.5% pada tahun kedua sebelum dihentikan secara bertahap. 

Kalkulasi ini berdasarkan estimasi 15% suku cadang masih bersumber dari luar negeri, dikalikan dengan tarif 25% — sebuah skema offset agar pelaku industri punya waktu menyesuaikan rantai pasok.

Respons dari Industri: Positif, Tapi Belum Cukup

CEO Ford, Jim Farley, menyambut baik keputusan ini. “Langkah ini membantu mengurangi dampak beban tarif bagi produsen, pemasok, dan konsumen. Kami akan terus mendukung kebijakan yang memperkuat industri otomotif AS,” ujarnya.

Farley juga menekankan bahwa jika semua merek menyesuaikan proporsi produksi dalam negeri seperti Ford, maka AS bisa menambah 4 juta unit mobil rakitan lokal tiap tahunnya.

Stellantis dan GM pun menyatakan apresiasinya, meski GM memilih menunda panduan laba 2025 akibat ketidakpastian tarif, dan akan mengumumkan pembaruan pada panggilan pendapatan kuartal I mendatang.

Namun Analis Barclays, Dan Levy, menilai pelonggaran tarif ini belum banyak mengubah kondisi fundamental. 

> “Keringanan ini memang positif, tetapi dampaknya terbatas jika dibandingkan besarnya tarif utama: 25% untuk kendaraan, 25% untuk suku cadang, dan 20% untuk komponen asal China,” jelas Levy.

Tarik Nafas, tapi Belum Bebas

Meski belum sepenuhnya menghapus beban perdagangan, kebijakan baru ini memberi ruang bagi industri otomotif AS untuk menyusun ulang strategi rantai pasok dan mempertahankan daya saing. 

Pemerintah berharap insentif ini mendorong relokasi produksi dan perekrutan tenaga kerja di dalam negeri.

“Rampungkan produksi Anda di Amerika, dan Anda menang,” tegas Pejabat Departemen Perdagangan — pesan yang mencerminkan arah kebijakan Trump dalam upaya memulihkan dominasi industri dalam negeri menjelang pemilu.

Kebijakan De-Stacking Trump Ringankan Beban Otomotif
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan