Jun 30, 2025

Harga Bitcoin Bertahan di $95.000 atau Rontok Lagi? Ini Titik Kritisnya

Default Featured Image

Pasar kripto saat ini tengah menahan napas. Bitcoin, raja aset digital, kembali menghadapi titik krusial yang bisa menentukan arah tren harga dalam jangka pendek hingga menengah. $95.000 bukan sekadar angka ini adalah garis pertahanan terakhir sebelum gelombang koreksi berikutnya datang. Atau, justru awal dari perjalanan menuju rekor baru.

Kisah Harga $95.000 Support atau Resistensi Terakhir?

Dalam laporan pasar tanggal 6 Mei, Bitfinex menyoroti pentingnya level $95.000 sebagai “titik pivot” dalam struktur harga Bitcoin. Level ini merupakan batas bawah dari zona konsolidasi yang terbentuk selama tiga bulan antara November 2024 hingga Februari 2025.

Jika Bitcoin mampu bertahan di atas batas ini, maka akan terjadi yang disebut “pergeseran struktural” dari netral kembali ke sentimen bullish. Sebaliknya, jika harga jatuh di bawah $95.000, level ini bisa berubah menjadi resistensi keras yang mempercepat fase korektif.

“Saat ini Bitcoin sedang menguji zona kritis. Jika gagal bertahan, kita bisa melihat penurunan yang cukup signifikan dalam waktu dekat,” tulis tim analis Bitfinex.

Data Real-Time dan Posisi Pasar

Saat berita ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di sekitar $96.730, naik sekitar 3,03% dalam 24 jam terakhir (data CoinMarketCap). Angka ini memberikan sedikit harapan bahwa pasar masih punya tenaga, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed yang akan diumumkan hari ini, 7 Mei.

Namun, para trader jangka pendek harus waspada. Thomas Fahrer, analis kripto dari X (sebelumnya Twitter), memperingatkan bahwa ada sekitar $400 juta posisi short yang bisa terlikuidasi jika Bitcoin menembus $98.000.

“Send it,” tulisnya singkat, seakan menantang pasar untuk naik lebih tinggi dan menggulung posisi yang salah arah.

June Rally Harapan atau Ilusi?

Beberapa analis sebelumnya memperkirakan bahwa Juni 2025 bisa menjadi bulan di mana Bitcoin mencetak rekor baru. Jamie Coutts dari Real Vision menyebutkan target ambisius $123.000 di bulan Juni dalam proyeksi optimistisnya. Sementara itu, Cory Klippsten, CEO Swan Bitcoin, menilai peluang BTC mencapai all-time high sebelum akhir Juni ada di kisaran 50%.

Namun, sejarah tidak sepenuhnya mendukung optimisme ini. Data historis menunjukkan bahwa performa Bitcoin di bulan Juni sejak 2013 rata-rata berada di -0,35%. Ini berarti, meski ada potensi teknikal dan sentimen, tren musiman masih menjadi penghalang yang nyata.

Sentimen Pasar Greed is Back

Di tengah ketegangan teknikal dan ketidakpastian makro, satu hal yang tampak jelas: investor retail mulai berani lagi. Indeks Crypto Fear & Greed melonjak 8 poin ke level 67 dalam 24 jam terakhir, masuk lebih dalam ke zona “Greed”.

Ini mengindikasikan bahwa euforia pasar mulai terbentuk kembali, yang bisa jadi pedang bermata dua.

Naiknya indeks ini biasanya mengarah pada reli jangka pendek namun juga meningkatkan risiko pembalikan tajam, terutama jika terjadi berita negatif dari The Fed atau pasar global.

The Fed dan Ketidakpastian Moneter

Keputusan Federal Reserve sore ini bisa menjadi katalis besar bagi Bitcoin. Meskipun ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga masih sangat rendah menurut CME FedWatch Tool, kejutan dalam nada Jerome Powell bisa mengacaukan seluruh skenario yang ada.

Kita telah melihat bagaimana Bitcoin merespons kebijakan moneter ultra-longgar pada 2020-2021 dengan kenaikan vertikal. Maka dari itu, setiap sinyal perubahan dalam arah kebijakan The Fed akan langsung tercermin dalam harga aset kripto.

Pertempuran $95.000 Akan Menentukan

Bitcoin saat ini bukan hanya melawan resistensi teknikal, tapi juga bertarung di medan psikologis dan makroekonomi. Jika harga bertahan di atas $95.000, potensi menuju $100.000 atau bahkan $123.000 tetap terbuka.

Namun jika gagal bersiaplah untuk aksi jual lanjutan yang bisa menyeret harga kembali ke zona support yang lebih rendah seperti $89.000 atau $84.000.

Dalam pasar kripto, satu angka bisa mengubah segalanya. Dan saat ini, angka itu adalah $95.000.

Harga Bitcoin Bertahan di $95.000 atau Rontok Lagi? Ini Titik Kritisnya
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan