Jun 30, 2025

Chicago Fed President: Pemangkasan Suku Bunga Tergantung Perkembangan Inflasi

Default Featured Image

Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan pada hari Jumat bahwa ia masih melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga meskipun ada beberapa risiko yang mengancam prospek tersebut.

Berbicara dua hari setelah dia dan rekan-rekannya kembali memilih untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek, Goolsbee mengatakan kepada CNBC bahwa dia telah mendengar lebih banyak kekhawatiran dari bisnis di wilayahnya tentang dampak tarif dan potensinya untuk menaikkan harga, dan memperlambat pertumbuhan.

“Ketika Anda memiliki banyak ketidakpastian, saya rasa Anda perlu menunggu untuk melihat beberapa hal ini dijernihkan dari sisi kebijakan,” kata Gubernur Bank Sentral dalam sebuah wawancara ‘Squawk Box’. 

> “Saya berbicara dengan para pebisnis dan pemimpin sipil di seluruh wilayah ini, dan telah terjadi perubahan yang jelas dalam percakapan-percakapan ini selama enam minggu terakhir, yaitu kegelisahan, jeda, menunggu proyek-proyek modal, belanja modal, dan lain-lain, sampai mereka mengetahui tarif, kebijakan fiskal lainnya.”

Namun demikian, Goolsbee mengatakan dia masih mengharapkan penurunan suku bunga di masa depan bahkan jika The Fed mengambil pendekatan menunggu dan melihat untuk saat ini, karena ada masalah terkait rencana tarif Presiden Donald Trump serta deregulasi dan pemotongan pajak.

“Jika kita dapat terus membuat kemajuan pada inflasi dalam jangka panjang, saya percaya bahwa suku bunga 12 hingga 18 bulan dari sekarang akan lebih rendah daripada saat ini,” katanya.

Berbicara secara terpisah pada Jumat pagi, Presiden Fed New York, John Williams, juga mencatat tingginya ketidakpastian seputar pengambilan keputusan dan tren ekonomi, terutama inflasi.

“Data-data terbaru – baik yang keras maupun lunak – mengirimkan sinyal-sinyal yang beragam. Ukuran-ukuran ketidakpastian kebijakan telah meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir,” kata Williams dalam sebuah pidato di Nassau, Bahama.

Kedua pembuat kebijakan tersebut memilih bersama dengan anggota Federal Open Market Committee lainnya untuk mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek pada kisaran antara 4.25% – 4.5%. 

Dalam pernyataan pasca rapat, FOMC mencatat bahwa “ketidakpastian seputar prospek ekonomi telah meningkat”, dan Ketua Jerome Powell menggunakan istilah “ketidakpastian” sebanyak 10 kali dalam konferensi pers pasca rapat.

Salah satu pertanyaan yang muncul dalam beberapa hari terakhir adalah apakah ekonomi AS sedang menuju stagflasi, atau pertumbuhan yang lambat dan inflasi yang meningkat.

“Tarif, menaikkan harga dan mengurangi output. Jadi itu adalah dorongan stagflasi, yang berbeda dengan mengatakan bahwa ini adalah stagflasi,” kata Goolsbee. 

> “Tingkat pengangguran hampir 4% dan inflasi berada di kisaran 2%. Jadi, data keras yang kita gunakan bukanlah stagflasi tahun 1970-an. Hanya saja… lingkungan yang tidak nyaman adalah ketika bergerak ke arah yang salah.”

Para peserta rapat FOMC mempertahankan proyeksi mereka untuk dua kali penurunan suku bunga hingga 2025. Namun, pasar berpikir bahwa The Fed akan lebih agresif, dengan memperkirakan penurunan sebesar tiga seperempat poin persentase, menurut data CME Group.

Chicago Fed President: Pemangkasan Suku Bunga Tergantung Perkembangan Inflasi
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan