Mei 15, 2024

Harga Bitcoin Turun ke $60K Tapi Punya Potensi Naik ke $65K Kalau Ini Terjadi

Harga Bitcoin Turun ke $60K Tapi Punya Potensi Naik ke $65K Kalau Ini Terjadi

Setelah serangkaian penurunan harga yang mencolok, harga Bitcoin (BTC) hari ini berjuang untuk mempertahankan dukungan pada level $61,000, menandai masa yang kritis bagi para investor dan analis di seluruh dunia.

Berdasarkan data terkini dari Coinmarketcap dan Cointelegraph Markets Pro, Bitcoin mengalami penurunan ke level $61,574 atau sekitar Rp 992,4 miliar. Penurunan ini menyusul tren bearish yang telah merajai pasar beberapa hari belakangan, mengingat Bitcoin sempat jatuh ke $60,190 pada perdagangan intraday di Bitstamp.

Foto: Cointelegraph

Namun, dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin telah mencatatkan peningkatan sebesar 2.1%, menunjukkan indikasi awal potensi pemulihan.

Analisis teknis menunjukkan bahwa Bitcoin saat ini berada di bawah tekanan SMA periode 20 dan 200, memperkuat momentum bearish yang saat ini tengah berlangsung. Namun, Indeks Kekuatan Relatif (RSI) mendekati angka 42, menandakan bahwa pasar belum terjual atau terbeli secara berlebihan, sehingga memberi ruang bagi pergerakan harga yang tidak terduga.

Foto: blockchainreporter

Dampak Halving, Sentimen Pasar, dan Potensi Kenaikan

Menyusul peristiwa halving Bitcoin yang terakhir, pasar memasuki zona bahaya yang telah diprediksi oleh analis terkemuka. Trader dan analis Rekt Capital menggambarkan bahwa periode post-halving seringkali diwarnai dengan volatilitas tinggi dan penurunan harga, sebuah pola yang juga terlihat pada periode post-halving sebelumnya.

Namun, ia juga menegaskan bahwa “Danger Zone” post-halving akan berakhir dalam dua hari, yang dapat mengarah pada stabilisasi dan potensi kebangkitan harga.

Di tengah ketidakpastian global, pasar juga menantikan laporan inflasi dari Amerika Serikat, yang diproyeksikan akan mempengaruhi kebijakan suku bunga oleh The Federal Reserve.

Analis pasar memperkirakan bahwa penurunan pada indeks harga konsumen mungkin akan memberikan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga, yang pada gilirannya bisa mendorong harga Bitcoin untuk melewati level $65,000.

Harga Bitcoin hari ini mencerminkan ketidakpastian yang khas dalam pasar kripto, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari kondisi makroekonomi hingga dinamika teknis spesifik.

Para investor dan trader diharapkan untuk tetap waspada terhadap indikator pasar dan berita ekonomi makro yang dapat mengubah arah tren harga secara signifikan. Sementara peluang pemulihan harga masih terbuka, pasar tetap harus bersiap untuk kemungkinan fluktuasi lebih lanjut yang bisa datang tanpa banyak peringatan.

Di tengah volatilitas ini, memahami kompleksitas dan nuansa pasar kripto menjadi kunci bagi para investor untuk navigasi yang efektif dan keputusan investasi yang bijak. Seperti biasa, kehati-hatian dan analisis mendalam adalah pendekatan terbaik dalam menghadapi pasar kripto yang sering kali tidak terduga.

Harga Bitcoin Turun ke $60K Tapi Punya Potensi Naik ke $65K Kalau Ini Terjadi
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan