Mei 17, 2024

Analis: Prediksi Harga Bitcoin Naik Sampai $420.000, Ini Penjelasannya!

Prediksi Harga Bitcoin Akan Naik Hingga $420.000

Prediksi harga Bitcoin (BTC) yang mencapai $420.000 semakin ramai diperbincangkan. Dua tokoh besar dalam industri keuangan, Ric Edelman dan beberapa analis terkemuka lainnya, telah memberikan pandangan yang mendorong para investor untuk memikirkan ulang strategi investasi mereka.

Kondisi seperti apa yang membuat prediksi ini terjadi? Berikut ini adalah penjelasannya.

Ric Edelman: Bitcoin dan Aset Global

Ric Edelman, pendiri Digital Assets Council of Financial Professionals dan Edelman Financial Services, mengemukakan prediksi mengejutkan bahwa harga Bitcoin dapat melonjak hingga $420.000.

Dalam wawancara dengan Yahoo Finance, Edelman menjelaskan bahwa prediksi ini didasarkan pada alokasi aset global yang sangat kecil terhadap Bitcoin.

Menurut perhitungannya, jika semua pemegang aset global mengalokasikan hanya 1% dari aset mereka ke Bitcoin, kapitalisasi pasar Bitcoin akan mencapai $7,4 triliun, mendorong harganya naik drastis.

Edelman juga menyoroti keunggulan ETF Bitcoin Spot, yang membuat investasi dalam Bitcoin menjadi lebih mudah dan murah dibandingkan membeli langsung melalui bursa kripto.

“ETF ini sangat murah, 20-25 basis poin lebih murah daripada membeli di Coinbase atau bursa kripto lainnya,” ujarnya. Meski demikian, Edelman tidak menutup mata terhadap volatilitas dan risiko yang melekat pada Bitcoin, seperti ketidakpastian regulasi dan potensi penipuan.

Prediksi dan Analisis Lainnya

Selain Edelman, banyak analis dan institusi keuangan besar yang juga memiliki pandangan optimis terhadap masa depan Bitcoin. Misalnya, AllianceBernstein dan JP Morgan memprediksi harga Bitcoin akan mencapai $150.000 dalam beberapa tahun mendatang.

Cathie Wood dari Ark Invest bahkan lebih optimis, memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai $1,5 juta, sementara Michael Saylor dari MicroStrategy memprediksi Bitcoin akan menyentuh angka $5 juta.

Prediksi ini bukan sekadar angka spekulatif. Dengan munculnya ETF Bitcoin Spot dan teknologi blockchain yang semakin diadopsi, seperti yang diprediksi oleh JPMorgan Chase yang menyatakan bahwa teknologi blockchain dapat menghemat biaya bank hingga $120 miliar per tahun, ada alasan kuat untuk percaya bahwa Bitcoin memiliki masa depan cerah.

Dengan prediksi harga Bitcoin yang begitu tinggi, pertanyaan utama bagi para investor adalah, yaitu apakah layak memasukkan Bitcoin dalam portofolio investasi mereka?

Berdasarkan survei industri dan analisis Franklin Templeton, lebih dari 75% penasihat keuangan independen berencana mengalokasikan rata-rata 2,5% aset mereka ke Bitcoin dalam beberapa tahun ke depan. Jika tren ini diikuti oleh institusi keuangan lainnya seperti kantor keluarga, dana pensiun, dan investor ritel, dampaknya akan signifikan.

Dalam analisisnya, Edelman menekankan bahwa harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh prinsip penawaran dan permintaan. Dengan pasokan Bitcoin yang terbatas pada 21 juta koin, permintaan yang meningkat akan mendorong harga naik.

Sebagai contoh, jika seluruh aset global mengalokasikan 1% ke Bitcoin, total aliran dana akan mencapai $7,4 triliun, yang akan menaikkan harga Bitcoin sekitar $378.000 dari harga saat ini.

Pertimbangan dan Risiko

Namun, perlu diingat bahwa investasi dalam Bitcoin tidak tanpa risiko. Volatilitas tinggi, potensi kehilangan total, dan ketidakpastian regulasi adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dengan serius

 Edelman juga memperingatkan agar tidak berinvestasi karena ketakutan ketinggalan (FOMO), yang sering kali menjadi alasan buruk untuk berinvestasi.

Di sisi lain, potensi keuntungan dari investasi dalam Bitcoin juga sangat besar. Dalam simulasi yang dilakukan, sebuah portofolio 60/40 yang tumbuh 7% per tahun akan menghasilkan nilai $140 dalam lima tahun.

Namun, dengan alokasi 3% ke Bitcoin, portofolio tersebut bisa bernilai antara $136 (jika Bitcoin menjadi tidak berharga) hingga $397 (jika prediksi tertinggi tercapai).

Analis: Prediksi Harga Bitcoin Naik Sampai $420.000, Ini Penjelasannya!
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan