Jun 29, 2025

Regulasi Ketat Penambangan Bitcoin di Rusia, Ancaman Sanksi Semakin Nyata

Default Featured Image

Penambang Bitcoin di Rusia menghadapi kekhawatiran baru setelah pemerintah mewajibkan mereka untuk mendaftarkan alamat dompet kripto mereka dalam registri nasional. Kebijakan ini menimbulkan ketakutan bahwa informasi sensitif tersebut dapat bocor dan dimanfaatkan oleh negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Anggota parlemen Rusia, Anton Gorelkin, menyampaikan kekhawatiran ini dalam sebuah unggahan di Telegram pada 7 Februari. Menurutnya, kebocoran informasi terkait dompet kripto bisa menjadi keuntungan besar bagi lawan geopolitik Rusia, yang dapat menggunakan data tersebut untuk memperketat sanksi terhadap industri penambangan Bitcoin di negara itu.

Meskipun otoritas pajak Rusia telah meyakinkan bahwa data tersebut disimpan dalam sistem internal yang aman dengan akses terbatas, banyak pihak tetap skeptis. Para ahli keamanan siber sering kali menekankan bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya kebal terhadap peretasan atau kebocoran informasi.

### Bisnis Penambangan Bitcoin di Rusia Semakin Menggiurkan

Di tengah meningkatnya ketidakpastian regulasi, bisnis penambangan Bitcoin di Rusia justru mengalami lonjakan. Pada 2024, permintaan terhadap peralatan penambangan industri meningkat hingga tiga kali lipat, menunjukkan bahwa sektor ini masih sangat menguntungkan meskipun ada hambatan regulasi.

Namun, di sisi lain, pemerintah Rusia juga semakin mengawasi industri ini dengan lebih ketat. Selain registri alamat dompet, otoritas setempat juga tengah mendorong registri nasional untuk peralatan penambangan kripto, yang akan membuat semua aktivitas penambangan harus terdaftar secara resmi.

Bagi banyak penambang, kebijakan ini bisa menjadi langkah awal menuju kontrol yang lebih besar dari pemerintah, yang berpotensi meningkatkan pajak atau bahkan membatasi aktivitas mereka di masa depan.

### Ancaman Sanksi AS dan Barat Terhadap Rusia

Ketakutan penambang Bitcoin Rusia terhadap potensi sanksi internasional bukan tanpa dasar. Sejak invasi ke Ukraina, negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, telah memotong akses Rusia ke jaringan keuangan global, memberikan pukulan besar bagi industri energi, perdagangan, dan teknologi Rusia.

Bulan lalu, Departemen Keuangan AS mengumumkan gelombang sanksi baru yang bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari sektor energi. Langkah ini mencakup pemblokiran dua proyek gas alam cair (LNG) yang sedang berjalan, satu proyek minyak besar, serta sejumlah perusahaan pihak ketiga yang mendukung ekspor energi Rusia.

Jika alamat dompet kripto milik penambang Rusia bocor ke pihak luar, maka negara-negara yang menjatuhkan sanksi dapat mengidentifikasi transaksi mereka dan membatasi akses ke pasar global. Hal ini akan membuat konversi Bitcoin menjadi mata uang fiat semakin sulit, yang bisa menghambat operasi mereka.

Dengan regulasi yang semakin ketat dan ancaman sanksi yang terus membayangi, masa depan industri penambangan Bitcoin di Rusia kini berada di titik krusial. Jika pemerintah terus menekan industri ini dengan pengawasan yang lebih ketat, ada kemungkinan sebagian besar penambang akan mencari cara untuk beroperasi secara lebih tersembunyi atau bahkan memindahkan operasional mereka ke negara lain.

Regulasi Ketat Penambangan Bitcoin di Rusia, Ancaman Sanksi Semakin Nyata
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan