Jun 30, 2025

Nvidia Siapkan Chip AI Murah untuk China Market

Default Featured Image

Nvidia dilaporkan tengah bersiap memproduksi massal chip kecerdasan buatan (AI) versi murah khusus untuk China market mulai Juni mendatang. 

Langkah ini dilakukan sebagai respons atas pembatasan ekspor chip highend oleh pemerintah Amerika Serikat, yang sebelumnya melarang penjualan chip seperti H20 ke China karena alasan keamanan nasional.

Menurut laporan Reuters pada 26 Mei, chip baru tersebut merupakan bagian dari generasi terbaru produk AI Nvidia, namun memiliki spesifikasi yang lebih rendah dan proses manufaktur yang disederhanakan agar dapat mematuhi batas bandwidth ekspor AS sebesar 1,7 terabyte per detik. 

Chip ini diperkirakan akan dijual dengan harga $6,500 hingga $8,000—lebih murah dari H20 yang sebelumnya dijual antara $10,000 hingga $12,000 per unit.

China

 Market Masih Vital bagi Nvidia

China menyumbang sekitar 13% dari total pendapatan Nvidia dalam tahun fiskal terakhir, dengan nilai data center market negara tersebut diperkirakan mencapai $50 miliar. 

Namun, sejak pengenaan sanksi ekspor oleh AS pada 2022, pangsa pasar Nvidia di China anjlok dari 95% menjadi sekitar 50%, menurut CEO Jensen Huang.

> “Kami akan terus mengoptimalkan produk yang sesuai regulasi dan tetap melayani China market,” ujar Huang dalam wawancara dengan media Taiwan.

Langkah ini menandai upaya ketiga Nvidia dalam mengembangkan chip yang sesuai regulasi ekspor AS, di tengah tekanan geopolitik dan persaingan ketat dengan rival domestik China seperti Huawei. 

Huawei sendiri dikabarkan tengah menyiapkan peluncuran chip AI pesaing bernama Ascend 910D, yang disebut-sebut mampu menyaingi performa chip highend buatan Nvidia.

Menjelang Rilis Laporan Keuangan

Berita ini muncul hanya beberapa hari menjelang Nvidia dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartalan pada 28 Mei. 

Para Analis memperkirakan perusahaan akan mencatat pendapatan sebesar $43.4 miliar, naik 66% dibanding tahun sebelumnya, dengan laba bersih disesuaikan sebesar $21.3 miliar. 

Meski saham Nvidia turun sekitar 3% pekan lalu, para Analis tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang perusahaan.

> “Kami melihat potensi pertumbuhan tetap besar meskipun kehilangan penjualan H20 di China,” tulis Analis dari Oppenheimer.

Dengan strategi diversifikasi produk dan adaptasi cepat terhadap regulasi global, Nvidia tampaknya bertekad mempertahankan posisinya sebagai pemain dominan di AI global market, meski harus merancang ulang pendekatan di salah satu market terbesarnya.

Nvidia Siapkan Chip AI Murah untuk China Market
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan