Jun 30, 2025

Kripto vs Negara Bagian: Coinbase Hadapi Gugatan Baru dari Oregon

Default Featured Image

Di saat sebagian besar dunia kripto tengah merayakan kemenangan Ripple atas SEC yang menandai titik balik besar bagi regulasi kripto di AS muncul kejutan dari arah tak terduga. Negara bagian Oregon justru melayangkan gugatan baru terhadap Coinbase, menandakan bahwa badai regulasi belum sepenuhnya reda.

Langkah ini bukan hanya kontradiktif terhadap gelombang keputusan pengadilan federal sebelumnya, tetapi juga menegaskan bahwa perang hukum atas aset digital kini memasuki babak baru: pertarungan antar negara bagian.

SEC Tarik Diri, Ripple Menang, Coinbase Lega… Sementara

Beberapa minggu sebelumnya, dua peristiwa penting terjadi:

1. SEC secara resmi menarik gugatan federal terhadap Coinbase tanpa penjelasan substansial terhadap tuduhan awal mereka.

 
2. Ripple (XRP) mencetak kemenangan besar di pengadilan ketika Hakim Analisa Torres memutuskan bahwa penjualan XRP di bursa publik tidak tergolong sekuritas. Ini menjadi preseden hukum yang sangat penting bagi industri kripto secara keseluruhan.

 

Ditambah lagi, terjadi perubahan internal signifikan di tubuh SEC. Sang ketua, Gary Gensler, digeser ke posisi IT, dan digantikan oleh Paul Atkins, sosok yang sebelumnya dikenal dekat dengan industri aset digital.

Masuk Oregon Gugatan Lokal Bernuansa Politik?

Tak lama setelah itu, Jaksa Agung Oregon melayangkan gugatan terhadap Coinbase, dengan tuduhan bahwa platform tersebut telah memperjualbelikan sekuritas tidak terdaftar kepada investor di negara bagian tersebut.

Namun yang membuat kasus ini kontroversial adalah respons tajam dari pihak Coinbase. Kepala Legal Coinbase, Paul Grewal, menyebut gugatan ini sarat kepentingan politik dan mengabaikan fakta hukum penting dari pengadilan federal.

“Gugatan ini menghilangkan fakta-fakta penting dari kemenangan kami atas SEC, dan mengandalkan firma hukum swasta yang punya kepentingan finansial,” ujar Grewal melalui akun X pada 18 April.

Lebih lanjut, ia menyoroti lima poin dalam dokumen gugatan yang disebut sebagai bukti kuat adanya agenda tersembunyi termasuk penyebutan Atkins sebagai “crypto lobbyist” hingga ketidaksukaan terhadap pemindahan tim hukum SEC.

Apa Sebenarnya yang Dipermasalahkan Oregon?

Menurut dokumen resmi, Oregon mendasarkan gugatannya pada Oregon Revised Statute 59.331, yang mengatur penawaran sekuritas kepada publik tanpa pendaftaran. Coinbase dituduh:

* Memfasilitasi penjualan aset kripto yang dianggap sebagai sekuritas tidak terdaftar;

 
* Menerapkan klausul arbitrase dan larangan class action dalam syarat layanan, yang dianggap merugikan hak-hak konsumen;

 
* Mengabaikan kerangka regulasi negara bagian yang telah dibentuk oleh legislatif Oregon untuk melindungi investor lokal.

Dalam pernyataan publiknya, kantor jaksa menyebut bahwa “Coinbase selama bertahun-tahun telah mengabaikan struktur hukum yang sah untuk melindungi warga Oregon.”

Mengapa Ini Penting? Arah Regulasi Kripto di AS Semakin Terfragmentasi

Kasus ini mencerminkan kompleksitas lanskap hukum aset digital di Amerika Serikat. Di satu sisi, pengadilan federal mulai membuka jalan bagi adopsi dan kepastian hukum kripto. Namun di sisi lain, negara bagian bisa melangkah sendiri dengan interpretasi hukum yang berbeda membuat perusahaan seperti Coinbase terjebak di tengah pusaran yang membingungkan.

Regulasi oleh penegakan hukum (regulation by enforcement) yang sempat jadi ciri khas SEC, kini berubah bentuk menjadi regulasi oleh negara bagian.

Dengan 50 negara bagian dan potensi 50 interpretasi hukum yang berbeda terhadap kripto, bisakah AS menjadi pemimpin global dalam inovasi digital jika sistem hukumnya tidak seragam?

Jalan Coinbase Masih Panjang

Meski SEC mundur dan XRP menang, Coinbase masih harus berhadapan dengan gugatan-gugatan seperti yang dilayangkan oleh Oregon. Gugatan ini menandakan bahwa ketidakpastian hukum terhadap kripto di AS belum berakhir, justru mungkin baru dimulai.

Dengan pengawasan publik semakin tajam dan industri kripto makin dewasa, konflik antara inovasi dan regulasi masih jadi tema utama tahun 2025 ini.

Kripto vs Negara Bagian: Coinbase Hadapi Gugatan Baru dari Oregon
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan