Jun 24, 2025

Reverse Stock

Web Banner Logo Nanovest

Apa Itu Reverse Stock?

Bisnis dapat mengambil tindakan di tingkat korporat yang dapat mempengaruhi struktur modal mereka bergantung pada perkembangan dan kondisi pasar. 

Salah satunya adalah _reverse stock split_, di mana saham Perusahaan yang sudah ada digabungkan untuk membuat jumlah saham yang lebih kecil yang secara proporsional lebih bernilai. Hal ini terjadi karena Perusahaan tidak menghasilkan nilai apa pun dengan mengurangi jumlah sahamnya, sehingga harga per lembar saham meningkat secara proporsional.

Proses menggabungkan banyak saham menjadi satu saham yang lebih kecil disebut _reverse stock split_. Hal ini akan berdampak pada jumlah saham yang beredar berkurang, dan harga saham akan menjadi lebih tinggi. Akibatnya, akan ada lebih sedikit saham yang secara proporsional lebih bernilai.

Cara kerjanya mirip dengan _stock split_, hanya saja penggabungan ditentukan oleh rasio. Misalnya, 5:1 berarti setiap lima saham dengan nilai nominal sebelumnya menjadi satu saham dengan nilai nominal baru. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi penetapan rasionya adalah temuan analisis nilai wajar saham yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).

Baik itu _stock split_ maupun _reverse stock split_, tidak boleh dilakukan dalam 24 bulan sejak IPO dan 12 bulan sejak _right issue_, _private placement_, _merger_, serta _stock split_ atau _reverse stock split_ sebelumnya.

Apa Tujuan dari Reverse Stock?

Terdapat dua alasan mengapa Perusahaan melakukan _reverse stock_, antara lain sebagai berikut.

_Pertama,melakukan _right issue._ Saham-saham yang harganya berada di titik terendah, yaitu Rp50, memiliki potensi untuk melakukan _rights issue_ wajib untuk melakukan _split_ saham secara berlawanan. Tujuannya adalah untuk menilai harga sahamnya dalam menentukan harga pelaksanaan. 

_Kedua,mencegah _delisting._ Untuk menjaga status _listing_ Perusahaan di pasar modal, penggabungan ini sering digunakan. Tujuannya adalah agar Perusahaan yang terdaftar di Exchange harus mempertahankan minat investor dan kepercayaan publik. 

Jika harga saham Perusahaan terus turun secara drastis, Perusahaan mungkin menghadapi _delisting_ paksa atau penghapusan pencatatan saham. Dalam hal ini, _reverse stock split_ membantu mendorong harga saham dan mencegah _delisting_.

Keuntungan dan Kerugian dalam Reverse Stock

Berikut beberapa poin keuntungan dan kerugian ketika Perusahaan untuk melakukan _reverse stock split_ pada sahamnya.

Keuntungan Reverse Stock

1. Menghindari Penghapusan di _Exchange

Harga saham mungkin telah jatuh ke level terendah, sehingga rentan terhadap tekanan pasar lebih lanjut dan perkembangan negatif lainnya, seperti kegagalan untuk memenuhi persyaratan pencatatan di Exchange.

Harga penawaran minimum saham biasanya ditetapkan oleh Exchange. Jika saham jatuh di bawah harga penawaran dan tetap lebih rendah dari ambang batas ini selama periode tertentu, maka saham tersebut berisiko dihapus.

2. Menarik Investor Besar

Karena banyak investor institusional dan reksa dana memiliki kebijakan untuk tidak mengambil posisi di saham yang harganya di bawah nilai minimum, Perusahaan mungkin mencoba mempertahankan harga saham yang lebih tinggi melalui _reverse stock split_. 

Ini bahkan jika Perusahaan tidak terancam _delisting_ oleh Exchange, tetapi kegagalan Perusahaan untuk memenuhi syarat untuk dibeli oleh investor besar ini akan merusak likuiditas dan reputasi perdagangannya.

3. Memuaskan Regulator 

Regulasi Perusahaan di berbagai yurisdiksi di seluruh dunia bergantung pada jumlah pemegang saham. Kadang-kadang, Perusahaan bertujuan untuk menurunkan jumlah pemegang saham agar mereka dapat mengikuti Undang-undang, atau regulator yang mereka inginkan. 

Hal ini dilakukan dengan mengurangi jumlah saham. Langkah-langkah tersebut dapat membantu Perusahaan yang ingin menjadi Perusahaan tertutup (_go private_) mengurangi pemegang saham mereka.

4. Meningkatkan Harga _Spin Off

Perusahaan yang berencana untuk mendirikan dan mengembangkan _spin off_, yang merupakan Perusahaan independen yang dibangun melalui penjualan atau pembagian saham baru, dari divisi atau bisnis yang sudah ada di Perusahaan induk, dapat menggunakan _reverse split_ untuk mendapatkan harga yang menarik.

Kerugian Reverse Stock

Para pelaku pasar biasanya tidak mendukung _reverse stock split_. Ini menunjukkan bahwa Perusahaan sedang dalam kesulitan, harga saham merosot, dan manajemen berusaha menaikkan harga secara tidak sengaja tanpa menghasilkan nilai bagi pemegang saham. 

Selain itu, berkurangnya jumlah saham yang tersedia di pasar terbuka dapat berdampak pada likuiditas saham. Ini dapat menyebabkan _spread bid ask_ yang lebih besar, dan biaya transaksi yang lebih tinggi bagi investor.

Contoh Reverse Stock

PT BPD Bank Banten Tbk., juga dikenal sebagai Bank Banten (BEKS), melakukan _reverse stock split_ pada akhir tahun 2020 dengan rasio 10:1 yang berarti 10 saham akan digabungkan menjadi 1 saham.

Setelah _reverse stock split_ pada awal Desember 2020, harga saham BEKS langsung naik ke Rp500 per saham. Namun, harganya sekarang kembali ke Rp50 per saham setelah sempat berfluktuasi.

Pada awal 2020, PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk. (BBRM) adalah contoh lainnya dengan rasio 3:2. Harga saham awalnya adalah Rp50 setelah penggabungan menjadi Rp75. Namun, pada awal perdagangan setelah pembagian saham yang dibalik (22/02), BBRM turun 6,67% menjadi Rp70.

Setelah mengetahui _Reverse Stock_ mulai dari definisi, tujuan, keuntungan dan kerugian beserta contohnya, sudah saatnya untuk melakukan investasi agar kamu bisa mengaplikasikan pemahamanmu!

Nanovest menjadi _platform_ investasi pilihan dengan jaminan keamanan terbaik dan sudah mendapatkan izin dari BAPPEBTI. Mulai dari Rp5000 saja sudah bisa berinvestasi dengan menyediakan lebih dari 2000 saham US, aset kripto, dan emas. 

Unduh aplikasinya sekarang juga!

Reverse Stock
by Ajeng Sri

0 comments


Artikel lainnya