Walmart tetap percaya diri dengan strategi harga rendah dan mempertahankan proyeksi tahunannya, meski ada tekanan dari tarif impor AS dan perilaku belanja yang fluktuatif.
Walmart mencatat lonjakan penjualan 4,5% sementara Target anjlok 3,8%. Efisiensi harga, komposisi produk, dan dampak tarif jadi faktor pembeda utama.
Analis memperkirakan jika tarif yang lebih tinggi diberlakukan tanpa adanya kompensasi dari pemotongan pajak atau deregulasi, tekanan pada laba per saham Walmart bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari perkiraan awal sebesar 2%.
CFO Walmart memperingatkan lonjakan harga hingga dua digit pada produk seperti mainan dan furnitur akibat tarif impor baru. Apa dampaknya ke konsumen?
Pemasok China menolak permintaan ini karena margin keuntungan mereka sudah tipis, dan pemotongan harga yang besar dapat menyebabkan kerugian serta penurunan kualitas produk.
Saham Walmart anjlok setelah perusahaan mengeluarkan panduan penjualan yang konservatif, meskipun kinerja kuartal liburan mereka kuat. Investor tampaknya lebih khawatir tentang prospek masa depan daripada hasil kuartal saat ini.
Walmart diprediksi catat pendapatan $167,5 miliar di Q3 2025. Harga kompetitif dan strategi digital dorong keunggulan ritel ini. Simak analisis lengkapnya!