Microsoft kebut pembangunan ‘AI Super Factory’, infrastruktur cloud melonjak dua kali lipat.
Microsoft Corporation terus memperkuat dominasinya dalam persaingan kecerdasan buatan global. Raksasa teknologi itu kini tengah membangun “AI super factory” sebuah fasilitas pusat data generasi baru yang terdiri dari struktur dua lantai di Atlanta, menurut laporan Wall Street Journal.
Fasilitas tersebut dirancang untuk terkoneksi secara mulus dengan jaringan pusat data Microsoft di berbagai wilayah, sehingga mampu menyediakan komputasi berskala masif bagi layanan AI seperti Azure OpenAI, Copilot, hingga model-model generatif multimodal terbaru yang membutuhkan ribuan GPU kelas premium.
Ekspansi Infrastruktur Terbesar dalam Sejarah Microsoft
Microsoft mengonfirmasi bahwa perusahaan sedang menggandakan total jejak pusat data globalnya dalam dua tahun ke depan. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap:
- Permintaan AI yang tumbuh eksponensial.
- Pertumbuhan pelanggan Azure yang meningkat cepat.
- Lonjakan kontrak jangka panjang (Remaining Performance Obligations / RPO).
Ekspansi besar-besaran ini merupakan bagian dari strategi untuk mengamankan posisi sebagai penyedia infrastruktur AI terbesar di dunia.
Capex Meledak: US$34 Miliar dalam Satu Kuartal
Pada kuartal fiskal Q1 2026, Microsoft mencatat belanja modal (capex) lebih dari US$34 miliar, angka tertinggi dalam sejarah perusahaan. Manajemen menegaskan bahwa belanja infrastruktur akan terus meningkat sepanjang FY 2026, dan pertumbuhan capex diprediksi melampaui FY 2025.
Fokus utama pengeluaran tersebut meliputi:
- GPU kelas atas (Nvidia Blackwell & alternatifnya).
- CPU performa tinggi untuk beban kerja AI dan cloud.
- Perluasan data center yang mendukung interkoneksi lintas benua.
- Sistem pendingin canggih untuk server AI berdaya tinggi.
Industri AI Bersiap Menghabiskan US$400 Miliar Tahun Ini
Microsoft bukan satu-satunya yang membakar modal demi mengejar puncak AI. Menurut estimasi analis, beberapa perusahaan teknologi besar secara kolektif akan menghabiskan US$400 miliar untuk AI sepanjang tahun ini.
Dampak yang mengemuka:
- Peningkatan besar-besaran kapasitas pabrik chip AI.
- Percepatan pembangunan hyperscale data center global.
- Tekanan bagi kompetitor yang tertinggal dalam investasi GPU.
Hal ini mempertegas bahwa transisi menuju AI generatif sedang memasuki fase hiperkompetisi, dengan modal menjadi senjata utama.
Permintaan GPU & CPU Melonjak Tajam
Dalam panggilan pendapatan Q1 2026, Microsoft menyoroti percepatan permintaan AI yang “melampaui perkiraan sebelumnya”. Perusahaan melihat:
- Lonjakan signifikan konsumsi GPU di Azure.
- Peningkatan pemesanan CPU untuk workload hybrid AI.
- Pertumbuhan RPO yang terus mencetak rekor.
Tren ini menunjukkan bahwa adopsi generative AI telah melewati tahap eksperimental dan menjadi fondasi operasi di berbagai industri, dari keuangan hingga manufaktur.
Microsoft Unggul, Tapi Persaingan Tidak Mereda
Meski Microsoft tampil sebagai pemimpin, persaingan tetap sengit. Amazon Web Services (AWS) memperluas chip Trainium2 dan Inferentia3, sementara Google memperkuat TPU v6. Nvidia sendiri menguasai rantai pasokan AI global, sehingga kemampuan Microsoft untuk mengamankan GPU tetap menjadi faktor kunci.
Namun, dengan jaringan data center yang terus mengganda dan skala investasi yang tak tertandingi, Microsoft terlihat semakin siap mempertahankan posisi dominan di era AI enterprise.



