Jun 5, 2024

Solana Jadi Favorit Institusi Pasca Luncurkan PayPal USD

Solana, blockchain yang menduduki peringkat keempat dalam hal total nilai terkunci atau total locked value  (TVL), semakin menjadi jaringan terdepan dalam adopsi institusi.

Menurut Robinson Burkey, salah satu pendiri dan kepala eksekutif komersial Wormhole Foundation, semakin banyak lembaga keuangan yang akan terintegrasi dengan blockchain Solana untuk “mempersiapkan masa depan” layanan mereka.

Burkey menulis dalam catatan penelitiannya:

“Solana dan institusi adalah pasangan yang cocok. Para pemimpin industri seperti PayPal, Stripe, dan Visa harus memastikan layanan mereka tetap relevan di masa depan. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan bertemu dengan pengguna mereka yang berpikiran paling maju pada platform yang mereka adopsi. Kita kemungkinan akan melihat lebih banyak momen institusional untuk Solana di tahun-tahun mendatang.”

Memantapkan posisinya sebagai pemimpin adopsi institusi, blockchain Solana semakin diminati. Terbaru, pada 28 Mei, PayPal memperluas layanan stablecoin mereka, PYUSD, ke jaringan Solana. Ini menandai langkah awal PayPal merambah blockchain di luar ekosistem Ethereum. 

Integrasi ini memungkinkan pengguna Solana melakukan transaksi harian yang lebih murah menggunakan PYUSD. Hal ini tentunya memperluas kegunaan stablecoin tersebut untuk berbagai keperluan.  

Selain itu, pada September 2023, raksasa pembayaran global, Visa, juga telah meluncurkan USD Coin di blockchain Solana. Ini menjadikan Solana sebagai jaringan kedua yang mendukung stablecoin tersebut setelah Ethereum.

Solana Akan Menerima Lebih Banyak Adopsi Institusional — Fireblocks

Solana, salah satu jaringan blockchain terdepan, digadang-gadang bakal semakin diminati oleh lembaga keuangan. Keunggulannya terletak pada kemampuan menangani transaksi dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi. 

Dibandingkan dengan Ethereum, pesaing terdekatnya, Solana sanggup memproses hingga 65.000 transaksi per detik (TPS) dengan biaya rata-rata hanya $0.0025. Jauh berbeda dengan Ethereum yang hanya sanggup menangani 15 TPS dengan biaya gas yang jauh lebih mahal, bisa mencapai $50 saat jaringan sedang sibuk.

Menurut Ran Goldi, wakil presiden pembayaran di Fireblocks, infrastruktur Solana memudahkan integrasi dengan sistem pembayaran tradisional yang dimiliki lembaga keuangan. Beliau berpendapat fitur transfer rahasia yang dimiliki Solana merupakan kunci untuk menarik minat lebih banyak institusi.

“Dengan transfer rahasia, kebutuhan dasar pemroses transaksi bervolume tinggi, kita akan melihat semakin banyak nama [lembaga keuangan] yang mengadopsi blockchain ke dalam sistem mereka. Kuncinya, menurut saya, adalah memastikan blockchain tersebut dapat mendukung kebutuhan tersembunyi di balik transaksi, seperti kepatuhan, regulasi, dan privasi.”

Goldi menambahkan, kehadiran fitur transfer rahasia berpotensi membuka lebih banyak kemitraan institusi untuk Solana. “Dengan itu, ditambah kecepatan dan likuiditas yang besar, Solana bisa menjadi senjata tajam di tangan lembaga keuangan.”

Data dari DefiLlama menunjukkan Solana saat ini berada di peringkat keempat sebagai jaringan blockchain terbesar dengan total nilai terkunci (TVL) lebih dari $4.7 miliar. Angka ini mewakili 4.49% dari total TVL di seluruh jaringan blockchain. 

Solana: Calon Kandidat ETF Berikutnya?

Selain meningkatnya ketertarikan institusi, Solana diprediksi bisa menjadi kandidat kuat untuk memiliki produk keuangan berjangka exchange-traded fund (ETF) selanjutnya, menurut Tristan Frizza, pendiri Zeta Markets.

Frizza menulis dalam catatannya::

“Solana dipandang sebagai salah satu dari ‘tiga besar’ kripto bersama BTC dan ETH, dengan banyak analis memperkirakan ETF Solana akan segera hadir. Dengan kemitraan besar seperti Visa, Stripe, Shopify Pay, dan PayPal, adopsi Solana oleh pedagang dan institusi kemungkinan akan terus meningkat.”

Wacana ETF berbasis Solana pertama kali mengemuka pada Januari lalu. Saat itu, manajer aset triliunan dolar Franklin Templeton memuji pendekatan Solana dalam penskalaan blockchain, menyebutnya sebagai “kasus penggunaan yang kuat untuk blockchain terdesentralisasi,” menurut sebuah posting pada 17 Januari.

Investor kripto dan pedagang CNBC Fast Money, Brian Kelly, juga berspekulasi bahwa Solana bisa menjadi kripto berikutnya yang memiliki ETF khusus di Amerika Serikat. 

Solana Jadi Favorit Institusi Pasca Luncurkan PayPal USD
by Dwinala Berryl

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan