Apr 19, 2024

Potensi Pasar Aset Ter-Tokenisasi Capai $16T di Public Blockchain

Pasar aset yang di-tokenisas di public blockchain sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Markus Infanger, seorang senior vice president dari RippleX, menyatakan bahwa saat ini investor-investor institusional, manajer aset, dan lembaga-lembaga keuangan tengah berkompetisi untuk menghadirkan aset-aset keuangan ke dalam dunia blockchain. Diperkirakan pasar ini memiliki potensi nilai hingga $16 triliun.

Ini menunjukkan peningkatan persaingan dalam proses transformasi aset keuangan tradisional menjadi bentuk digital yang terdesentralisasi. Infanger menjelaskan bahwa saat ini, lembaga keuangan tradisional telah mulai mengadopsi blockchain untuk menerapkan aset keuangan ke dalam produksi dan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam rantai nilai.

Infanger menyatakan bahwa lembaga keuangan sedang dalam proses diskusi dan tengah mengeksplorasi proyek-proyek tokenisasi untuk menerbitkan aset di XRP Ledger. Kolaborasi antara HSBC dan perusahaan teknologi yang dimiliki oleh Ripple, Metaco, pada bulan November 2023, menjadi bukti konkret dari tren ini. Di sini, investor institusional memiliki kesempatan untuk memegang sekuritas yang telah di-tokenisasikan di platform penitipan HSBC.

Ripple, yang pada awalnya terkenal sebagai perusahaan pembayaran yang menghadirkan solusi pembayaran berbasis teknologi blockchain untuk mengatasi hambatan ekonomi dan keuangan, kini semakin menarik minat dari sektor keuangan konvensional dan juga pemain keuangan terdesentralisasi (DeFi). 

Dengan menyatukan berbagai solusi seperti platform wallet, pembayaran, dan kontribusinya pada XRP Ledger, Ripple menawarkan sebuah infrastruktur aset digital yang komprehensif bagi kedua sektor tersebut.

Selain itu, langkah Ripple untuk memperkenalkan stablecoin yang terikat pada Dolar Amerika Serikat di XRPL dan Ethereum akan melengkapi rangkaian produknya bagi institusi-institusi keuangan. 

Menurut Infanger, proyeksi nilai pasar stablecoin dapat mencapai $2.8 triliun dalam lima tahun mendatang, mengingat masih banyaknya aset senilai sekitar $22 triliun yang belum terjangkau oleh teknologi blockchain.

Ripple memutuskan untuk meluncurkan stablecoin terutama karena adanya permintaan yang stabil dari pengembang dalam ekosistem XRPL untuk menyediakan stablecoin premium seperti USD Coin (USDC) atau Tether (USDT). Ripple juga telah melakukan uji coba kecil dengan stablecoin bersama dengan XRP dan produk pembayaran yang dimilikinya.

Walaupun belum ada kejelasan mengenai waktu peluncuran dari stablecoin Ripple atau nama yang akan diberikan pada token yang berbasis XRPL dan Ethereum ini, tetapi langkah ini mencerminkan tekad Ripple untuk menyediakan beragam solusi yang sesuai dengan permintaan pasar serta menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan dalam ekosistem blockchain global.

Potensi Pasar Aset Ter-Tokenisasi Capai $16T di Public Blockchain
by Mohammad Alparidzy

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan