Wall Street kembali diguncang kabar mengejutkan: sebuah robot trading berbasis kecerdasan buatan (AI) diklaim berhasil menghasilkan laba 560% hanya dalam waktu lima bulan.
Dari modal awal USD 1.000 pada Mei 2025, bot ini dilaporkan mampu mengubahnya menjadi USD 5.600 per Oktober 2025, berdasarkan catatan trading yang disebut telah diverifikasi pihak ketiga.
Tidak hanya itu, rekor lebih pendek juga menggemparkan: dalam satu pekan, AI bot ini dilaporkan mencetak profit USD 14.158 dari investasi USD 3.200. Angka ini segera memicu rasa penasaran komunitas trader global sekaligus menimbulkan tanda tanya besar soal keberlanjutan kinerja luar biasa tersebut.
Dari Skeptis ke Tren Global
Awalnya, klaim profit setinggi ini dianggap sekadar sensasi marketing. Banyak investor mengingatkan pengalaman pahit dengan “robot trading” sebelumnya yang sering berujung scam.
Namun, laporan independen dari analis bot trading David Burnett, ulasan mendalam di Medium oleh penulis finansial Jeanne P. Frahm, hingga investigasi video di kanal YouTube Trading Bot Talks, justru mengkonfirmasi tren konsisten:
- Bot memang menghasilkan keuntungan positif.
- Kuncinya ada pada pemakaian mode konservatif, bukan agresif.
Seorang pengguna awal melaporkan USD 580 profit dalam satu minggu saat menggunakan setting paling aman, menyebutnya “pelan, tapi pasti”.
Fitur: Dari Mode Lambat hingga Agresif
Bot ini dipasarkan sebagai software user-friendly: cukup instal, pilih mode kecepatan (slow, moderate, aggressive), lalu biarkan sistem bekerja secara otomatis. Sebuah ROI Calculator bahkan tersedia di situs resmi, galileofx.com, untuk menghitung potensi keuntungan berdasarkan performa historis.
Meski terlihat sederhana, di balik layar algoritma AI-nya dirancang untuk memprediksi tren pasar dengan akurasi tinggi. Dengan lebih dari 10.000 unduhan hingga kini, bot ini diklaim menghasilkan jutaan dolar keuntungan harian bagi komunitas pengguna.
Rumor Akuisisi & Bayang-Bayang Risiko
Popularitas bot ini kabarnya menarik minat sebuah hedge fund besar asal AS untuk melakukan akuisisi atas algoritmanya. Jika benar terjadi, hal ini bisa mengubah status software: dari “alat publik” menjadi eksklusif untuk institusi keuangan besar.
Namun, para analis memperingatkan risiko serius:
- Pasar finansial bersifat dinamis, performa lampau tidak menjamin hasil di masa depan.
- Mode agresif bisa menimbulkan kerugian besar bila pasar berbalik arah.
- Tidak ada jaminan hukum & regulasi yang jelas untuk melindungi pengguna dari potensi kerugian.
“Ini bukan tiket emas tanpa risiko,” ujar seorang analis fintech yang enggan disebutkan namanya.
Fenomena Baru: AI di Pasar Keuangan
Kehadiran bot trading ini memperlihatkan loncatan teknologi finansial pasca ChatGPT. Jika AI bisa menulis, merancang, dan menganalisis data, kini ia juga mulai mengguncang pasar investasi.
Bagi sebagian trader, ini adalah peluang revolusioner. Bagi yang lain, justru alarm bahaya: apakah pasar akan makin tidak terkendali ketika ribuan bot AI bertransaksi sekaligus?
Outlook: Tren “AI + Investasi” Masih Panjang
Fenomena ini menegaskan satu hal: AI bukan lagi sekadar hype, tapi sudah menyentuh inti bisnis finansial global. Pertanyaannya, apakah publik akan segera melihat regulasi ketat untuk AI trading, atau justru lahir generasi baru investor ritel yang menggantungkan harapannya pada algoritma pintar?
Sementara itu, Wall Street dan komunitas trader retail hanya bisa menunggu apakah kisah “$1.000 jadi $5.600” ini hanyalah anomali spektakuler, atau benar-benar pintu masuk ke era investasi berbasis AI.