Jun 10, 2024

Pejabat Russia Mengatakan Pembayaran CBDC Akan Menjadi Norma dalam 5 Tahun

Mata uang digital bank sentral (CBDC) diperkirakan akan menjadi umum dan digunakan untuk pembayaran internasional dalam lima tahun mendatang, menurut Anatoly Aksakov, Ketua Komite Pasar Keuangan Duma Negara Rusia.

Aksakov menyampaikan pandangan ini dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Internasional (SPIEF) di St. Petersburg. Dia mencatat bahwa saat ini hanya sedikit negara yang telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengimplementasikan mata uang digital nasional.

Menurut Aksakov, keterlambatan teknologi ini menunjukkan bahwa negara-negara belum siap menggunakan mata uang digital untuk transaksi internasional. Namun, dia yakin bahwa dalam lima tahun, hal ini akan menjadi praktik standar.

Pembayaran domestik pada H2 2025

Aksakov mengungkapkan bahwa Rusia mungkin akan mulai menggunakan CBDC untuk transaksi internasional paling cepat pada paruh kedua 2025. Namun, dia juga menekankan perlunya uji coba di dalam negeri terlebih dahulu.

Dia menambahkan bahwa penerapan yang lebih luas di dalam negeri, termasuk penggunaan oleh badan hukum, diperlukan sebelum memperluas penggunaannya secara internasional. Dia juga merekomendasikan untuk segera menguji pembiayaan anggaran dengan kontrak pintar.

Rusia telah berada di garis depan dalam pengembangan CBDC, dengan Bank Sentral Rusia yang secara aktif mengembangkan rubel digital. Konsep rubel digital muncul sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memodernisasi sistem keuangan negara dan mengurangi ketergantungan pada infrastruktur perbankan tradisional.

Pada Oktober 2020, Bank Sentral Rusia merilis makalah konsultasi yang menjelaskan potensi manfaat dan risiko pengenalan rubel digital. Sejak saat itu, Rusia telah menguji berbagai aspek CBDC dalam program percontohan.

Mitra pengujian internasional

Aksakov juga menyebutkan bahwa pengujian awal untuk transaksi internasional menggunakan CBDC dapat melibatkan China atau Belarus.

Dia mengatakan bahwa China telah membuat kemajuan signifikan dengan yuan digital, dan baik Rusia maupun China memiliki pengalaman dalam teknologi ini, sehingga memungkinkan untuk mulai menyelesaikan transaksi melalui mata uang digital.

Dia menambahkan bahwa kedua negara dekat secara teknologi, yang akan memudahkan proses pengujian. Sementara itu, Belarus dapat menjadi mitra potensial karena hubungan persahabatannya dengan Rusia, kata Aksakov.

Pejabat Russia Mengatakan Pembayaran CBDC Akan Menjadi Norma dalam 5 Tahun
by Albert Agung

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan