Mei 20, 2024

Transaksi On-Chain XRPL Melonjak Hingga 108% di Q1 2024

Pada kuartal pertama tahun 2024, Ledger XRP (XRPL) mencatatkan 251,39 juta transaksi on-chain, yang merupakan peningkatan signifikan sekitar 108% dibandingkan kuartal keempat tahun 2023. 

Lonjakan ini menunjukkan pertumbuhan dan adopsi yang kuat dalam ekosistem XRP, serta adanya pengurangan biaya transaksi yang membuat platform semakin menarik bagi pengguna.

Laporan Pasar XRP Q1 2024 yang diterbitkan oleh Ripple pada 17 Mei menunjukkan bahwa aktivitas transaksi on-chain XRPL meningkat tajam dari 121,03 juta transaksi di Q4 2023 menjadi 251,39 juta transaksi pada Q1 2024. Peningkatan ini mencerminkan tingginya minat dan penggunaan platform XRPL, yang semakin banyak digunakan untuk berbagai jenis transaksi.

Salah satu faktor yang mendukung peningkatan ini adalah penurunan biaya rata-rata per transaksi, yang turun sebesar 45% menjadi sekitar $0,000856. Penurunan biaya ini mengindikasikan bahwa tidak ada kemacetan jaringan yang terjadi selama kuartal tersebut, sehingga pengguna dapat melakukan transaksi dengan lebih efisien dan murah. 

Ini tentunya menjadi kabar baik bagi para investor dan pengguna XRPL, karena biaya transaksi yang rendah dapat meningkatkan volume transaksi dan adopsi teknologi ini di masa depan.

Di sisi lain, distribusi volume perdagangan XRP di berbagai bursa kripto tetap stabil selama kuartal pertama, dengan Binance, Bybit, dan Upbit menyumbang lebih dari 70% dari total volume perdagangan. Stabilitas ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap XRP, meskipun terdapat beberapa tantangan regulasi.

Pada kuartal pertama, proporsi volume perdagangan XRP melalui pasangan fiat menurun dari 15% di kuartal keempat menjadi 11%. Saat ini, sebagian besar perdagangan XRP terjadi terhadap Tether (USDT). 

Hal ini mencerminkan tren yang lebih luas dalam pasar kripto, di mana stablecoin seperti USDT menjadi pilihan utama bagi banyak trader untuk memperdagangkan aset kripto mereka.

Selain peningkatan transaksi dan perubahan biaya, laporan tersebut juga menyoroti perkembangan dalam kasus hukum yang sedang berlangsung antara Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) dan Ripple. 

Kasus ini, yang dimulai pada Desember 2020, menuduh bahwa eksekutif Ripple melakukan penawaran umum perdana (IPO) XRP yang dianggap sebagai sekuritas yang tidak terdaftar selama periode penggalangan modal.

Pada 22 April, Ripple merespons permintaan SEC untuk $2 miliar dalam bentuk ganti rugi, dengan menyatakan bahwa hukum tidak mengizinkan SEC untuk meminta pengembalian atau bunga atas pengembalian kecuali mereka dapat membuktikan adanya kerugian yang dialami oleh pihak tertentu. Ripple optimis bahwa hakim akan mengambil pendekatan yang adil dalam menentukan sanksi akhir, yang kemungkinan akan ditentukan dalam beberapa bulan mendatang.

Pertumbuhan signifikan dalam transaksi on-chain dan penurunan biaya transaksi di XRPL menunjukkan bahwa platform ini semakin matang dan efisien. Hal ini memberikan dasar yang kuat bagi Ripple untuk terus memperluas ekosistemnya dan menarik lebih banyak pengguna. 

Dengan stabilitas dalam volume perdagangan dan kemajuan positif dalam kasus hukum yang sedang berlangsung, masa depan XRP tampak cerah, menciptakan peluang menarik bagi investor dan pengguna teknologi blockchain di seluruh dunia.

Transaksi On-Chain XRPL Melonjak Hingga 108% di Q1 2024
by Mohammad Alparidzy

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan