Apa Itu Disinvestasi (Disinvestment)?
Disinvesment adalah tindakan atau proses mengurangi atau menghilangkan investasi dalam suatu aset atau proyek. Ini bisa berarti penjualan aset, likuidasi investasi, atau menghentikan dukungan finansial terhadap proyek tertentu.
Tujuan dari disinvestasi bisa bervariasi, seperti membebaskan dana untuk digunakan dalam investasi lain yang dianggap lebih menguntungkan, mengurangi risiko portofolio, atau menghindari keterlibatan dalam aset atau proyek yang tidak lagi sesuai dengan tujuan atau nilai perusahaan atau individu.
Memahami Disinvestment
Disinvesment, dalam banyak kasus, terutama dimotivasi oleh optimalisasi sumber daya untuk memberikan pengembalian maksimum. Untuk mencapai tujuan ini, disinvestasi dapat berupa penjualan, pemisahan, atau pengurangan belanja modal.
Karena alasan politik atau hukum, seseorang atau perusahaan dapat melakukan disinvesment .
Jenis Disinvesment
- Komoditisasi dan Segmentasi
Komoditisasi adalah proses di mana produk atau layanan yang awalnya dianggap unik atau berbeda-beda di pasar menjadi lebih seragam dan dapat dibandingkan seperti komoditas. Dalam konteks ini, komoditas merujuk pada produk atau layanan standar yang sulit dibedakan antara satu produsen dengan yang lain, sehingga harganya ditentukan oleh pasokan dan permintaan umum di pasar.
Contohnya adalah produk-produk pertanian seperti gandum atau minyak bumi.
Segmentasi, di sisi lain, adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan lebih terfokus berdasarkan karakteristik atau kebutuhan yang serupa. Tujuan dari segmentasi adalah untuk mengidentifikasi segmen pasar yang memiliki kebutuhan, preferensi, atau perilaku serupa, sehingga perusahaan dapat mengarahkan upaya pemasaran mereka secara lebih efektif dan efisien.
Misalnya, sebuah perusahaan dapat menentukan bahwa divisi alat industri tumbuh lebih cepat dan menghasilkan margin keuntungan yang lebih tinggi daripada divisi alat konsumennya. Jika perbedaan profitabilitas kedua divisi tersebut cukup besar, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan disinvesment (misalnya menjual) divisi konsumen.
Setelah disinvestasi, perseroan dapat mengalokasikan baik hasil penjualan maupun belanja modal berulang ke divisi industri untuk memaksimalkan ROI (Return On Investment).
- Aset yang Tidak Pas
Perusahaan dapat memilih untuk melakukan disinvesment terhadap aset tertentu yang telah diakuisisi dari perusahaan lain, terutama jika aset tersebut tidak lagi sesuai dengan strategi keseluruhan perusahaan atau jika aset tersebut tidak memberikan kontribusi yang diharapkan.
Disinvestasi dalam konteks akuisisi dapat melibatkan penjualan, likuidasi, atau penghapusan aset tersebut.
Misalnya, perusahaan yang berfokus pada operasi domestik dapat menjual divisi internasional dari perusahaan yang dibelinya, karena kompleksitas dan biaya integrasi, serta mengoperasikannya secara berkelanjutan.
Sebagai hasil dari disinvestasi, perusahaan pengakuisisi dapat mengurangi total biaya pembelian dan menentukan penggunaan hasil secara optimal, yang mungkin termasuk mengurangi hutang, menyimpan uang tunai di neraca, atau melakukan investasi modal.
- Politik dan Hukum
Organisasi dapat memutuskan untuk melepaskan investasi kepemilikan dari aset atau perusahaan yang tidak lagi sesuai dengan posisi sosial, lingkungan, atau filosofis mereka. Tindakan ini sering disebut sebagai “disinvesment dampak” atau “disinvestasi nilai-nilai”.
Tujuannya adalah untuk menghindari dukungan finansial terhadap bisnis atau praktik yang tidak sejalan dengan nilai-nilai atau komitmen organisasi terhadap isu-isu tertentu.
Misalnya, Yayasan Keluarga Rockefeller, yang memperoleh kekayaannya dari minyak, mendivestasi kepemilikan energinya pada tahun 2016 karena pernyataan palsu dari perusahaan minyak terkait pemanasan global.
Perusahaan yang dianggap monopoli mungkin secara hukum diharuskan untuk melepas investasi kepemilikan untuk memastikan persaingan yang adil. Misalnya, setelah diketahui melakukan monopoli setelah delapan tahun di pengadilan, AT&T mendivestasikan tujuh perusahaan operasi regionalnya pada tahun 1984.
Setelah divestasi, AT&T mempertahankan layanan jarak jauhnya, sementara perusahaan yang beroperasi, disebut sebagai Baby Bells, asalkan layanan daerah.
Contoh Disinvestment
Disinvesment dalam bahan bakar fosil adalah contoh paling menonjol dan terbaru dari disinvestasi terkait politik dan lingkungan. Pada tahun 2011, mahasiswa di kampus-kampus mulai menuntut agar yayasan abadi mereka—yang merupakan salah satu investor institusional terkaya di dunia—mulai mendivestasi saham mereka di perusahaan bahan bakar fosil karena mereka adalah pencemar karbon utama.
Pergerakan ini mencakup 37 negara dan telah menghasilkan divestasi aset senilai $6,2 triliun, menurut laporan bulan September 2018 dari Arabella Advisors. Seribu investor institusional, termasuk perusahaan asuransi, sovereign wealth fund, dan dana pensiun, telah berkomitmen untuk mendivestasi aset yang terkait dengan bahan bakar fosil.
Laporan tersebut mengaitkan lonjakan divestasi terkait bahan bakar fosil dengan tekanan moral yang memberi jalan pada keharusan finansial dan fidusia ketika gerakan tumbuh dan saham perusahaan minyak besar jatuh.
Sementara itu, Weyerhaeuser Co. (WY) adalah contoh disinvestasi strategis. Perusahaan yang berbasis di Washington ini adalah produsen kertas dan produk kertas hingga tahun 2004. Sejak tahun itu, perusahaan telah mendivestasi operasinya dengan menjual bisnis manufaktur pulp dan kertasnya untuk berfokus pada real estat dan kayu.
Download aplikasi Nanovest sekarang dan mulai berinvestasi hanya dengan Rp5.000! Dapatkan akses ke lebih dari 2000 pilihan aset saham AS dan kripto. Dengan Nanovest, kamu juga bisa berinvestasi emas dan menikmati banyak fitur menarik lainnya.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mengembangkan portofolio dengan mudah dan aman. Download sekarang di AppStore atau PlayStore dan mulailah perjalanan investasi Anda bersama Nanovest!
0 comments