Saham Tesla kembali menari di level yang membuat banyak investor gelisah — bukan karena kinerja bisnis otomotifnya, melainkan karena satu nama yang tak pernah kehilangan daya tarik: Elon Musk.
Dalam empat pekan terakhir, saham Tesla melesat lebih dari 20%. Bahkan sejak kejatuhannya pada awal April, harga sahamnya sudah melonjak hampir 120%, menjadikannya salah satu dari 20 saham dengan performa terbaik di indeks S&P 500. Ini bukan reli biasa. Ini reli yang dipicu oleh sesuatu yang oleh Wall Street kini disebut sebagai “Musk Premium.”
Masalahnya, premi ini datang di saat fundamental Tesla justru menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Tesla: Saham AI yang Kebetulan Jual Mobil
Di atas kertas, Tesla masih produsen kendaraan listrik. Namun di mata pasar, Tesla telah berevolusi menjadi sesuatu yang jauh lebih abstrak: proxy saham untuk visi masa depan Elon Musk.
Wall Street saat ini menilai Tesla dengan rasio sekitar 220 kali estimasi laba 12 bulan ke depan — menjadikannya saham dengan valuasi tertinggi kedua di S&P 500. Angka ini jauh melampaui perusahaan teknologi mapan dan bahkan mengungguli saham-saham AI murni.
Ironisnya, reli ini terjadi ketika:
- Penjualan kendaraan melambat
- Margin keuntungan menipis
- Tekanan regulasi meningkat
- Konsumen global mulai menahan belanja besar
“Valuasinya tidak masuk akal,” kata seorang manajer portofolio yang memilih menjual saham Tesla lebih awal tahun ini. Pernyataan itu mewakili kubu skeptis yang melihat jurang semakin lebar antara harga saham dan realitas bisnis.
Namun pasar seolah berkata: fundamental bisa menunggu.
IPO SpaceX: Pintu Keluar atau Bahan Bakar Baru?
Ketegangan ini makin menarik dengan munculnya satu variabel besar: potensi IPO SpaceX.
SpaceX dikabarkan tengah menyiapkan penjualan saham internal yang bisa menilai perusahaan hingga US$800 miliar, menjadikannya perusahaan privat paling mahal di dunia. Jika IPO benar-benar terjadi, itu akan menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal.
Bagi investor, ini menghadirkan dilema:
- Apakah mereka akan menjual Tesla untuk pindah ke SpaceX demi eksposur Elon Musk yang “lebih murni”?
- Atau justru membeli keduanya, menggandakan taruhan pada satu sosok visioner?
Sebagian analis memperkirakan IPO SpaceX bisa menekan saham Tesla, karena investor tak lagi harus “menumpang” lewat perusahaan mobil listrik. Namun ada juga pandangan sebaliknya: sorotan besar pada SpaceX justru bisa mengerek sentimen terhadap seluruh kerajaan Musk.
Sejarah mendukung argumen kedua. Setiap tonggak besar Musk — dari peluncuran roket hingga terobosan AI — hampir selalu memberi efek psikologis ke saham-saham yang terkait dengannya.
Optimus, Robotaxi, dan Janji Masa Depan
Kelompok optimis tetap memegang satu narasi utama: Tesla bukan lagi perusahaan mobil.
Elon Musk sendiri pernah menyatakan bahwa 80% laba Tesla di masa depan akan datang dari robot. Optimus, robot humanoid Tesla, dan proyek robotaxi otonom menjadi tulang punggung cerita ini. Jika janji ini terwujud, maka valuasi Tesla hari ini mungkin justru terlihat murah.
Namun ini adalah taruhan besar, dengan waktu realisasi yang tidak singkat dan penuh risiko eksekusi.
Di sisi lain, SpaceX menawarkan cerita berbeda: eksplorasi luar angkasa, Starlink, dan ambisi kolonisasi Mars. Sebuah visi yang memesona, tapi juga membutuhkan kesabaran ekstrem dari investor.
Realitas Pasar: Mahal, Panas, dan Rentan Koreksi
Dalam jangka pendek, tanda-tanda teknikal menunjukkan saham Tesla mulai overbought. Sejarah mencatat, setiap kali Tesla memasuki zona ini, koreksi sering tak terelakkan. Pada kasus terakhir, sahamnya turun sekitar 10% hanya dalam hitungan hari.
Artinya, risiko terbesar Tesla saat ini bukan kompetitor atau regulasi — melainkan harga sahamnya sendiri.
Namun bagi investor jangka panjang yang percaya pada Musk, volatilitas ini hanyalah “noise”.
Pertanyaannya sederhana, tapi jawabannya mahal:
Apakah Tesla adalah perusahaan dengan valuasi terlalu tinggi, atau justru tiket awal menuju era AI dan robotika?
Jawabannya mungkin baru akan jelas beberapa tahun ke depan. Sampai saat itu, satu hal pasti: selama Elon Musk masih menjadi pusat cerita, “Musk Premium” belum akan hilang dari harga saham Tesla.
Dan pasar, seperti biasa, akan terus bertaruh pada mimpi — sebelum realitas akhirnya menagih harga.






