Optimisme Tinggi di Tengah Valuasi Premium
Analis Clarke Jeffries dari Piper Sandler menilai valuasi Palantir memang sudah sangat tinggi dan “tidak menyisakan banyak ruang untuk kesalahan.” Namun, menurutnya, tidak ada tanda-tanda perlambatan signifikan pada momentum pertumbuhan perusahaan yang berbasis di Denver, AS, tersebut.
Jeffries menegaskan, “Palantir belum mencapai puncak pertumbuhannya,” didukung oleh kombinasi antara kontrak jangka panjang senilai lebih dari $7 miliar, serta tambahan $4 miliar dalam kontrak IDIQ (Indefinite Delivery, Indefinite Quantity) yang memberi visibilitas pendapatan jangka panjang.
“Jika hanya 0,5% dari total belanja pertahanan AS sebesar $1 triliun berpindah ke Palantir, bisnis pemerintahan perusahaan ini bisa naik lima kali lipat dan masih tujuh kali lebih kecil dari Lockheed Martin,” ujar Jeffries.
Bidang Emas Baru bagi Palantir
Faktor kunci yang menopang optimisme ini adalah transformasi besar dalam sektor pertahanan AS. Pemerintah dan militer kini beralih dari sistem konvensional menuju solusi yang lebih fleksibel, murah, dan berbasis perangkat lunak serta sistem otonom (unmanned systems).
Palantir, dengan platform analitik datanya Gotham dan AIP (Artificial Intelligence Platform), diposisikan tepat di jantung perubahan tersebut.
Perusahaan juga mencatat pertumbuhan tiga digit (triple-digit growth) pada segmen komersial sepanjang tahun ini, menandakan ekspansi cepat di luar kontrak pemerintah termasuk sektor energi, kesehatan, dan manufaktur.
Kombinasi ini membuat Palantir dianggap bukan hanya perusahaan software biasa, tapi “arsitek sistem AI nasional.”
Rally Spektakuler, Tapi Valuasi Jadi Sorotan
Saham Palantir telah melonjak lebih dari 400% dalam 12 bulan terakhir, dan mencatat rata-rata kenaikan tahunan 183% dalam tiga tahun terakhir menjadikannya salah satu “AI winners” di pasar AS.
Namun, lonjakan ini juga membawa konsekuensi: valuasi super premium yang mulai mengundang perdebatan.
Perbandingan menarik muncul dari data fundamental:
- P/E Forward Palantir: 211x
- P/E Nvidia: 41.5x
- P/E S&P 500: 23x
Sementara untuk Price-to-Sales (P/S), Palantir mencatat 136x, jauh di atas Nvidia (28x) dan S&P 500 (3.4x). Analis memperingatkan, saham dengan valuasi “priced for perfection” bisa rawan koreksi tajam jika ada sedikit gangguan dalam pertumbuhan.
“Palantir adalah perusahaan hebat dengan prospek besar, tapi siapa pun yang membeli di valuasi setinggi ini harus sadar bahwa margin kesalahannya sangat sempit,” tulis seorang analis independen.
Salesforce dan Kompetitor AI
Persaingan di dunia perangkat lunak analitik dan AI nasional juga mulai meningkat. Salesforce (NYSE: CRM) baru-baru ini memasuki segmen keamanan nasional (national security software), menandai potensi ancaman langsung bagi Palantir di lini kontrak pemerintah AS pasar yang selama ini menjadi tulang punggung Palantir.
Meski demikian, banyak analis menilai keunggulan teknologi dan rekam jejak Palantir di bidang defense intelligence sulit disaingi dalam waktu dekat. Platform Foundry dan Apollo, misalnya, telah diintegrasikan ke berbagai lembaga federal dan perusahaan Fortune 500.
Investor Masih Antusias, Tapi Waspada
Meski banyak analis masih memberikan rating “Buy” atau “Overweight”, sebagian investor ritel memilih menunggu koreksi harga sebelum masuk kembali.
“Saya masih tertarik membeli Palantir, tapi tidak di valuasi seperti sekarang,” tulis seorang investor di forum Seeking Alpha. “Saya lebih baik menunggu peluang lebih baik di 2026.”
Bagi investor jangka panjang, Palantir tetap menarik karena fundamental dan pertumbuhan kontraknya yang solid, meski risiko valuasi tinggi dan potensi kompetisi dari Big Tech harus diperhatikan.
Palantir Belum Selesai Tumbuh
Kenaikan target harga dari Piper Sandler menjadi $201 menegaskan keyakinan pasar bahwa Palantir akan menjadi salah satu pilar utama dalam ekosistem AI global.
Namun, di sisi lain, valuasi ekstrem menuntut disiplin dan kesabaran investor.
Palantir kini berada di persimpangan antara narasi pertumbuhan AI yang kuat dan realitas valuasi pasar modal. Jika momentum bisnis terus berlanjut, perusahaan ini bisa menjadi “Lockheed Martin-nya era AI.”
Namun jika ekspektasi terlalu tinggi, sahamnya berisiko tergelincir bahkan tanpa adanya kesalahan besar dari fundamental.