Sebuah nama yang mungkin masih asing bagi sebagian besar investor kini menjadi sorotan pasar global. Nebius, perusahaan penyedia infrastruktur cloud dan AI, baru saja menandatangani kontrak raksasa senilai $17,4 miliar dengan Microsoft.
Kesepakatan ini langsung mengerek harga saham Nebius lebih dari 50%, menempatkannya dalam radar investor yang tengah memburu saham AI potensial.
Microsoft Perluas Jejak AI dengan Nebius
Di tengah persaingan sengit untuk mendominasi pasar kecerdasan buatan, Microsoft terus mencari cara memperbesar kapasitas komputasi. Perusahaan yang sudah menanamkan investasi miliaran dolar di OpenAI ini kini menambah strategi dengan menggandeng Nebius sebagai mitra penyedia GPU infrastructure capacity untuk lima tahun ke depan.
GPU khususnya cip buatan Nvidia menjadi komoditas paling dicari dalam gelombang AI. Nebius, meski relatif baru bagi publik, berhasil memposisikan diri sebagai penyedia infrastruktur GPU alternatif di tengah kelangkaan pasokan global.
Visi Nebius: Dari Underdog Menjadi Pemain Global
Arkady Volozh, pendiri sekaligus CEO Nebius, menyatakan bahwa kesepakatan ini bukan hanya soal nilai ekonomis.
“Ekonomi dari kontrak ini memang sangat menarik, tetapi yang lebih penting, kesepakatan ini akan membantu mempercepat pertumbuhan bisnis cloud AI kami pada 2026 dan seterusnya,” ujarnya.
Dengan kontrak ini, Nebius berpeluang besar mengangkat profilnya dari sekadar pemain regional menjadi kompetitor serius dalam infrastruktur cloud berbasis AI.
Pasar AI: Dari Kompetisi Talenta hingga Infrastruktur
Kesepakatan Nebius-Microsoft juga memperlihatkan dinamika yang terjadi di ekosistem AI global:
- Microsoft tidak hanya fokus pada kolaborasi dengan OpenAI, tetapi juga memborong kapasitas GPU demi memastikan suplai komputasi jangka panjang.
- Raksasa teknologi lain seperti Meta, Alphabet, dan Amazon juga berlomba-lomba meningkatkan infrastruktur AI mereka.
- Kelangkaan chip GPU membuat vendor alternatif seperti Nebius punya peluang emas untuk mengisi celah pasar.
Menariknya, Microsoft baru-baru ini dilaporkan berusaha merekrut talenta AI dari Meta. Langkah ini, ditambah kontrak besar dengan Nebius, menunjukkan strategi ganda Microsoft: menguasai SDM sekaligus infrastruktur AI.
Efek ke Saham Nebius: Lompatan yang Menggoda
Investor jelas merespons positif. Saham Nebius melonjak lebih dari 50% usai pengumuman, menandai salah satu reli paling signifikan dari perusahaan yang relatif “underrated” di radar Wall Street.
Kontrak jangka panjang dengan Microsoft memberikan kepastian pendapatan yang solid, sekaligus membuka pintu untuk kontrak baru di masa depan. Bagi investor yang mencari diversifikasi di sektor AI, Nebius kini muncul sebagai opsi baru selain nama-nama besar seperti Nvidia atau AMD.
Potensi Jangka Panjang dan Tantangan
Meski prospek terlihat cerah, ada sejumlah tantangan yang bisa menjadi penghalang:
- Ketergantungan pada Microsoft – kontrak besar memang menguntungkan, tetapi terlalu bergantung pada satu pelanggan bisa menimbulkan risiko.
- Persaingan infrastruktur cloud – Amazon AWS, Google Cloud, dan Oracle juga sedang memperluas kapasitas GPU mereka.
- Regulasi dan geopolitik – distribusi chip GPU global sering terhambat aturan ekspor dan ketegangan politik antarnegara.
Namun, jika Nebius mampu mengeksekusi strategi dengan baik, kontrak ini bisa menjadi batu loncatan menuju status “pemain global” dalam ekosistem AI.
Dari Bayangan ke Panggung Utama
Nebius bukanlah nama yang akrab di telinga publik, tetapi kontrak $17,4 miliar dengan Microsoft menandai titik balik besar dalam perjalanan perusahaan ini. Dengan pasar AI yang terus berkembang pesat, Nebius bisa jadi contoh bagaimana perusahaan “underdog” bertransformasi menjadi bintang baru berkat strategi yang tepat dan momentum pasar.
Pertanyaan bagi investor: apakah reli Nebius baru permulaan, atau justru puncak euforia yang penuh risiko?