Jul 18, 2025

Didorong AI, Nvidia Kini Raja Teknologi Global dengan Nilai $4 Triliun

Dalam tempo kurang dari dua tahun, Nvidia telah bertransformasi dari bintang teknologi ke superstar pasar modal. Pada Kamis (10 Juli 2025), perusahaan pembuat chip grafis dan prosesor AI ini resmi mengunci posisi sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, setelah kapitalisasi pasarnya menembus $4 triliun, mengalahkan raksasa sekelas Apple dan Microsoft.

Saham Nvidia Naik Lagi, Pasar Kian Yakin Ini Bukan Sekadar Hype

Saham Nvidia ditutup naik 0,75% di level $164,10 cukup untuk mendorong kapitalisasi pasar perusahaan menjadi $4,004 triliun. Ini bukan kenaikan iseng. Selama dua belas bulan terakhir, nilai perusahaan ini melonjak tiga kali lipat, naik dari $1 triliun (Juni 2023) ke $3 triliun, lalu kini menyentuh angka yang bahkan tak terpikirkan satu dekade lalu.

Sebagai perbandingan, Apple yang dahulu menjadi simbol supremasi teknologi AS saat ini “hanya” bernilai $3,17 triliun, setelah mengalami koreksi 15% sepanjang 2025. Microsoft menyusul di bawahnya dengan $3,73 triliun.

Tak hanya itu. Dengan nilai pasar sekarang, Nvidia lebih berharga daripada seluruh perusahaan publik di Inggris jika digabungkan.

Di Balik Ledakan Nilai: AI Jadi Panglima Baru

Nvidia adalah jantung dari revolusi AI. Chip mutakhirnya, seperti GPU H100 dan Grace Hopper Superchip, menjadi standar emas dalam pembangunan pusat data AI oleh para raksasa teknologi: Microsoft, Amazon, Google (Alphabet), hingga Meta.

Permintaan terhadap chip Nvidia bukan sekadar besar. Ia eksplosif. Inilah yang menjadikan Nvidia lebih dari sekadar perusahaan semikonduktor mereka adalah tulang punggung infrastruktur AI global.

Dan lebih penting lagi: margin keuntungan Nvidia jauh melampaui industri semikonduktor pada umumnya. Model bisnisnya yang eksklusif dan teknologi yang sulit ditiru menciptakan moats (parit ekonomi) yang membuat pesaing megap-megap.

Tantangan Global: Cina, Tarif, dan Kompetisi Murah

Namun tidak semuanya berkilau tanpa bayangan. Seiring naiknya posisi Nvidia sebagai penentu masa depan AI global, ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok menjadi risiko nyata.

Pembatasan ekspor chip canggih dari Washington ke Beijing sudah mulai berdampak. Pasar Tiongkok, yang sebelumnya menyumbang sekitar 20-25% dari total pendapatan Nvidia, kini menjadi medan diplomasi rumit yang bisa memukul kinerja keuangan ke depan.

Analis Ipek Ozkardeskaya dari Swissquote Bank juga mengingatkan, “Adopsi AI secara masif bisa membuka ruang bagi alternatif chip yang lebih murah, dan itu bisa menggerus pangsa Nvidia.”

Valuasi: Mahal, Tapi Masih Masuk Akal?

Meskipun harga sahamnya sudah meroket, Nvidia kini diperdagangkan di kisaran 33 kali estimasi pendapatan ke depan. Menariknya, ini justru di bawah rata-rata lima tahunnya yang ada di 41 kali.

Artinya? Pasar masih menganggap ada ruang untuk tumbuh bahkan mungkin, lebih besar lagi.

Investor institusional pun mulai menjadikan Nvidia sebagai safe haven teknologi baru, menggantikan posisi Apple yang dinilai terlalu lambat dalam mengadopsi AI secara konkret di lini produknya.

Apakah Ini Akhir dari Permainan? Justru Baru Mulai

Dengan posisi yang begitu kuat, Nvidia tak hanya bermain di pasar GPU. Mereka mulai merambah ke dunia networking, sistem AI edge, bahkan platform pengembangan software AI melalui NVIDIA Omniverse dan CUDA.

Jika perkembangan AI Generatif, autonomous driving, dan robotics berjalan sesuai ekspektasi, Nvidia bisa jadi tulang punggung ekonomi digital berikutnyabukan hanya teknologi.

Nvidia kini bukan hanya pemain utama di pasar saham, tetapi arsitek masa depan kecerdasan buatan global. Kapitalisasi $4 triliun mungkin akan tampak kecil dalam beberapa tahun jika dominasi ini terus berlanjut.

Namun risiko dari sisi regulasi, geopolitik, dan kompetitor low-cost tetap wajib dipantau. Karena di dunia yang makin terotomatisasi, siapa yang menguasai chip, akan menguasai masa depan.

 

Didorong AI, Nvidia Kini Raja Teknologi Global dengan Nilai $4 Triliun
by Kiki A. Ramadhan

0 comments


Artikel lainnya