Jun 26, 2025

Apple Intelligence Tertunda: Stabilitas Jadi Prioritas di iOS 18

Default Featured Image

Apple, raksasa teknologi asal Cupertino, kembali menjadi sorotan dengan kabar terbaru terkait inovasi terbarunya di dunia kecerdasan buatan (AI).

Apple Intelligence, yang dijanjikan akan membawa pengalaman AI terintegrasi dengan perangkat iPhone, iPad, dan Mac, dikabarkan tidak akan hadir bersamaan dengan peluncuran iOS 18 dan iPadOS 18 pada bulan September mendatang.

Alih-alih, Apple Intelligence akan hadir beberapa minggu kemudian pada bulan Oktober, mengikuti pembaruan perangkat lunak tambahan.

Mengapa Tertunda?

Menurut laporan dari Bloomberg yang mengutip sumber anonim, penundaan ini disebabkan oleh kekhawatiran Apple mengenai stabilitas fitur-fitur AI baru mereka di berbagai perangkat. Stabilitas dan performa Apple Intelligence menjadi perhatian utama, mengingat ini adalah langkah besar pertama Apple dalam menghadirkan AI tingkat lanjut di ekosistemnya.

Penundaan ini bukan tanpa alasan. Apple memutuskan untuk memberi waktu lebih bagi para pengembang untuk menguji dan menyempurnakan Apple Intelligence melalui versi beta dari iOS 18.1 dan iPadOS 18.1 yang akan dirilis pada akhir Juli. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi dan memperbaiki bug sebelum peluncuran resmi pada Oktober.

Kolaborasi dengan OpenAI

Apple Intelligence dirancang dengan kolaborasi bersama OpenAI, perusahaan yang dikenal dengan produk unggulannya, ChatGPT. Fitur ini akan menghadirkan versi terintegrasi dari ChatGPT yang mampu meningkatkan kemampuan Siri, merangkum teks panjang, serta menghasilkan grafik khusus yang detail. Siri yang baru ini akan dapat menghubungkan pertanyaan pengguna dengan ChatGPT bila diperlukan, ditenagai oleh GPT-4o, iterasi terbaru dari ChatGPT.

Namun, kehadiran teknologi ini tidak lepas dari kontroversi. Elon Musk, pemilik X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), telah mengancam akan melarang penggunaan perangkat Apple di perusahaannya jika Apple tetap melanjutkan integrasi ChatGPT di level sistem operasi. Musk menganggap ini sebagai pelanggaran keamanan yang tidak dapat diterima.

Ekspektasi dan Strategi Apple

Meski ada penundaan, Apple tetap optimis dengan peluncuran Apple Intelligence. Dalam World Wide Developers Conference (WWDC) 2024, Apple telah memperlihatkan potensi besar dari teknologi ini, yang membuat para penggemar antusias. Asad Khan dari XDA percaya bahwa Apple Intelligence bisa mengalahkan Microsoft Copilot+, sementara Brady Snyder lebih mempercayai kemampuan Apple dibandingkan Microsoft Recall.

Penundaan ini diharapkan dapat memberikan kesan pertama yang baik kepada pengguna saat teknologi ini resmi diluncurkan. Bagi Apple, kesempurnaan dan pengalaman pengguna yang optimal adalah prioritas utama, terutama dalam debut besar mereka di bidang model bahasa besar (LLM).

Apple Intelligence Tertunda: Stabilitas Jadi Prioritas di iOS 18
by Rendy Andriyanto


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan