Jun 29, 2025

Ripple Kolaborasi dengan Chainlink untuk Dukung Perkuatan RLUSD

Default Featured Image

Dalam gebrakan strategis, Ripple mengumumkan kolaborasi dengan Chainlink untuk memperkuat RLUSD, stablecoin andalannya yang dipatok terhadap dolar AS. Langkah ini diumumkan pada 7 Januari dan menandai langkah maju Ripple dalam memperluas peran RLUSD di ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Kolaborasi ini memungkinkan RLUSD untuk memanfaatkan Chainlink Price Feeds, teknologi andalan Chainlink yang menyediakan data harga akurat, tahan manipulasi, dan terpercaya. 

Dengan dukungan ini, RLUSD mendapatkan akses ke informasi harga volume-tertimbang dari pasar on-chain dan off-chain, memberikan jaminan integritas data yang diperlukan untuk mendukung transaksi keuangan yang sensitif.

### Stabilitas untuk Dunia DeFi

RLUSD diluncurkan pada Desember 2023 setelah mendapatkan persetujuan dari New York Department of Financial Services (NYDFS), yang menegaskan kredibilitas dan kepatuhan stablecoin ini. Saat ini, RLUSD beroperasi di atas XRP Ledger dan Ethereum, dengan kapitalisasi pasar mencapai $77 juta, menurut data dari CryptoQuant.

Stablecoin seperti RLUSD memiliki peran krusial dalam ekosistem DeFi, terutama untuk aplikasi seperti perdagangan, pinjaman, dan penyelesaian transaksi. 

Namun, aplikasi-aplikasi ini membutuhkan data harga yang real-time dan tahan gangguan. Dengan mengintegrasikan teknologi Chainlink, Ripple memastikan RLUSD dapat memberikan keandalan yang dibutuhkan oleh pengembang dan pengguna DeFi.

Johann Eid, Chief Business Officer di Chainlink Labs, menyatakan, “Adopsi aset yang ditokenisasi, seperti stablecoin, akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Akses ke data on-chain yang kritis akan mempercepat proses ini.”

### Chainlink: Jembatan Data yang Terbukti Andal

Ripple memilih Chainlink berkat rekam jejaknya yang kuat dalam menyediakan data berkualitas tinggi melalui infrastruktur terdesentralisasi. Teknologi Chainlink saat ini mendukung transaksi senilai triliunan dolar secara global, menjadikannya salah satu penyedia data paling terpercaya di ruang blockchain. 

Proyek-proyek besar seperti jaringan Base yang didukung Coinbase, serta lembaga keuangan tradisional seperti ANZ, juga telah mengintegrasikan solusi Chainlink untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Jack McDonald, Senior Vice President of Stablecoin di Ripple, menambahkan, “Dengan memanfaatkan standar Chainlink, kami membawa data tepercaya ke dalam jaringan blockchain, semakin memperkuat utilitas RLUSD di aplikasi institusional dan terdesentralisasi.”

Ke depan, kolaborasi ini membuka jalan bagi RLUSD untuk diadopsi lebih luas di berbagai platform DeFi terkemuka, termasuk Aave, yang telah mulai mengintegrasikan stablecoin ini ke dalam ekosistemnya. Dengan fondasi yang kokoh ini, Ripple optimis bahwa RLUSD akan menjadi salah satu pilar utama dalam lanskap keuangan digital yang terus berkembang.

Ripple Kolaborasi dengan Chainlink untuk Dukung Perkuatan RLUSD
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan