Jun 29, 2025

Penjualan EV Tesla Buatan China Anjlok, Terendah Sejak Agustus 2022

Default Featured Image

Penjualan Tesla (TSLA) untuk kendaraan listrik buatan China turun 49.2% pada bulan Februari dari tahun sebelumnya menjadi 30,688 unit mobil, terendah sejak Agustus 2022, karena produsen mobil AS tersebut menghadapi tekanan dari para pesaingnya di China dalam perang harga EV yang tak kunjung usai.

Tesla yang membuat kendaraan Model 3 dan Model Y di China, menjual 93,926 kendaraan buatan China di seluruh dunia dalam dua bulan pertama, turun 28.7% dari tahun ke tahun, menurut data dari China Passenger Car Association (CPCA).

Penjualan Januari-Februari terdistorsi oleh pergeseran liburan Tahun Baru Imlek dari Februari tahun lalu ke akhir Januari tahun ini, dan karena penghentian sebagian produksi Model Y untuk pekerjaan peningkatan.

Namun, saingannya dari China, BYD (002594.SZ) dengan seri mobil listrik Dynasty dan Ocean serta mobil plugin hybrids, mencatat peningkatan 90.4% dalam penjualan kendaraan penumpang menjadi 614,679 unit pada bulan lalu.

BYD memperdalam perang harga selama tiga tahun di market mobil terbesar di dunia bulan lalu dengan meluncurkan EV yang dilengkapi dengan sistem bantuan mengemudi yang canggih – dengan harga di bawah $10,000. 

Hal itu mendorong rekan-rekannya termasuk Leapmotor (9863.HK) dan Geely (GEELY.UL) untuk mengikutinya dengan peluncuran EV yang terjangkau.

Kedua model Tesla yang dibuat di China adalah EV. Tesla juga mengekspor mobil listrik buatan China ke market termasuk Eropa, di mana penjualannya anjlok 45% pada bulan Januari.

Untuk meningkatkan daya tarik model-modelnya yang sudah tua, Tesla melakukan pembaruan yang telah lama ditunggu-tunggu pada perangkat lunak autopilot-nya di China untuk memungkinkan navigasi kota pada akhir Februari. 

Tesla juga memulai pengiriman Model Y yang telah diperbarui di second largest market.

Model Y adalah mobil terlaris di China pada tahun 2023 dan 2024, meskipun para pesaing China telah meluncurkan setidaknya enam model pada tahun lalu untuk melawan Model Y. 

Tesla masih diuntungkan oleh lingkaran merek di China, tetapi para Analis mengatakan bahwa Xiaomi (1810.HK), YU7 crossover yang akan diluncurkan akhir tahun ini menjadi saingan terkuat.

Penjualan Onvo L60, yakni Nio (9866.HK) yang diluncurkan pada bulan April untuk bersaing dengan Model Y dan Toyota (7203.T), RAV4, turun menjadi 4,049 unit pada bulan Februari. 

Chief Executive Nio, William Li, berharap model ini akan mencapai pengiriman bulanan sebanyak 20,000 unit di bulan Maret, yang ia harapkan dapat meningkatkan profitabilitas Nio.

Penjualan EV Tesla Buatan China Anjlok, Terendah Sejak Agustus 2022
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan