Jun 29, 2025

Pendiri Tornado Cash Dibebaskan, Token TORN Melonjak Tajam!

Default Featured Image

Pendiri Tornado Cash, Alex Pertsev, akhirnya dibebaskan dari tahanan praperadilan dan akan menjalani pemantauan elektronik setelah keputusan pengadilan Belanda. Kabar ini langsung berdampak pada harga token TORN, yang sempat melonjak hampir 40% sebelum kembali turun ke $12,88.

Keputusan ini datang setelah Pertsev dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada Mei 2024 atas dakwaan membantu pencucian uang. Pengadilan menilai bahwa meskipun Tornado Cash adalah alat netral, pengembang memiliki tanggung jawab untuk mencegah penyalahgunaan layanan mereka.

Namun, Pertsev dan para pendukungnya terus berargumen bahwa alat privasi blockchain tidak seharusnya dikriminalisasi. Mereka menilai pengembang open-source tidak bisa disalahkan atas cara pengguna memanfaatkan teknologi yang mereka buat.

### Tornado Cash dan Perang Regulasi

Kasus ini menyoroti pertempuran hukum antara inovasi blockchain dan regulasi keuangan. Tornado Cash, sebuah layanan crypto mixer, memungkinkan pengguna untuk menyamarkan jejak transaksi mereka di blockchain. Namun, layanan ini juga sering digunakan untuk mencuci uang hasil kejahatan, yang akhirnya membuat regulator bertindak.

Pada Agustus 2022, Departemen Keuangan AS (OFAC) memasukkan Tornado Cash ke dalam daftar sanksi, menuduhnya membantu peretas dari Korea Utara mencuci lebih dari $1 miliar dana ilegal. Sejak saat itu, pengembang Tornado Cash, termasuk Roman Storm, menghadapi tuntutan hukum yang serius.

Namun, pada November 2023, Pengadilan Banding AS memutuskan bahwa sanksi terhadap Tornado Cash tidak sepenuhnya sah, karena protokol berbasis smart contract tidak dapat dimiliki, dikendalikan, atau diubah oleh siapa pun. Keputusan ini menjadi kemenangan besar bagi komunitas kripto, sekaligus menyoroti perlunya regulasi yang lebih jelas terkait layanan crypto mixer.

### Implikasi Bagi Dunia Kripto

Kasus ini memiliki dampak luas terhadap masa depan privasi di blockchain. Beberapa pihak melihat penangkapan Pertsev sebagai preseden berbahaya yang bisa menghambat inovasi di sektor blockchain. Jika pengembang open-source bisa dituntut atas penyalahgunaan teknologi mereka, ini bisa menekan adopsi dan pengembangan layanan privasi di dunia kripto.

Namun, regulator berargumen bahwa teknologi seperti Tornado Cash tetap harus bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkannya. Sementara komunitas kripto mendorong kebebasan transaksi, otoritas keuangan berusaha memastikan sistem ini tidak digunakan oleh kelompok kriminal dan negara yang dikenai sanksi internasional.

Keputusan pengadilan Belanda untuk mengizinkan Pertsev menjalani pemantauan elektronik bukanlah akhir dari kasus ini. Pertsev masih akan mengajukan banding dan berjuang untuk membuktikan bahwa privasi dalam transaksi kripto bukanlah kejahatan.

Pendiri Tornado Cash Dibebaskan, Token TORN Melonjak Tajam!
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan