Jun 29, 2025

Palantir Technologies Melesat! Laba Meledak, Saham Cetak Rekor Tertinggi

Default Featured Image

Raksasa perangkat lunak analitik data, Palantir Technologies (NYSE: PLTR), kembali mencetak sejarah dengan merilis laporan keuangan kuartal ketiga 2024 yang memukau. Laba yang melampaui ekspektasi, lonjakan penjualan ke pemerintah AS, serta optimisme terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadikan saham Palantir melesat 22,5% ke level tertinggi sepanjang masa, $50,74 per lembar.

Dengan angka pertumbuhan yang mengesankan, Palantir kian mengukuhkan diri sebagai pemain utama di era revolusi AI generatif. Namun, di tengah euforia ini, analis tetap mewaspadai valuasi yang dianggap sudah mencerminkan optimisme berlebih.

Keuntungan Berlipat, Pendapatan Naik Tajam

Dalam laporan keuangan kuartal yang berakhir pada 30 September 2024, Palantir mencatatkan laba bersih $144 juta, meningkat 100% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba per saham (EPS) berbasis GAAP mencapai $0,10, sedikit lebih tinggi dari perkiraan analis yang memproyeksikan $0,09.

Sementara itu, pendapatan perusahaan tumbuh 30% menjadi $725,5 juta, jauh melampaui estimasi konsensus yang hanya $703,4 juta. Segmen pemerintahan kembali menjadi mesin pertumbuhan utama dengan penjualan melonjak 33% menjadi $408 juta.

* Penjualan ke pemerintah AS naik 40% menjadi $320 juta
* Pendapatan sektor komersial AS melonjak 54% menjadi $179 juta
* Pendapatan internasional di segmen komersial tumbuh lebih lambat dibandingkan domestik

Kinerja cemerlang ini didukung oleh dua kontrak besar Palantir dengan Departemen Pertahanan AS, MAVEN dan TITAN, yang menjadi katalis utama lonjakan pendapatan.

AI Generatif Jadi Mesin Pertumbuhan Baru

Palantir bukan hanya sekadar perusahaan analitik data biasa. Dengan platform kecerdasan buatan (AIP) yang diluncurkan awal 2023, perusahaan ini telah membuka babak baru dalam monetisasi AI generatif.

Deutsche Bank menyebut Palantir sebagai salah satu dari sedikit perusahaan perangkat lunak infrastruktur yang sudah mulai menghasilkan pendapatan signifikan dari AI generatif. Keunggulan Palantir terletak pada integrasi data yang kompleks, serta reputasinya dalam keamanan data tingkat tinggi.

Brad Zelnick, analis Deutsche Bank, menilai bahwa AI generatif kini lebih banyak memberikan nilai di lapisan aplikasi dibandingkan infrastruktur, yang berarti Palantir berada di posisi yang menguntungkan.

Analis Mulai Melunak, Valuasi Jadi Perhatian

Salah satu perubahan menarik datang dari Morgan Stanley. Keith Weiss, yang sebelumnya memberikan rekomendasi underweight untuk Palantir, kini mencabut rating tersebut.

Weiss mengakui bahwa pertumbuhan 30% year-over-year dan margin operasional 38% menunjukkan tren keuangan yang lebih berkelanjutan. Palantir kini semakin mendekati aturan 68 (growth rate + operating margin), yang menjadi tolok ukur bagi perusahaan yang dianggap memiliki fundamental kokoh.

Namun, beberapa analis masih berhati-hati terhadap valuasi Palantir. Dengan kenaikan saham lebih dari 142% sepanjang 2024, ada kekhawatiran bahwa euforia AI telah membuat harga saham terlalu tinggi dibandingkan fundamentalnya.

Proyeksi Q4 dan Panduan Setahun Penuh

Palantir memberikan outlook yang lebih optimis untuk kuartal terakhir 2024:

* Pendapatan Q4 diproyeksikan di kisaran $767 juta – $771 juta, di atas ekspektasi analis ($745 juta)
* Revisi naik pendapatan setahun penuh 2024 menjadi $2,805 miliar – $2,809 miliar
* Panduan free cash flow lebih dari $1 miliar

David Glazer, CFO Palantir, menyatakan bahwa perusahaan kini dalam posisi keuangan yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya dan siap untuk ekspansi lebih jauh di sektor komersial.

Palantir, Sang Raja AI?

Saham Palantir kini memiliki Composite Rating sempurna, 99, menurut IBD Stock Checkup. Dengan rekam jejak kinerja keuangan yang semakin solid, Palantir semakin memperkuat posisinya di tengah ledakan AI generatif.

Namun, pertanyaan besar tetap ada: apakah lonjakan harga saham ini berkelanjutan atau hanya efek hype sesaat? Bagi investor, keputusan ada di tangan, mengejar momentum atau menunggu koreksi?

Yang jelas, Palantir tidak lagi sekadar penyedia analitik data bagi militer dan intelijen. Mereka kini adalah pemain AI yang harus diperhitungkan.

Palantir Technologies Melesat! Laba Meledak, Saham Cetak Rekor Tertinggi
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan