Jun 29, 2025

MicroStrategy Terpeleset! Saham Anjlok 5,9% Usai Laporan Keuangan Q3 Gagal Penuhi Ekspektasi

Default Featured Image

MicroStrategy (MSTR), perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor dan dikenal sebagai investor institusional Bitcoin terbesar, mengalami tekanan besar setelah laporan keuangan kuartal ketiga (Q3) 2024 gagal memenuhi ekspektasi analis. Saham perusahaan ini turun 5,9%, sementara para pengamat memperingatkan bahwa harga MSTR masih bisa menghadapi volatilitas lebih lanjut, terutama setelah pemilu AS.

Meski demikian, MicroStrategy tetap mendulang keuntungan 5,1% dari kepemilikan Bitcoinnya dan terus berambisi mengumpulkan lebih banyak BTC dengan rencana ambisius senilai $42 miliar dalam tiga tahun ke depan. Namun, apakah strategi ini cukup untuk membalikkan tren saham yang tengah menurun?

Saham MicroStrategy Terpukul, Apa Penyebabnya?

Dalam laporan yang dirilis pada 30 Oktober 2024, MicroStrategy melaporkan pendapatan dari bisnis perangkat lunaknya sebesar $116,1 juta, mengalami penurunan 10,3% dibandingkan Q3 2023 dan 5,22% di bawah ekspektasi analis.

Reaksi pasar pun langsung terlihat. Saham MSTR turun 4,23% dalam sesi perdagangan utama, ditutup di level $247,31. Tekanan ini berlanjut dalam sesi perdagangan setelah jam kerja (after-hours), di mana harga turun 1,75% lagi menjadi $242,99.

Sebagai catatan, meskipun bisnis intinya sedang lesu, MicroStrategy tetap mencatat laba kotor sebesar $81,7 juta, dengan margin keuntungan 70,4%.

Namun, ada satu faktor besar yang tak bisa diabaikan: ketergantungan MicroStrategy pada Bitcoin.

Strategi MicroStrategy: Taruhan Besar di Bitcoin

MicroStrategy bukan lagi sekadar perusahaan teknologi biasa. Sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan ini mengubah identitasnya menjadi “perusahaan pengembang Bitcoin” dan menempatkan BTC sebagai aset utama dalam neraca keuangannya.

Michael Saylor, sang chairman eksekutif, membandingkan performa saham MSTR dengan Nvidia (NVDA) dan Tesla (TSLA) sejak Agustus 2020. Menurutnya, MicroStrategy telah tumbuh 1.989% dalam periode tersebut, mengungguli Nvidia yang “hanya” naik 1.165%.

Lebih lanjut, Saylor menekankan bahwa strategi yang diterapkan MicroStrategy lebih mudah untuk direplikasi dibandingkan dengan Nvidia atau Tesla, yang memiliki keunggulan teknologi unik.

“Bitcoin adalah modal digital, dan pada akhirnya, puluhan, ratusan, bahkan ribuan perusahaan akan menyadari ini,” kata Saylor dalam panggilan pendapatan perusahaan.

Ancaman Volatilitas: Apakah Pemilu AS Akan Mengguncang MSTR?

Meskipun strategi Bitcoin MicroStrategy telah memberikan keuntungan besar, ada risiko besar yang menghantui: volatilitas BTC yang tinggi.

Timothy Peterson, seorang ekonom jaringan, memperingatkan bahwa harga saham MicroStrategy sangat sensitif terhadap pergerakan Bitcoin. Jika BTC mengalami koreksi setelah pemilu AS pada 5 November 2024, maka harga saham MSTR bisa mengalami penurunan yang jauh lebih tajam.

“Jika Bitcoin jatuh pasca-pemilu, harga saham MicroStrategy bisa anjlok dua hingga tiga kali lebih tajam, mengingat tingkat leverage tinggi dalam kepemilikan BTC mereka,” jelas Peterson.

Sebaliknya, jika Bitcoin berhasil melewati all-time high (ATH) di $73.679, Peterson memperkirakan bahwa harga saham MSTR bisa mengalami lonjakan besar, mengingat banyak investor menganggapnya sebagai proksi investasi untuk BTC.

Ambisi Gila: MicroStrategy Siapkan Dana $42 Miliar untuk Borong Bitcoin

Di tengah tekanan pasar, MicroStrategy tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Perusahaan ini mengumumkan rencana ambisius bernama “21/21 Plan”, di mana mereka berencana mengumpulkan $42 miliar dalam tiga tahun ke depan untuk membeli lebih banyak Bitcoin.

Rencana ini terdiri dari:

* $21 miliar dalam bentuk ekuitas, dengan menerbitkan saham baru atau mencari pendanaan dari investor.
* $21 miliar dalam bentuk sekuritas pendapatan tetap, yang bisa berupa obligasi atau instrumen investasi lainnya.

Jika rencana ini berjalan lancar, MicroStrategy bisa memperkuat posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia.

Masa Depan MicroStrategy, Taruhan Besar yang Berisiko?

Dengan ketergantungan tinggi pada Bitcoin, MicroStrategy menjadi perusahaan yang menarik, tetapi juga penuh risiko.

Faktor positif:
Jika Bitcoin naik melewati ATH, saham MSTR bisa ikut melonjak.
Strategi MicroStrategy terbukti mengungguli banyak perusahaan teknologi besar.
Perusahaan tetap mencetak margin keuntungan tinggi.

Faktor risiko:
Jika Bitcoin jatuh, saham MSTR bisa anjlok lebih tajam.
Pendapatan dari bisnis inti (software) terus menurun.
Rencana ambisius $42 miliar bisa menjadi pedang bermata dua.

Dalam beberapa minggu ke depan, pasar akan mengamati pergerakan Bitcoin serta dampak dari pemilu AS terhadap aset kripto. Apakah MicroStrategy akan tetap berjaya, atau justru menghadapi tekanan besar?

Pantau terus perkembangan harga BTC dan saham MSTR karena inilah momen penting bagi dunia investasi digital!

MicroStrategy Terpeleset! Saham Anjlok 5,9% Usai Laporan Keuangan Q3 Gagal Penuhi Ekspektasi
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan