Jun 30, 2025

Pandangan Trader Bitcoin Yang Terus Berkembang Tentang Peran BTC Dalam Setiap Portofolio Memperkuat Support $100K

Default Featured Image

Bitcoin masih kesulitan menembus angka $105.000 sejak 10 Mei, sehingga menimbulkan keraguan di kalangan trader mengenai apakah tren bullish masih berlanjut. Meski sempat menyentuh kembali level $104.000, minat terhadap posisi long dengan leverage terlihat menurun drastis, tercermin dari penurunan premi kontrak berjangka Bitcoin.

Pada 14 Mei, premi tahunan untuk kontrak berjangka dua bulan Bitcoin sempat menyentuh 7%, namun turun ke 5%, mendekati batas netral hingga bearish. Angka ini setara dengan kondisi empat minggu lalu saat BTC berada di kisaran $84.500. Penurunan ini berkaitan erat dengan ketidakpastian ekonomi global, karena harga Bitcoin cenderung mengikuti pergerakan pasar saham.

Hal ini terbukti saat indeks S&P 500 mengalami rebound pada 15 Mei, bertepatan dengan kenaikan Bitcoin dari $101.800 ke $104.000. Investor kini semakin yakin bahwa Departemen Keuangan AS akan terdorong untuk menyuntikkan likuiditas, terutama setelah Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa gangguan rantai pasokan dapat membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama.

Di sisi lain, data ekonomi mulai menunjukkan pelemahan. Indeks Harga Produsen AS untuk April turun 0,5% dibanding bulan sebelumnya, bertolak belakang dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,2%. Ketidakpastian ini diperburuk oleh ketegangan dagang global yang belum terselesaikan, karena kesepakatan tarif antara AS dan China belum bersifat permanen.

Permintaan terhadap obligasi pemerintah meningkat, dibuktikan dengan turunnya imbal hasil Treasury 10 tahun AS dari 4,55% menjadi 4,45%. Biasanya, Bitcoin justru berkinerja lebih baik saat yield obligasi meningkat, karena menunjukkan berkurangnya kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola utang.

Kenaikan Bitcoin ke level $105.000 sangat bergantung pada dinamika makroekonomi. Untuk menilai apakah pasar bersikap hati-hati atau justru mulai pesimis, analisis terhadap pasar opsi Bitcoin menjadi penting. Biasanya, saat sentimen negatif dominan, indikator delta skew akan melewati angka 6%.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Opsi jual Bitcoin diperdagangkan lebih murah dari opsi beli, mencerminkan keyakinan kuat terhadap level support di $100.000. Meski begitu, optimisme ini mulai memudar, dengan indikator kini kembali ke level netral -4%.

Karena harga Bitcoin sangat berkorelasi dengan indeks saham AS, peluang untuk menembus $105.000 akan sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi makro seperti kebijakan The Fed dan potensi resesi. Arus masuk dana sebesar $320 juta ke ETF Bitcoin AS pada 14 Mei menunjukkan adanya minat institusional yang terus tumbuh. Ini menandakan perubahan persepsi investor terhadap Bitcoin sebagai aset yang semakin tidak bergantung pada pasar risiko, sehingga dapat mengurangi potensi penurunan tajam meski tanpa dukungan posisi long yang agresif.

Pandangan Trader Bitcoin Yang Terus Berkembang Tentang Peran BTC Dalam Setiap Portofolio Memperkuat Support $100K
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan