Jun 30, 2025

Ethereum Menguat, Tapi Apakah $3.000 Bisa Ditembus Tanpa Risiko?

Default Featured Image

Setelah berminggu-minggu berkutat di bawah bayang-bayang tekanan makroekonomi dan dominasi Bitcoin, Ethereum (ETH) tampaknya menemukan kembali napasnya. Dengan sinyal-sinyal teknikal yang semakin kuat dan aktivitas jaringan yang terus membaik, Ether kini mulai menunjukkan gejala breakout yang tak bisa lagi diabaikan.

Apakah ini sinyal sah menuju $3.000? Atau hanya ilusi rally sementara?

Breakout yang Dinantika: ETH Akhirnya Lepas dari Tekanan

Pada 22 April, harga Ethereum sukses menembus garis tren menurun yang telah membelenggunya sejak akhir 2024. Dengan menembus level $1.600, Ether mencatat breakout signifikan yang memicu gelombang optimisme pasar.

Indikator teknikal pun memperkuat narasi ini: Relative Strength Index (RSI) melonjak dari 56 ke 66 dalam waktu 24 jam, sebuah pertanda klasik bahwa kekuatan beli sedang menggeliat.

Saat ini, SMA 50-hari berada di $1.775 dan berperan sebagai support jangka pendek. Sementara itu, level-level resistance berikutnya telah diidentifikasi pada $2.100 (SMA 100-hari), dan zona konsolidasi besar antara $2.500 hingga $2.800 tempat bertenggernya SMA 200-hari.

“ETH breaking out,” ujar analis teknikal Mikybull Crypto, seraya menyoroti bahwa breakout ini bisa menjadi pembuka jalan menuju $3.000.

Fundamental Makin Kuat TVL dan Aktivitas On-Chain Meningkat

Data dari DeFiLlama dan platform analitik lainnya menunjukkan lonjakan signifikan dalam Total Value Locked (TVL) Ethereum dari $44,5 miliar pada 9 April menjadi $52,8 miliar per 8 Mei 2025.

Kenaikan ini mencerminkan pulihnya kepercayaan terhadap ekosistem Ethereum, terutama setelah peluncuran upgrade Pectra yang meningkatkan efisiensi dan kapabilitas staking.

Tak hanya itu, volume transaksi harian naik 22% menjadi 1,34 juta transaksi per hari. Beberapa proyek DeFi besar seperti Spark, Ether.fi, dan BlackRock BUIDL mencatat lonjakan partisipasi, menandakan bahwa ekosistem Ethereum tidak hanya hidup, tapi juga berkembang.

Namun, tidak semuanya seindah yang terlihat. Penurunan 95% dalam biaya gas sejak awal tahun menandakan rendahnya aktivitas intensif di jaringan, yang bisa menghambat proses burning ETH. Dengan reward staking yang terus berjalan, ETH saat ini menjadi inflationary satu hal yang bisa menghambat upaya jangka panjang menuju kelangkaan pasokan.

ETF Masih Jadi Penghambat

Di sisi lain, produk ETF spot Ether di AS menunjukkan kinerja yang kontras dengan Bitcoin. Tercatat, arus keluar bersih (net outflows) sebesar $39,7 juta pada 5–7 Mei, jauh di bawah performa ETF Bitcoin yang mencetak inflow $482 juta di periode yang sama. Ini mengindikasikan bahwa investor institusional masih bersikap hati-hati terhadap ETH.

“ETH bisa menargetkan $2.150–$2.700 dalam beberapa minggu ke depan,” prediksi analis Crypto Salamanca, dengan menambahkan bahwa efek upgrade Pectra bisa menjadi bahan bakar utama.

Akankah $3.000 Tertembus?

Target psikologis $3.000 tampaknya bukan sekadar angan-angan. Dengan didorong oleh tren teknikal dan on-chain yang positif, serta pasar kripto yang mulai pulih dari tekanan makro, Ethereum memiliki peluang besar untuk menguji ulang level ini dalam waktu dekat.

Namun, dua hal akan menentukan apakah Ether mampu menembus dan bertahan di atas $3.000:

1. Kembalinya minat investor institusi – terutama melalui ETF spot dan produk derivatif lainnya.
 
2. Kenaikan aktivitas transaksi – yang berujung pada peningkatan pembakaran ETH dan menekan tingkat inflasi jaringan.
 

Momentum Ada, Tapi Awas Euforia

Ethereum sedang berada di titik kritis. Tekanan telah surut, sinyal pemulihan mulai terlihat, dan pasar tampak mulai bergairah. Tapi seperti biasa dalam dunia kripto: yang cepat naik, bisa lebih cepat turun jika didorong oleh euforia semata.

Bagi investor dan trader, ini adalah saatnya untuk cermat. Breakout ini bisa menjadi awal dari tren naik yang lebih panjang atau hanya fatamorgana dalam landscape yang masih fluktuatif.

Pantau level-level kunci. Evaluasi sinyal teknikal dan fundamental. Dan, yang terpenting: jangan biarkan FOMO mengatur keputusan investasi.

Ethereum Menguat, Tapi Apakah $3.000 Bisa Ditembus Tanpa Risiko?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan