Jun 30, 2025

BlackRock Dorong Bitcoin jadi Aset Strategis Portofolio Global

Default Featured Image

BlackRock, manajer aset terbesar di dunia, menyatakan bahwa Bitcoin kini memasuki babak baru dalam persepsi institusi: dari aset spekulatif menjadi kebutuhan strategis. 

Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Robbie Mitchnick, Head of Digital Assets BlackRock, dalam konferensi Token2049 crypto, yang mempertegas arah pandang Wall Street terhadap BTC.

Dalam sesi wawancaranya dengan DL News, Mitchnick menegaskan bahwa kunci adopsi Bitcoin oleh institusi terletak pada korelasinya terhadap pasar ekuitas — khususnya saham teknologi. 

> “Jika Bitcoin terus diperdagangkan layaknya saham teknologi, institusi besar tidak akan terlalu tertarik,” ujarnya lugas.

Namun, arah bisa berubah drastis jika Bitcoin mampu menunjukkan korelasi rendah atau bahkan negatif terhadap ‘left tail events’ — istilah yang merujuk pada kejadian market ekstrem dan tak terduga. 

Dalam konteks portofolio, aset semacam itu sangat bernilai untuk diversifikasi dan lindung nilai (hedging).

> “Jika Bitcoin bisa menunjukkan performa defensif saat market jatuh, ia bisa menjadi aset penting di berbagai portofolio institusi,” tegas Mitchnick. 
>
> “Pertanyaannya bukan lagi ‘apakah ini terlalu berisiko?’, tapi justru ‘apakah terlalu berisiko jika tidak memilikinya sama sekali?’”

Dari Skeptisisme ke Dominasi ETF

Pernyataan Mitchnick mencerminkan perubahan sikap besar-besaran dari BlackRock terhadap dunia kripto, yang dipimpin langsung oleh CEO-nya, Larry Fink. 

Sebelumnya skeptis terhadap mata uang digital, Fink kini menjuluki Bitcoin sebagai “emas digital”, dan menilai aset ini sangat relevan di tengah ancaman inflasi dan ketidakstabilan geopolitik global.

BlackRock meluncurkan iShares Bitcoin Trust (IBIT) pada Januari 2024 — ETF Bitcoin spot yang kini menjadi yang tercepat pertumbuhannya dalam sejarah Wall Street. 

Dalam wawancara awal 2025, Fink bahkan memproyeksikan harga Bitcoin bisa mencapai $700,000 jika dana kekayaan negara (sovereign wealth funds) global mengalokasikan hanya 2%–5% dari portofolio mereka ke BTC.

Sinyal Dekorelasi: Arah Baru Bitcoin?

Data terbaru menunjukkan bahwa Bitcoin mulai menunjukkan tanda-tanda “decoupling” dari pasar saham, sebuah sinyal penting yang ditunggu oleh institusi besar. 

Meskipun volatilitas dan ketidakpastian regulasi tetap menjadi tantangan, narasi tentang Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang makin menguat.

Dalam lanskap makro yang semakin tidak pasti — mulai dari inflasi global, suku bunga tinggi, hingga fragmentasi geopolitik — pergeseran pandangan BlackRock bisa menjadi katalis besar bagi masuknya modal institusional lebih luas ke ekosistem aset digital.

BlackRock Dorong Bitcoin jadi Aset Strategis Portofolio Global
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan