Jun 30, 2025

Bitcoin Menuju Rekor Baru, Deal Dagang Trump Picu Lonjakan Harga

Default Featured Image

Bitcoin kini berada di ambang tonggak sejarah berikutnya: $100.000 per koin. Di tengah narasi resesi, tekanan suku bunga, dan volatilitas geopolitik, justru satu faktor politik yang menjadi pemantik momentum terbaru: Donald Trump.

Pada 7 Mei, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan segera menandatangani “perjanjian dagang besar” dengan negara yang ia sebut “besar dan sangat dihormati” yang menurut bocoran The New York Times, adalah Inggris.

Pengumuman tersebut langsung mengguncang pasar kripto, mendorong harga Bitcoin dari $97.759 ke $99.140 hanya dalam hitungan jam.

Trade Deal + Trump = Repricing Bitcoin

Trump bukan orang baru dalam menggerakkan pasar. Tapi kali ini, bukan lewat tarif atau pernyataan agresif, melainkan janji konkret atas kebijakan dagang bilateral. Para analis sepakat: optimisme atas perjanjian ini menciptakan momentum yang kuat bagi pasar risiko tinggi seperti kripto.

“Pasar bergerak berlawanan dari sentimen umum. Ketika mayoritas memprediksi penurunan, struktur harga justru berbalik naik,” kata Charlie Sherry dari BTC Markets kepada Cointelegraph. Ia juga menambahkan bahwa nilai psikologis $100.000 bukan hanya level harga, tetapi simbol dominasi pasar baru.

Neil Jacobs, co-founder FOMO21, menyebut secara gamblang bahwa lonjakan harga ini “karena Trump”. Sementara Anthony Pompliano menyatakan bahwa kesepakatan dagang ini “meningkatkan probabilitas Bitcoin menyentuh rekor baru di 2025.”

Narasi Baru Bukan Sekadar Halving dan ETF Lagi

Selama beberapa tahun terakhir, narasi penggerak harga Bitcoin lebih sering dikaitkan dengan siklus halving, adopsi institusi, atau regulasi. Tapi kali ini berbeda. Harga BTC yang melesat dari $80.000 pada 11 April menjadi hampir $100.000 pada 8 Mei terjadi di tengah gejolak makro—dan justru dipicu oleh kebijakan luar negeri.

Trump sebelumnya telah mendorong pemangkasan suku bunga dan bahkan mengancam untuk memecat Jerome Powell jika The Fed tidak segera menurunkannya. Namun, The Fed tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,50%, memicu spekulasi bahwa tekanan politik akan meningkat.

Menariknya, saat Trump mengumumkan tarif impor terhadap China, Kanada, dan Meksiko awal Februari, harga Bitcoin juga sempat menyentuh level $100.000 menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara manuver Trump dan lonjakan kripto.

Apa Kata Data? Likuidasi Short dan Skor Greed Naik

Lonjakan terbaru ini bukan tanpa dampak di balik layar. Menurut CoinGlass, lebih dari $96 juta posisi short telah dilikuidasi dalam 24 jam terakhir. Ini menandakan bahwa banyak trader yang mengantisipasi penurunan harga justru “terbakar” oleh kenaikan tiba-tiba.

Sementara itu, indeks Crypto Fear & Greed menunjukkan angka 65, masuk kategori “Greed”. Ini menjadi penanda bahwa psikologi pasar kini condong ke arah optimisme berlebih yang bisa menjadi bahan bakar tambahan atau bumerang jika ekspektasi tidak tercapai.

Tantangan dan Harapan Apakah Bitcoin Siap Menyentuh ATH Baru?

Perlu diingat: all-time high (ATH) Bitcoin saat ini adalah $109.000, dicapai pada 20 Januari hanya beberapa jam sebelum pelantikan Trump. Dengan tren yang tampak menjanjikan dan dukungan politik yang agresif terhadap deregulasi aset digital, peluang menuju ATH baru tampak semakin realistis.

Namun, risiko tetap membayangi. Jika perjanjian dagang gagal diumumkan secara resmi atau jika pasar menilai isi kesepakatan kurang substansial, koreksi tajam sangat mungkin terjadi. Apalagi jika The Fed tetap pada jalur kebijakan ketat, tekanan likuiditas akan segera terasa kembali.

Bitcoin Bergerak, Tapi Politik yang Mengemudi

Kenaikan harga Bitcoin kali ini bukan hanya tentang teknologi atau ekonomi, tapi tentang narasi dan Donald Trump sedang menulis bab barunya. Dari tarif impor hingga perjanjian dagang global, semuanya berdampak langsung ke pasar kripto yang kian sensitif terhadap kebijakan dan simbolisme.

$100.000 tinggal sejengkal. Tapi pertanyaannya kini bukan sekadar kapan, melainkan apa yang akan terjadi setelah itu?

Bitcoin Menuju Rekor Baru, Deal Dagang Trump Picu Lonjakan Harga
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan