Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (NYSE) adalah salah satu bursa saham terbesar di dunia. Populer dengan sebutan Wall Street, bursa sama ini berlokasi di 11 Wall Street, Lower Manhattan, New York City, New York, Amerika Serikat (AS). NYSE merupakan bursa efek tertua di AS sekaligus menjadi bursa tradisional terbesar di dunia. Kenapa tradisional? Karena perdagangan di lantai bursa dilakukan dengan sistem lelang ganda, ditangani oleh pialang yang mewakili pembeli dan penjual, dan satu spesialis untuk setiap efek yang terdaftar. Pada awalnya, NYSE dijalankan sebagai organisasi swasta dan menjadi entitas publik pada 2005 menyusul akuisisi bursa perdagangan elektronik Archipelago. Perusahaan induk New York Stock Exchange adalah NYSE Euronext yang juga mengoperasikan bursa ini. Kepemimpinan NYSE Euronext atas NYSE tidak terlepas dari aksi korporasi, setelah merger dengan bursa Eropa pada 2007. NYSE Euronext adalah perusahaan yang diakuisisi oleh Intercontinental Exchange. Sekitar 2.308 perusahaan mencatatkan sahamnya di NYSE. Harga saham-saham di NYSE mencapai US$14,242 triliun dalam kapitalisasi pasar global. Hingga Desember 2011, seluruh atau 30 perusahaan dalam Indeks Dow Jones Industrial Average dan seluruh atau 500 perusahaan di
Investasi saham di luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS), cukup menjanjikan. Hal ini didukung berbagai bursa saham yang tersedia. Misalnya saja Wall Street, yang merupakan nama beken dari New York Stocks Exchange (NYSE). Selain Wall Street, ada juga bursa saham lain yang cukup menjanjikan. Salah satunya adalah National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ). NASDAQ adalah bursa saham yang dioperasikan oleh National Association of Securities Dealers. Ketika memulai perdagangan pada 4 Februari 1971, NASDAQ merupakan bursa saham elektronik pertama di dunia. Dengan kata lain, NASDAQ adalah pasar saham elektronik tertua di dunia sekaligus menjadi salah satu bursa terbesar di AS. NASDAQ tidak memiliki lokasi yang menjadi pusat perdagangan atau lantai bursa. Tetapi, bursa saham ini menggunakan sistem perdagangan otomatis, pasar terbuka, multiple dealer trading system, dengan banyak pelaku pasar bersaing untuk menangani transaksi di masing-masing saham individual. NASDAQ menangani lebih banyak penawaran umum perdana (IPO) daripada bursa AS lainnya. Istilah NASDAQ juga merujuk pada NASDAQ Composite, indeks saham yang terdiri atas lebih dari 3.000 saham perusahaan teknologi dan bioteknologi terdepan seperti Apple,
NFT adalah salah satu aset kripto yang banyak diminati belakangan ini. Pasalnya, mata uang yang satu ini cukup unik karena bisa mewakili kepemilikan karya seni. Mau tahu lebih lanjut seputar NFT? Mari simak pengertian dan contohnya di dalam artikel ini! Apa itu NFT? NFT adalah singkatan dari Non-Fungible Token yang artinya sertifikat digital yang diamankan menggunakan teknologi kripto. Fungsi dari NFT adalah untuk menyatakan kepemilikan seseorang terhadap aset digital seperti video, foto, game, dan media virtual lainnya. Jadi, meskipun aset digital mudah dan banyak diduplikasi di dunia maya, kamu tetap bisa mendapat kepemilikan terhadap aset digital yang asli menggunakan Non-Fungible Token. Konsepnya kurang lebih mirip seperti lukisan konvensional, hanya ada satu karya yang original meskipun ada banyak lukisan duplikat. Aset yang didaftarkan sebagai NFT akan dicatat dalam jaringan blockchain. Jika sudah tercatat dalam jaringan, aset tersebut tidak akan bisa diduplikasi lagi. Jadi, teknologi ini bisa membantu sebuah karya digital memiliki versi original yang ditandai dengan sertifikat NFT. Sehingga, karya digital tersebut bisa memiliki nilai dan dapat diperjualbelikan seperti layaknya karya seni lainnya.
Sebagai investor baru di pasar saham global, pasti kita bakal bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual saham. Tujuannya satu, biar tidak rugi ketika melakukan transaksi saham tersebut. Namun, banyak yang menyederhanakan waktu beli dan jual saham. Kebanyakan pemula hanya melihat waktu yang tepat membeli saham adalah saat harga turun, dan waktu menjual yang tepat adalah saat harga naik. Pertanyaannya, benarkah demikian sederhananya? Tidaklah salah menerapkan hal tersebut. Tapi, ternyata ada jam, hari, dan bulan yang tepat untuk melakukan pembelian dan penjualan saham di bursa global, lho! Penasaran? Yuk, kita simak ulasan lengkapnya berikut ini. Waktu yang tepat untuk membeli dan menjual saham Kebiasaan investor di pagi hari saat jam pasar saham global buka adalah mengecek update volume dan harga pasar saham yang
Pernahkah kamu mendengar istilah October Effect? Istilah yang juga populer dengan julukan Halloween Effect ini memang punya kesan “seram”. Tapi, walau agak mengerikan bagi investor saham global, October Effect tetap dinantikan. Jadi, apa itu October Effect dalam pasar saham global? October Effect adalah momen di mana harga saham global cenderung menurun. Momen ini mengerikan karena ada berbagai sejarah yang terjadi sepanjang bulan Oktober. Tapi, momen ini dinantikan karena saatnya borong saham. October Effect menjadi momen “diskon” untuk hampir semua saham yang ada di bursa saham dunia. Agar kamu bisa memanfaatkan October Effect untuk dapat cuan besar, yuk kenali sejarah dan alasannya October Effect dinantikan investor. Cerita di balik Oktober Effect Seperti yang sudah kita bahas di awal tadi, bahwa bulan Oktober identik dengan hal-hal yang berbau menyeramkan dan mengerikan. Karena bulan Oktober juga bertepatan dengan Halloween. Apakah dampaknya juga akan menyeramkan dalam pasar saham? Sebenarnya, October Effect merupakan salah satu fenomena dari calendar effect, y
Aset kripto adalah salah satu mata uang digital yang semakin populer. Pasalnya, aset ini menawarkan kemudahan transaksi dan transparansi data yang tidak dimiliki mata uang konvensional. Sebagai instrumen investasi, potensi kenaikan harga aset kripto juga menjanjikan karena permintaan pasar yang terus meningkat. Namun, amankah berinvestasi di mata uang ini dalam jangka panjang? Mari pahami proyeksi masa depan aset kripto terlebih dahulu lewat artikel berikut. Sejarah dan Perkembangan Aset Kripto Aset kripto mulai dikenal masyarakat pada tahun 2009, yaitu saat Satoshi Nakamoto memperkenalkan Bitcoin ke publik. Mata uang kripto pertama di dunia ini kemudian mulai diminati, sehingga mendorong banyak mata uang kripto lain bermunculan (disebut altcoin, alternatif dari Bitcoin), seperti Ethereum, Tether, dan Cardano. Aset kripto adalah inovasi baru di dunia keuangan saat itu. Pasalnya, Bitcoin memanfaatkan teknologi blockchain yang menggunakan sistem validasi transaksi terdesentralisasi. Artinya, setiap transaksi Bitcoin divalidasi oleh banyak orang di dalam jaringan blockchain dan tidak lagi divalidasi oleh pihak ketiga seperti bank. Konsep ini membuat proses transaksi menjadi le
Altcoin adalah jenis cryptocurrency yang dibuat sebagai alternatif Bitcoin. Mata uang ini mulai banyak muncul sejak kesuksesan Bitcoin sebagai alat tukar dan instrumen investasi digital. Pada September 2021, terdapat lebih dari 12 ribu Altcoin yang beredar di pasar. Semuanya memiliki dasar teknologi dan cara kerja yang sedikit berbeda satu sama lain. Lantas, apa pengertian Altcoin, perbedaannya dengan Bitcoin, serta jenis-jenisnya? Simak di dalam artikel berikut! Apa itu Altcoin dan perbedaannya dengan Bitcoin Apa itu Altcoin? Altcoin adalah semua jenis cryptocurrency selain Bitcoin yang diciptakan sebagai alternatif dari mata uang kripto pertama tersebut. Istilah Altcoin berasal dari kata “alt” atau alternatif dan “coin”. Banyak Altcoin dibuat untuk memfasilitasi fitur yang tidak tersedia pada Bitcoin. Beberapa Altcoin lain juga menawarkan transaksi yang lebih murah dan efisien. Tak heran, laju pertumbuhan varian Altcoin bertumbuh sangat cepat, mulai dari 6 ribuan di tahun 2020, 8 ribuan pada Maret 2021, hingga mencapai 12 ribuan di September 2021. Berbagai varian tersebut menyediakan banyak fitur dan beberapa di antaranya saling tumpang tindih.
Standard & Poor’s yang populer dengan singkatan S&P adalah perusahaan penyedia indeks terkemuka di dunia dan perusahaan peringkat kredit independen. Perusahaan ini memberi rating obligasi, saham, surat berharga, dan perusahaan asuransi. Standard & Poor’s juga mengompilasi indeks pasar saham berpengaruh dan menerbitkan laporan, panduan, serta buku pegangan pada topik keuangan. Indeks yang dirilis S&P yaitu S&P 500 adalah salah satu acuan paling sering digunakan untuk menilai kinerja pasar saham perusahaan besar dan juga menjadi patokan untuk sejumlah dana indeks saham (stock index funds) perusahaan besar. Bagi kamu yang ingin berinvestasi saham luar negeri, terutama saham di Amerika Serikat (AS), yuk kenali sejarah singkat hingga ulasan menarik mengenai Indeks S&P 500 berikut ini. Sejarah perusahaan S&P S&P adalah salah satu anak perusahaan dari McGraw-Hill yang merupakan perusahaan pemeringkat atas saham dan obligasi. Perusahaan ini merupakan salah satu dari tiga perusahaan besar dalam industri pemeringkatan efek bersama Moody's dan Fitch Ratings. Salah satu produknya yang dikenal secara luas adalah pemeringkatan atas 500 saham d
Investor saham luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS), wajib mengetahui detail informasi terkait pasar modal luar negeri. Salah satunya adalah Nomor CUSIP dan cara membacanya. Apa itu CUSIP? CUSIP adalah singkatan dari Committee on Uniform Securities Identification Procedures yang dibentuk pada 1962. Komite ini mengembangkan sistem identifikasi sekuritas, khususnya saham yang terdaftar di AS dan Kanada, serta obligasi pemerintah yang diimplementasikan pada 1967. Sistem CUSIP dimiliki American Bankers Association dalam hubungannya dengan Standard & Poor's (S&P). Sistem ini berfungsi memudahkan proses penyelesaian dan pembersihan sekuritas terkait. Dalam sistem ini ada Nomor CUSIP yang dirancang untuk digunakan oleh sebagian besar sistem pencatatan perdagangan terkomputerisasi. Adapun hal penting yang perlu kamu ketahui terkait Nomor CUSIP adalah nomorny terdiri atas kombinasi sembilan huruf dan angka. Bagi kamu yang mau masuk pasar saham Amerika dan Kanada, yuk kenali apa itu Nomor CUSIP, cara mengetahuinya, dan perbedaan Nomor CUSIP dengan ISIN. Apa itu Nomor CUSIP? Seperti dijelaskan sebelumnya, CUSI
Bagi investor, berinvestasi di instrumen apapun berarti mencari cuan. Salah satu instrumen investasi yang menawarkan keuntungan besar adalah saham.
Ethereum atau ETH adalah mata uang crypto yang popularitasnya kedua terbesar di dunia setelah Bitcoin. Per 2 Desember 2021 lalu, pasar ETH bernilai US$535 miliar! Permintaan investor dan harga yang terus naik bikin Ethereum jadi instrumen investasi yang potensial. Nah, selain menukarkannya dengan uang konvensional, ada juga cara lain mendapatkan koin Ether, yaitu dengan mining atau menambangnya. Bagaimana cara menambang Ethereum? Simak penjelasannya di dalam artikel ini! Cara kerja menambang Ethereum Sama seperti Bitcoin, Ethereum beroperasi di jaringan blockchain yang terdesentralisasi. Jadi, setiap transaksi yang terjadi di dalam sistem Ethereum divalidasi oleh orang-orang yang ada dalam jaringan dengan cara memecahkan algoritma rumit. Jika berhasil, orang-orang tersebut akan mendapatkan koin sebagai bayaran atas jasanya. Cara kerja ini disebut dengan Proof of Work (PoW). Oleh sebab itu, orang yang berusaha melakukan validasi transaksi tersebut disebut 
Bagi investor, berinvestasi di instrumen apapun berarti mencari cuan. Salah satu instrumen investasi yang menawarkan keuntungan besar adalah saham. Jika kamu sudah terjun di dunia pasar saham Tanah Air, tidak ada salahnya melirik saham-saham besar perusahaan dunia. Sebut saja Microsoft dan Apple yang memang jadi jawara untuk urusan cuan. Selain capital gain dan dividen, ada berbagai keuntungan beli saham di luar negeri. Penasaran? Yuk simak. 1. Beli saham per lembar dan in fraction Keuntungan beli saham di luar negeri yang pertama adalah bisa beli per lembar. Tentunya hal ini sangat berbeda dengan aturan pasar saham Indonesia yang mewajibkan investor membeli 1 lot saham atau 100 lembar saham. Dari harga, saham luar negeri terutama bursa Amerika Serikat (AS) memang cenderung lebih mahal. Misalnya saja harga saham Google yang mencapai US$2.751 atau Rp38,8 juta per lembar saham. Jadi, modal awal untuk beli satu lembar saham Google hampir Rp40 juta. Meski boleh beli per lembar, harganya yang tinggi tentu memberatkan investor saham modal terbatas. Di sinilah ada lagi keuntungan beli saham di lua