Dua Raksasa, Satu Tonggak Sejarah
Dua raksasa teknologi dunia, Apple Inc. (AAPL) dan Microsoft Corp. (MSFT), kini berdiri di puncak dunia finansial. Pada Selasa (28/10), kedua perusahaan resmi menembus valuasi US$4 triliun tonggak bersejarah yang hanya pernah dicapai oleh Nvidia sebelumnya.
Lonjakan ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap masa depan teknologi berbasis AI (Artificial Intelligence), sekaligus menimbulkan tanda tanya besar: apakah ini momen revolusioner atau awal dari “gelembung baru” di Wall Street?
“Valuasi Apple dan Microsoft memang sangat tinggi, tapi tidak bisa dipungkiri roduk mereka digunakan semua orang, di rumah maupun di tempat kerja,” ujar Kristofer Barrett, Head of Global Equities di Carmignac.
“Namun, kita juga mulai melihat area pasar yang terasa ‘frothy’ terlalu panas.”
Microsoft di Depan, Apple Menyusul
Kedua perusahaan ini telah mencatat kenaikan kapitalisasi pasar gabungan hampir US$1,4 triliun hanya dalam tahun 2025.
- Saham Microsoft melonjak 28% year-to-date, menambah sekitar US$900 miliar ke valuasinya.
- Saham Apple naik 15%, menambah sekitar US$459 miliar.
Katalis utamanya? Ledakan AI dan ekspansi besar-besaran di sektor cloud computing dan perangkat keras pintar.
Barrett menilai, dari kedua perusahaan, Microsoft lebih pantas berada di valuasi tinggi karena pertumbuhan pendapatannya lebih cepat, terutama dari Azure dan integrasi AI melalui OpenAI. Sementara Apple dinilai masih menghasilkan laba besar, namun kurang inovasi signifikan, terutama dalam strategi AI.
Raja Baru AI, tapi Risiko Meningkat
Saham Microsoft melonjak hingga 4,2% pada Selasa setelah perusahaan mengumumkan kesepakatan monumental dengan OpenAI, pembuat ChatGPT. Kesepakatan ini akan memungkinkan OpenAI untuk restrukturisasi menjadi perusahaan publik (Public Benefit Corporation / PBC) dengan valuasi US$500 miliar, di mana Microsoft akan memiliki 27% saham senilai US$135 miliar.
Namun, kesepakatan besar ini datang dengan dua sisi mata uang. Analis pasar seperti Chris Beauchamp dari IG Group memperingatkan bahwa risiko regulasi dan overvaluasi bisa menjadi masalah serius ke depan.
“AI kini memasuki fase implementasi nyata, bukan sekadar hype. Tapi valuasi saat ini mengasumsikan pertumbuhan OpenAI yang sangat cepat. Jika ada perlambatan, saham ini bisa terlihat terlalu mahal,” ujarnya.
Selain itu, Microsoft kini menghadapi potensi pengawasan ketat dari regulator antimonopoli di AS dan Eropa, mengingat dominasi mereka di sektor cloud dan AI enterprise.
Naik ke US$4 Triliun Berkat iPhone 17
Sementara Microsoft berkuasa di sektor AI, Apple menempuh jalur berbeda lewat kekuatan produk konsumennya. Saham perusahaan naik 0,4% ke rekor US$269,87, menjadikannya perusahaan ketiga yang menembus valuasi US$4 triliun setelah Nvidia dan Microsoft.
Pendorong utamanya adalah penjualan kuat seri iPhone 17, yang melonjak 14% lebih tinggi dari iPhone 16 dalam 10 hari pertama peluncuran di AS dan China, menurut Counterpoint Research.
Kinerja ini berhasil meredam kekhawatiran investor terhadap lambatnya strategi AI Apple, sekaligus mendorong rebound saham yang sempat negatif di awal tahun.
“iPhone menyumbang lebih dari separuh laba dan pendapatan Apple. Semakin banyak orang membeli iPhone, semakin dalam mereka masuk ke dalam ekosistem Apple,” jelas Chris Zaccarelli, CIO di Northlight Asset Management.
Meski begitu, analis memperingatkan bahwa Apple tetap perlu menunjukkan inovasi di bidang AI dan layanan digital agar tidak tertinggal oleh pesaing seperti Google dan Samsung.
Wall Street Euforia, Tapi Bayangan “Gelembung AI” Mengintai
Lonjakan valuasi dua raksasa teknologi ini terjadi di tengah rally besar pasar saham AS, di mana indeks S&P 500 telah mencetak rekor tertinggi baru sebanyak 34 kali sepanjang 2025. Sentimen positif didorong oleh optimisme terhadap AI, suku bunga yang menurun, dan data inflasi yang moderat.
Namun, sebagian analis mulai membandingkan kondisi ini dengan “dotcom bubble” era 2000-an, ketika euforia terhadap internet mendorong valuasi perusahaan teknologi melambung jauh dari fundamental.
“Kita memang sedang dalam euforia AI. Tapi ini bukan 1999,” kata Beauchamp.
“Perbedaannya, para pemimpin teknologi saat ini menghasilkan laba bersih luar biasa Microsoft US$95 miliar dan Apple lebih dari US$100 miliar.”
Mike Fox, Head of Equities di Royal London Asset Management, juga menilai bahwa meskipun valuasi tampak mahal, fundamental kedua perusahaan tetap kuat.
“Saya tak akan buru-buru menyebut ini gelembung. Valuasi Apple dan Microsoft tidak jauh lebih tinggi dibanding bisnis berkualitas non-AI lainnya,” ujarnya. “Pertanyaannya sederhana: seberapa besar mereka bisa memonetisasi AI di masa depan?”
AI Jadi Penentu Masa Depan, Tapi Konsolidasi Tak Terhindarkan
Jika tren ini berlanjut, industri teknologi global bisa memasuki fase konsolidasi besar-besaran, di mana hanya perusahaan dengan kekuatan finansial dan akses chip AI yang bertahan. Microsoft, Apple, Nvidia, dan Google kini menguasai lebih dari 30% kapitalisasi total pasar S&P 500, tingkat dominasi tertinggi dalam sejarah indeks tersebut.
Namun, di balik dominasi itu, muncul kekhawatiran baru:
- Ketimpangan pertumbuhan di sektor teknologi,
- Ketergantungan terhadap hype AI, dan
- Risiko regulasi di berbagai yurisdiksi.
Dengan valuasi US$4 triliun, baik Microsoft maupun Apple kini berada di wilayah yang belum pernah dijelajahi sebelumnya. Dan sebagaimana sejarah pasar menunjukkan, setiap ketinggian baru selalu datang dengan risiko yang lebih besar.
Inovasi, Dominasi, dan Risiko yang Tak Terelakkan
Apple dan Microsoft saat ini mewakili dua wajah pasar teknologi global: AI dan ekosistem digital. Keduanya mencetak rekor, menghasilkan laba raksasa, dan membentuk arah masa depan industri.
Namun dibalik euforia, muncul pertanyaan besar yang menggantung di benak investor: Apakah ini puncak inovasi atau awal dari “gelembung AI” baru yang perlahan mengembang?
Saat AI Mengubah Dunia, Saatnya Kamu Berinvestasi Cerdas
Euforia teknologi bukan hanya milik Wall Street. Melalui Nanovest, kamu bisa ikut memiliki saham AS seperti Apple, Microsoft, Nvidia, dan Google mulai dari Rp 5.000 saja. Bangun portofolio cerdas di era AI, pantau tren global, dan jadikan momentum ini sebagai peluang jangka panjang.
Mulai berinvestasi hari ini karena masa depan teknologi sedang terjadi sekarang.



