Shell plc melalui anak usahanya di Nigeria, SNEPCo, memutuskan untuk menyetujui investasinya di proyek gas lepas pantai “HI” (HI gas project). Langkah ini memperkuat ambisi Nigeria dalam ekspor LNG dan mengokohkan strategi gas terintegrasi global Shell.
Mengapa Proyek HI Kini Mendadak Sorotan?
- Proyek ini akan menghasilkan 350 juta kaki kubik gas standar per hari (≈ 60.000 barel setara minyak per hari) jika berjalan maksimal.
- Lokasi: sekitar 50 km dari pantai Nigeria, pada kedalaman 100 meter.
- Sumber daya yang dapat dipulihkan (recoverable resource) diperkirakan sekitar 285 juta barel setara minyak (mmboe).
- Gas akan diolah di pantai (Bonny Island) dan dialirkan ke fasilitas Nigeria LNG (NLNG) di mana Shell memegang 25,6% saham.
- Proyek ini bekerja sama antara Sunlink Energies (60%) dan Shell / SNEPCo (40%).
- Fasilitas meliputi: platform kepala sumur (wellhead) dengan empat sumur, pipa multiphase ke daratan, dan pabrik pengolahan gas di Bonny.
Langkah persetujuan (Final Investment Decision / FID) ini menyusul keputusan serupa di proyek Bonga North dan penguatan posisi Shell di ladang Bonga sebelumnya.
Dampak & Implikasi Strategis
1. Bahan Bakar Pendorong Ekspor LNG Nigeria
HI akan menjadi pendorong utama pasokan gas ke Train 7 NLNG, yang ditargetkan menambah kapasitas terminal Bonny Island hingga +35% dibanding kapasitas eksisting. Dengan sentimen global yang semakin memihak gas karena relatif lebih rendah emisi dibanding batu bara peningkatan pasokan LNG menjadi sangat strategis bagi Nigeria dan Shell.
2. Mengokohkan Portofolio Gas Terintegrasi Shell
Shell menargetkan pertumbuhan tahunan 4–5% untuk output LNG global hingga 2030, dan proyek HI adalah bagian dari komitmen agar proyek hulu + gas terintegrasi mencapai puncak produksi bersama >1 juta boe/hari.
3. Roda Ekonomi & Pekerjaan Lokal
Investasi ini akan membuka peluang lapangan kerja konstruksi, operasi, dan rantaian lokal di Nigeria kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Risiko & Tantangan di Depan Mata
- Regulasi & fiskal Nigeria: Perubahan kebijakan migas atau pajak bisa memengaruhi kelayakan investasi.
- Intimidasi & sabotase: Infrastruktur gas Nigeria kerap menjadi target vandalisme atau pencurian pipa risiko nyata dalam sejarah migas Nigeria.
- Ketergantungan pasar ekspor global: Jika permintaan LNG global melemah, proyek bisa rentan.
- Infrastruktur pendukung & pipeline: Keandalan pipa multiphase dan fasilitas transportasi harus dipastikan agar tidak menjadi bottleneck.
Hubungan & Tren Energi Global
- Proyek HI melengkapi tren Nigeria memajukan gas sebagai aset strategis di era transisi energi.
- Sebelumnya, Nigeria juga menjalin kerjasama floating LNG (FLNG) dengan Golar LNG, untuk memanfaatkan gas lepas pantai tanpa bergantung penuh ke infrastruktur darat.
- Shell sendiri melihat gas sebagai alat transisi: meski hidrogen dan teknologi CCS (Carbon Capture & Storage) menjanjikan, LNG tetap menjadi jembatan yang realistis dalam jangka menengah.
Menarik untuk Diikuti
- Kapankah produksi dari HI benar-benar dimulai? Shell menargetkan sebelum akhir dekade ini.
- Sejauh mana Train 7 NLNG akan menyerap pasokan tambahan dan bagaimana harga LNG akan merespons penambahan kapasitas global dari proyek serupa?
- Bagaimana regulasi Nigeria akan menyeimbangkan antara insentif investasi dan perlindungan negara (negosiasi royalti, pajak, local content)?
Dengan proyek HI, Shell bukan sekadar membuka keran gas baru melainkan memposisikan diri sebagai pemain utama dalam pergeseran global menuju gas bersih. Bagi Nigeria, ini mungkin menjadi momen untuk bangkit dari jerat flaring, memperkuat ekspor energi, dan menata era baru migas Afrika.