Oracle Siap Rilis Laporan Keuangan, Pasar Menunggu Petunjuk Apakah Gelembung AI Mulai Retak
Oracle kembali menjadi sorotan jelang rilis laporan keuangan kuartalannya pada Rabu malam waktu setempat. Investor di Wall Street menanti data terbaru ini untuk melihat apakah pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) masih solid, atau justru mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Menurut proyeksi analis Bloomberg, Oracle diperkirakan membukukan laba per saham sebesar US$1,64 pada kuartal fiskal kedua, meningkat dari US$1,47 pada tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai US$16,21 miliar, naik 15% dari periode yang sama tahun lalu. Lonjakan menarik juga terlihat pada unit bisnis yang berkaitan langsung dengan AI, yakni Oracle Cloud Infrastructure (OCI), yang diperkirakan tumbuh hingga 68% mendekati angka US$4,1 miliar.
Meski bisnis AI berkembang pesat, performa saham Oracle justru sempat melemah. Sejak mencapai puncaknya di kisaran US$328 pada September, saham perusahaan turun sekitar 33%. Hal ini terjadi saat kelompok saham teknologi besar lain — yang dikenal sebagai “Magnificent Seven” — justru mencatat kenaikan lebih dari 11% secara kolektif.
Salah satu faktor yang mendorong optimisme pasar sebelumnya adalah lonjakan besar dalam remaining performance obligations (RPO), atau pesanan pendapatan masa depan, yang melesat 360% ke US$455 miliar pada kuartal pertama. Sebagian besar lonjakan itu ditopang kontrak besar senilai US$300 miliar dengan OpenAI. Namun, ketergantungan Oracle terhadap satu mitra besar justru memunculkan kekhawatiran, mengingat OpenAI sendiri masih mencatat biaya jauh lebih tinggi daripada proyeksi pendapatannya.
Selain itu, sentimen kehati-hatian investor turut dipengaruhi oleh wacana “gelembung AI.” Kekhawatiran muncul terkait pembiayaan ekspansi teknologi menggunakan utang, terutama pembangunan pusat data bernilai besar. Oracle sendiri kini menanggung utang sekitar US$105 miliar, dan tahun ini menerbitkan obligasi baru senilai US$25,8 miliar untuk mendukung belanja modal.
Lonjakan belanja modal Oracle terlihat jelas — dari US$2,3 miliar tahun lalu menjadi US$8,5 miliar pada kuartal pertama — seiring strategi agresif memperluas kapasitas AI dan komputasi cloud.
Meski tekanan sentimen terus meningkat, beberapa analis masih melihat ruang positif. Jefferies menilai penurunan harga saham saat ini justru bisa membuka peluang rebound. JPMorgan juga menyebut bahwa kenaikan biaya Oracle merupakan bagian dari pertaruhan jangka panjang untuk mengamankan pertumbuhan pendapatan, terutama jika segmen OCI terus mengungguli pemain cloud besar lainnya seperti Amazon, Alphabet, dan Meta.
Di pasar derivatif, implied move menunjukkan volatilitas tinggi — saham Oracle berpotensi bergerak hingga 10% ke atas atau bawah setelah hasil laporan diumumkan. Bagi investor, pembaruan ini akan menjadi indikator penting untuk mengukur kesehatan sektor AI dan arah kepercayaan pasar ke depan.






