Perjalanan Nvidia (NVDA) kembali memasuki fase yang menentukan. Menjelang rilis laporan keuangan kuartal ketiga pada 19 November, saham perusahaan yang pernah memecahkan rekor sebagai emiten pertama yang mencapai valuasi US$5 triliun ini justru tergelincir menuju level teknikal penting.
Investor mulai bertanya: Apakah ini tanda awal gelembung AI? Atau hanya jeda sebelum reli berikutnya?
Ekspektasi analis masih luar biasa tinggi. Pasar menunggu pertumbuhan laba 54%, mencapai US$1,25 per saham, dengan pendapatan melonjak 56% menjadi US$55 miliar.
Di atas kertas, Nvidia masih memimpin industri chip AI secara absolut. Namun, dinamika pasar menyiratkan cerita yang jauh lebih kompleks.
Isyarat Bahaya atau Profit Taking?
Salah satu kejutan besar datang ketika Peter Thiel, melalui hedge fund Thiel Macro, melepas seluruh 537.742 saham Nvidia senilai sekitar US$85 juta. Beberapa pekan sebelumnya, SoftBank juga menjual posisinya lebih besar lagi senilai US$5,8 miliar, dengan alasan ingin mengalihkan fokus investasi ke OpenAI.
Kedua aksi jual ini bukan sekadar angka; ini adalah indikator psikologis yang kuat bagi pasar. Ketika tokoh-tokoh besar teknologi dan dana global keluar dari saham AI nomor satu dunia, wajar jika muncul pertanyaan: Apakah mereka melihat sesuatu yang belum diketahui investor retail?
Kekhawatiran gelembung AI pun menguat. Meski demikian, sebagian analis berpendapat bahwa aksi ini lebih mencerminkan “risk rebalancing” dibanding perubahan fundamental Nvidia.
Permintaan Blackwell & Rubin Bikin TSM Keteteran
Berbanding terbalik dengan ketakutan investor, CEO Nvidia Jensen Huang justru menegaskan bahwa permintaan chip Nvidia masih berada di jalur hiperbolik. Ia meminta TSMC meningkatkan produksi wafer untuk chip Blackwell, sementara laporan lain menyebut permintaan chip Rubin juga mengalir deras bahkan sebelum resmi dirilis.
Huang bahkan menyebut permintaan Blackwell “sangat kuat”. Artinya, secara fundamental, Nvidia masih belum melihat perlambatan yang berarti. Demand terus mengalir dari perusahaan-perusahaan AI dan hyperscalers terbesar dunia.
Amazon, Microsoft, Meta, Alphabet “Borong” Infrastruktur
Para anggota Magnificent Seven juga menguatkan narasi bahwa gelombang AI masih jauh dari selesai.
- Amazon menargetkan capex mencapai US$125 miliar, dengan hubungan “sangat dalam” dengan Nvidia.
- Microsoft meningkatkan target pengeluaran untuk infrastruktur AI.
- Meta bersiap memperbesar capex 2026.
- Alphabet juga memperlebar anggaran infrastrukturnya.
Dengan permintaan seperti ini, pasar chip AI tampak seperti pasar tanpa lantai—sayangnya, harga saham tidak selalu bergerak selaras fundamental jangka pendek.
Regulasi Semakin Rumit, Nvidia Dalam Sorotan
China memperketat pembelian chip AI asing, sementara investigasi antitrust terhadap akuisisi Mellanox kembali mencuat. Nvidia sempat diminta menghentikan produksi chip tertentu untuk pasar China, meski perusahaan menegaskan tidak ada fitur pengendalian jarak jauh seperti yang dikhawatirkan regulator.
Kesepakatan yang mengharuskan Nvidia menyerahkan 15% pendapatan chip H20 kepada pemerintah AS juga mengundang kritik. Situasi geopolitik ini memberi tekanan tambahan terhadap harga saham NVDA.
Percepatan Infrastruktur AI Global
Kemitraan Nvidia–OpenAI yang mengharuskan pembangunan pusat data setidaknya 10 gigawatt menjadi katalis jangka panjang. Evercore, Bank of America, Rosenblatt, hingga Goldman Sachs berebut menaikkan target harga mereka.
Namun ada juga kekhawatiran “circular demand” ketika Nvidia berinvestasi di startup AI yang kemudian membeli GPU Nvidia. Meski demikian, analis menegaskan permintaan nyata tetap mendominasi.
Nvidia di Titik Kritis
Secara teknikal, saham Nvidia kini menguji moving average 50 hari, sebuah level yang sering menentukan arah tren jangka menengah. Rating EPS dan Composite Rating berada di level 99 tertinggi dalam sistem IBD namun aliran dana institusi mulai netral (A/D rating: D+).
Dengan earnings tinggal hitungan hari, banyak analis menyarankan investor untuk menunggu pembentukan basis baru.
Nvidia Masih Raja, Tapi Jalan Menuju Puncak Berikutnya Tidak Mulus
Nvidia berada di tengah tarik-menarik antara fundamental superkuat dan sentimen pasar yang rapuh. Di satu sisi, perusahaan memimpin revolusi AI dunia. Di sisi lain, aksi jual investor besar dan tekanan geopolitik memberi bayangan pada performa jangka pendek.
Pertanyaannya kini bukan lagi “Seberapa besar Nvidia bisa tumbuh?”, tetapi “Seberapa besar volatilitas yang mampu ditahan investor saat Nvidia membangun masa depan AI?”



