Ledakan AI Mengubah Peta Bisnis Chip Dunia
Revolusi kecerdasan buatan (AI) menciptakan “gold rush” baru di industri semikonduktor. Di balik ketenaran GPU dan raksasa seperti Nvidia, ada perusahaan pendukung ekosistem AI yang justru menyimpan potensi pertumbuhan eksplosif lebih murah, kurang sorotan, namun berada di jantung infrastruktur data center.
Prediksi yang dilontarkan CEO Nvidia, Jensen Huang, bukan sembarangan: pengeluaran data center global untuk mendukung AI bisa mencapai $4 triliun per tahun pada 2030. Jika itu terjadi, rilisan GPU hanyalah puncak gunung es karena jaringan, memori, dan interkonektivitas akan menjadi tulang punggung produktivitas AI.
Dua perusahaan yang kini mendapat perhatian serius investor adalah Corning dan Micron Technology.
Corning, yang selama hampir dua dekade melekat di benak konsumen sebagai pemasok kaca pelindung iPhone, kini menjejakkan langkah lebih besar dalam lanskap teknologi melalui bisnis fiber optic berkecepatan tinggi yang menjadi nafas vital infrastruktur AI. Kebutuhan ini muncul karena satu node data center berbasis AI dapat memuat hingga 72 GPU Nvidia Blackwell, yang memerlukan miles of cable untuk memastikan pertukaran data berlangsung dalam hitungan nanodetik, sehingga perpindahan dari kabel tembaga menuju fiber optic menjadi keniscayaan. Performanya pun tercermin lewat laporan keuangan Q3 2025, dengan total pendapatan mencapai $4.27 miliar, didorong pertumbuhan 33% di Divisi Optical Communications dan lonjakan 58% pada segmen enterprise yang berkaitan erat dengan proyek AI.
Lebih dari setengah total laba perusahaan kini berasal dari bisnis fiber optic, menegaskan betapa strategisnya peran segmen ini. Menariknya, dari sisi valuasi, Corning juga tampak atraktif dengan P/E 35,9 lebih murah dibanding Nvidia yang berada di 45,2 serta AMD di 57,9 menjadikannya pintu masuk yang terjangkau bagi investor yang ingin menyentuh ekosistem pendukung AI tanpa membayar premi harga raksasa chip utama.
Micron kini dipandang sebagai penguasa segmen memori berkecepatan tinggi (HBM) yang menjadi tulang punggung performa GPU generasi mendatang. Jika kecerdasan buatan diibaratkan sebagai otak, maka HBM adalah sumber data yang memastikan otak tersebut bekerja tanpa jeda, dan Micron menjadi salah satu penyedia yang paling siap menjawab kebutuhan itu. Perusahaan mengklaim solusi HBM3E miliknya menawarkan kapasitas 50% lebih besar dengan efisiensi energi 30% lebih baik dibanding kompetitor, membuatnya menjadi pemasok penting untuk GPU terbaru Nvidia Blackwell Ultra GB300 dan AMD MI350 Series. Antusiasme pasar juga terlihat jelas: pasokan HBM3E untuk tahun 2026 hampir sepenuhnya terjual, sementara sampel HBM4 yang menjanjikan peningkatan kapasitas hingga 60% dan efisiensi tambahan 20% telah dikirim ke mitra industri.
Kinerja keuangannya memperkuat optimisme tersebut, dengan pendapatan FY 2025 mencapai $37.3 miliar atau melonjak 49% secara tahunan, sementara unit Cloud Memory yang menangani penjualan HBM meroket 257% menjadi $13.5 miliar. Dengan rasio P/E 27.3, nilai saham Micron masih tergolong lebih murah dibanding mayoritas pemain utama ekosistem AI, namun berada di posisi strategis di depan arus permintaan global yang terus menguat.
Mana Yang Lebih Menarik untuk Investor?
| Perusahaan | Fokus Produk AI | Pertumbuhan Tertinggi | Valuasi P/E |
| Corning | Fiber Optic untuk Data Center | Segmen Enterprise +58% | 35.9 |
| Micron | HBM untuk GPU AI | Cloud Memory +257% | 27.3 |
| Nvidia | GPU AI | Dominasi market | 45.2 |
| AMD | GPU AI | Pesaing Nvidia | 57.9 |
Dari sudut pandang risk-reward, Corning dan Micron menawarkan:
- Masuk lebih murah
- Memegang peran yang sangat krusial
- Permintaan AI yang masih jauh dari puncaknya
Membeli Chip Bukan Lagi Sekadar “Beli Nvidia”
Gelombang AI membuka fakta bahwa pasar semikonduktor tidak monolitik. GPU hanyalah wajah paling populer bukan keseluruhan ekosistem. Infrastruktur yang menopang perpindahan data (Corning) dan penyimpanan memori berkecepatan tinggi (Micron) bisa menjadi pemenang dalam diam ketika ekspansi AI memasuki fase skala masif.
Pertanyaan penting untuk investor adalah:
Apakah lebih bijak mengejar pemimpin industri yang sudah mahal, atau menangkap peluang dari penopang AI yang valuasinya masih(sekarang) terdiskon sebelum dunia menyadarinya?






