Walmart mencatat rekor tertinggi sahamnya setelah mengumumkan kerjasama strategis dengan OpenAI yang memungkinkan pengguna Chat GPT melakukan pembelian langsung melalui chat tanpa keluar dari platform chatbot.
Keputusan ini mendorong persepsi pasar bahwa retail besar kini memasuki fase “agentic commerce” atau belanja berbasis agen AI. Harga saham Walmart naik hampir 5 % pada hari pengumuman dan telah mencatat kenaikan sekitar 19 % sepanjang 2025 hingga saat ini.
Skema Kerjasama Walmart-OpenAI: Apa yang Disepakati
Pengumuman resmi menyebutkan bahwa Walmart akan memungkinkan pelanggan dan anggota Sam’s Club untuk melakukan pembelian produk melalui Chat GPT dengan fitur “Instant Checkout” yang dikembangkan OpenAI.
CEO Walmart, Doug McMillon, mengatakan:
“For many years now, eCommerce shopping experiences have consisted of a search bar and a long list of item responses. That is about to change.”
Walmart menggambarkan transformasi dari pengalaman belanja yang bersifat reaktif (“kita mencari apa yang kita mau”) ke pengalaman yang bersifat proaktif (“AI belajar dan memprediksi kebutuhan sebelum kamu mengetahuinya”).
Sementara itu, OpenAI menegaskan bahwa kerja sama ini bagian dari strategi mereka untuk memperluas jalur monetisasi lewat e-commerce, tidak hanya lewat produk besar teknologi.
Kenapa Ini Penting untuk Walmart & Pasar Sahamnya
Bagi Walmart, kerjasama ini bisa menjadi pembeda strategis dalam persaingan e-commerce yang semakin keras terutama melawan pesaing besar seperti Amazon.com, Inc.
Menurut analis, kerjasama dengan OpenAI dapat menambah nilai margin EBIT Walmart hingga 40 % jika implementasi berhasil.
Dari sudut pasar saham, pengumuman ini memicu kenaikan signifikan harga saham Walmart dan meningkatkan ekspektasi bahwa perusahaan bisa mempercepat adopsi AI dalam operasi dan penjualan.
Bagi para investor jangka menengah, ini menjadi sinyal bahwa saham yang terkait AI + retail besar mungkin memperoleh premium valuasi dibanding perusahaan retail tradisional saja.
Implikasi ke E-commerce dan Perilaku Konsumen
Model yang diperkenalkan disebut “agentic commerce” di mana AI tidak hanya menjawab pertanyaan (“apa sepatu yang bagus?”) tapi juga mengambil langkah-lanjut seperti menyarankan, memilih, dan membeli produk untuk pengguna.
Beberapa implikasi yang patut dicermati:
- Pengalaman belanja yang lebih personal dan cepat. Pengguna bisa langsung mengetik atau berbicara ke Chat GPT: “Saya kehabisan sabun cuci, bantu cari dan beli dari Walmart” lalu selesai transaksi.
- Retailer dan merek akan dipaksa berpikir ulang soal bagaimana mereka muncul dalam hasil pencarian serta chat-bot. Eksposur merek bisa berubah dari web toko ke asisten virtual.
- Untuk konsumen, kemudahan tersebut datang dengan tantangan seperti privasi data (AI mengenal kebiasaan belanja) dan dominasi oleh pemain besar retail yang punya katalog besar.
Risiko & Peringatan Bagi Investor
Meski penuh potensi, langkah ini juga melibatkan risiko yang harus dilihat dengan matang:
- Eksekusi teknis: Kerjasama di atas kertas bagus; namun implementasi secara luas (multi-item checkout, pengiriman, integrasi sistem lama) bisa tersendat. Jika Walmart gagal memanfaatkan hak momentum, ekspektasi pasar bisa kecewa.
- Valuasi yang terlalu cepat membesar: Kenaikan saham berbasis pengumuman semata sering menimbulkan flash-rally yang sulit dipertahankan. Sebagaimana dikemukakan bahwa sebagian investor menyangka ada potensi “gelembung AI”.
- Persaingan: Amazon, Google, dan lainya punya kapasitas besar untuk menyaingi agentic commerce. Jika Walmart kalah cepat atau mahal untuk mempertahankan margin, keuntungannya bisa mengecil.
- Regulasi & kepercayaan konsumen: Penggunaan AI dalam transaksi belanja luas menimbulkan pertanyaan soal data dan keamanan yang bisa memicu regulasi atau resistensi konsumen.
Kerjasama antara Walmart dan OpenAI bukan hanya headline saham ini gambaran bagaimana masa depan belanja online bisa berubah drastis. Dari “cari → klik → beli” ke “chat → beli” lewat AI.
Namun, keberhasilan langkah ini belum dijamin. Kecepatan eksekusi, pengalaman konsumen nyata, margin operasi, dan reaksi pesaing akan menentukan siapa yang benar-benar unggul.
Pertanyaan terbuka untuk kamu sebagai pembaca dan investor:
- Apakah pengguna benar-benar akan mengadopsi chatbot sebagai antarmuka belanja utama?
- Seberapa cepat Walmart bisa mengintegrasikan seluruh produk / kategori ke dalam sistem ini?
- Bagaimana investor akan menghargai perubahan ini dalam valuasi? Apakah kenaikan saham saat ini sudah mencerminkan risiko atau terlalu optimis?
“Dalam dunia ritel dan teknologi, perubahan paradigma antarmuka bisa sama pentingnya dengan perubahan teknologi itu sendiri jika belanja lewat chat, maka siapa yang mengendalikan chat-bot, mengontrol data dan pengalaman?”