Di tengah gelombang euforia kecerdasan buatan (AI) yang belum mereda, Advanced Micro Devices (AMD) kembali menarik perhatian pasar global. Perusahaan semikonduktor asal Santa Clara, California, itu menargetkan pendapatan tahunan sebesar USD 100 miliar dari chip pusat data (data center) dalam lima tahun mendatang sebuah proyeksi yang berani sekaligus menjadi tantangan langsung terhadap hegemoni Nvidia di ranah AI computing.
Saham AMD melonjak 4% dalam perdagangan pasca-penutupan setelah sempat turun 2,7% di sesi reguler, ditutup di level USD 237,52. Lonjakan ini mencerminkan antusiasme investor terhadap prospek pertumbuhan AMD yang diyakini bisa melipatgandakan laba lebih dari tiga kali lipat hingga 2030.
Pasar Chip Data Center Menuju USD 1 Triliun
Dalam acara AMD Analyst Day di New York yang merupakan pertemuan pertama dalam tiga tahun terakhir CEO Lisa Su menegaskan bahwa pasar chip data center akan mencapai USD 1 triliun pada 2030.
AI akan menjadi motor utama di balik ledakan nilai pasar tersebut, mencakup chip prosesor umum, chip jaringan, hingga chip khusus AI.
“Tidak ada keraguan, data center adalah peluang pertumbuhan terbesar yang pernah ada dan AMD berada di posisi yang sangat strategis untuk memanfaatkannya,” ujar Su.
Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, AMD menargetkan pertumbuhan 35% per tahun untuk seluruh bisnisnya dan 60% untuk segmen data center, kata CFO Jean Hu. Perusahaan juga memproyeksikan laba per saham mencapai USD 20 pada periode yang sama lonjakan besar dari estimasi USD 2,68 per saham di 2025 versi LSEG.
Merangkul OpenAI dan Membangun “Mesin M&A” AI
Sejak menandatangani kontrak multiyear dengan OpenAI pada Oktober 2025, AMD telah berada di radar besar para investor institusional. Kesepakatan yang bernilai “puluhan miliar dolar” per tahun itu dianggap sebagai sinyal kepercayaan besar terhadap kemampuan teknis AMD dalam memproduksi chip untuk beban kerja AI.
Namun, Lisa Su tak berhenti di situ. AMD juga mengakuisisi beberapa startup dan perusahaan perangkat lunak AI, termasuk ZT Systems (pembuat server AI) dan perusahaan software AI MK1, untuk memperkuat rantai pasok dan ekosistem pengembangan internalnya.
“Kami telah membangun mesin akuisisi (M&A machine),” ujar Su, menegaskan ambisi AMD untuk menyaingi model integrasi vertikal Nvidia.
Menurut Chief Strategy Officer Mat Hein, akuisisi ini bukan hanya untuk mengamankan teknologi, tetapi juga mengakuisisi talenta penting di bidang AI software.
“Kami akan terus melakukan akuisisi kecil (AI software tuck-ins) untuk memperkuat kemampuan AMD di ekosistem AI,” katanya kepada Reuters.
MI400 Senjata Baru AMD untuk Generative AI
AMD juga tengah menyiapkan peluncuran seri chip MI400 pada tahun 2026, yang akan hadir dalam beberapa varian untuk aplikasi ilmiah dan generative AI. Yang menarik, AMD berencana memperkenalkan server rack terintegrasi, mirip dengan GB200 NVL72 milik Nvidia, menandai langkah perusahaan menuju solusi komputasi AI end-to-end.
Dengan strategi tersebut, AMD ingin menunjukkan bahwa ia tidak hanya memproduksi chip, tetapi juga menyediakan seluruh infrastruktur pendukung bagi perusahaan yang ingin menjalankan model AI berskala besar dari prosesor hingga integrasi jaringan.
Persaingan Menuju 2030: AMD vs Nvidia
CEO Nvidia, Jensen Huang, sebelumnya memperkirakan pasar infrastruktur AI akan tumbuh hingga USD 3–4 triliun pada 2030. Angka ambisius itu kini menjadi medan perebutan dua raksasa: Nvidia yang menguasai GPU dengan dominasi di atas 80%, dan AMD yang berusaha menembusnya dengan efisiensi serta pendekatan terbuka terhadap pengembang software.
Walau banyak analis menilai kesepakatan AMD dan OpenAI belum cukup untuk menggoyang dominasi Nvidia, tren jangka panjang menunjukkan AMD mulai merebut posisi penting di pasar yang semakin haus daya komputasi.
Dari Penantang Menjadi Arsitek Masa Depan AI
Langkah AMD menunjukkan bahwa industri chip tidak lagi sekadar soal kecepatan transistor, tetapi tentang strategi integrasi ekosistem AI.
Keberhasilan perusahaan ini membangun rantai nilai dari perangkat keras hingga software akan menjadi penentu apakah mereka dapat menyaingi Nvidia, atau justru menjadi mitra penting dalam memperluas kapasitas komputasi global.
Bagi investor, sinyal ini memperjelas arah: AI bukan lagi “opsi masa depan” melainkan inti dari pertumbuhan korporasi semikonduktor dekade ini.
AMD Bertransformasi dari Pengejar Menjadi Pemain Sentral
Dengan proyeksi pendapatan data center USD 100 miliar dan ekspansi agresif melalui akuisisi serta inovasi chip AI, AMD kini tak lagi hanya membuntuti Nvidia tetapi menulis ulang peta persaingan industri semikonduktor global.
Jika proyeksi Lisa Su terbukti, maka dekade ini bisa menjadi babak baru di mana “AI bukan hanya dikuasai Nvidia, tapi diperebutkan AMD dengan strategi yang jauh lebih inklusif dan berlapis.”



