Setelah berminggu-minggu berkonsolidasi di bawah level resistensi kunci, Ether (ETH) akhirnya kembali menunjukkan taringnya. Untuk pertama kalinya dalam empat minggu, ETH ditutup di atas $2.700 pada Rabu, dan pergerakan naik ini berlanjut hingga Kamis, memberi sinyal kuat bahwa aset kripto nomor dua di dunia ini bersiap menembus level psikologis $3.000 mungkin secepat minggu ini.
Bukan hanya teknikal yang mendukung, tapi juga fundamental makro dan arus modal institusional yang kini mulai mengalir deras ke dalam ekosistem Ethereum. Jika tren ini berlanjut, bukan hanya Ether yang akan rally altcoin season bisa segera dimulai.
ETH vs BTC: Momentum Berbalik, Altseason Mungkin Sudah Dimulai
Menurut data dari Swissblock, posisi Ether saat ini terhadap Bitcoin jauh lebih kuat dibanding kuartal sebelumnya. Rasio ETH/BTC menunjukkan outperformance ETH, mengulang pola serupa yang memicu pemulihan altcoin pada awal Mei.
Yang lebih menarik, Swissblock menyoroti jendela 72 jam penting. Jika ETH berhasil mempertahankan kekuatannya dalam rentang waktu tersebut, maka ini bisa menjadi titik awal sebenarnya dari altseason periode ketika altcoin melampaui performa Bitcoin secara signifikan.
Dominasi pasar Bitcoin yang mulai melemah secara historis memang sering mendahului lonjakan be
Michael Saylor, salah satu pendiri Strategy, mengindikasikan bahwa perusahaannya akan kembali membeli Bitcoin mulai hari Senin, setelah sempat menghentikan pembelian selama satu minggu.
“Kadang, kita nggak cuma HODL,” tulisnya pada hari Minggu. Minggu lalu, Strategy tidak melakukan pembelian BTC, namun mengumumkan rencana penggalangan dana sebesar $4,2 miliar. Sebelumnya, perusahaan ini telah konsisten membeli Bitcoin selama 12 minggu berturut-turut.
Transaksi terakhir Strategy terjadi pada 30 Juni, ketika perusahaan membeli 4.980 BTC senilai $532 juta. Dengan pembelian itu, total kepemilikan mereka kini mencapai 597.325 BTC, dengan nilai pasar lebih dari $70,9 miliar.
Harga saham Strategy saat ini berada di sekitar $434 per lembar, naik lebih dari 16% sepanjang bulan ini. Meski demikian, angka tersebut masih di bawah rekor tertinggi $543 yang dicapai pada November 2024.
Perusahaan yang menyimpan Bitcoin sebagai cadangan kas kini memainkan peran besar di pasar, bahkan membeli lebih banyak BTC daripada yang ditambang setiap harinya. Kondisi ini bisa menimbulkan kelangkaan pasokan dan mendorong harga naik. Namun, sejumlah analis menilai bahwa pembelian besar-besaran oleh institusi dengan dana pinjaman bisa berisiko dan memicu tekanan pasar dalam jangka panjang.
Satoshi Nakamoto Masuk Daftar 11 Orang Terkaya Dunia Berkat Lonjakan Harga Bitcoin
Satoshi Nakamoto, pencipta anonim Bitcoin, kini disebut sebagai orang terkaya ke-11 di dunia setelah harga Bitcoin menembus angka $120.000 pada hari Minggu.
Berdasarkan data dari Arkham, Nakamoto diyakini menyimpan sekitar 1,096 juta BTC di berbagai dompet kripto, yang saat ini bernilai lebih dari $131 miliar. Secara teori, jumlah ini menjadikannya lebih kaya dari Michael Dell, CEO Dell Technologies, yang memiliki kekayaan sekitar $125,1 miliar.
Meski begitu, Forbes tidak memasukkan aset kripto dalam perhitungan daftar miliarder mereka. Forbes hanya menghitung kekayaan yang bisa diverifikasi secara publik, seperti saham perusahaan.
Bitcoin mencetak rekor tertinggi baru di atas $120.000 pada Senin, namun angka tersebut belum cukup untuk membawa Nakamoto ke posisi puncak daftar orang terkaya. Elon Musk masih bertengger di urutan pertama dengan total kekayaan lebih dari $404 miliar. Di bawahnya ada Larry Ellison dari Oracle dan Mark Zuckerberg dari Meta, yang masing-masing memiliki kekayaan sekitar $274 miliar.
Agar Nakamoto bisa mengklaim posisi teratas, harga Bitcoin harus melonjak hingga 208% menjadi sekitar $370.000, dengan asumsi kekayaan orang-orang lain tidak berubah.
Di tengah turbulensi pasar kripto yang masih sulit diprediksi, satu nama menonjol pada bulan Juni 2025: BitFuFu. Perusahaan penambangan Bitcoin berbasis di Singapura ini mencetak sejarah internalnya dengan memproduksi 445 BTC dalam sebulan, menjadikannya bulan produksi terbesar sepanjang tahun ini.
Angka tersebut naik 11,3% dibanding Mei, didorong oleh ekspansi besar-besaran dalam armada mining dan lonjakan kapasitas daya global mereka.
BitFuFu: Kuda Hitam dari Asia
Dibandingkan dengan nama-nama besar seperti MARA Holdings yang menggenggam 50.000 BTC dan Riot Platforms dengan 19.225 BTC, kepemilikan 1.792 BTC milik BitFuFu mungkin terlihat kecil.
Tapi jangan salah perusahaan ini sedang mengejar dengan kecepatan yang tidak bisa diabaikan. Dalam dunia mining Bitcoin, momentum bisa lebih penting daripada ukuran saat ini.
Dengan hashrate mencapai 36,2 exa hash per detik (EH/s) naik 6,2% dari bulan sebelumnya dan kapasitas daya meluas hingga 728 megawatt di lima benua, BitFuFu membuktikan bahwa mereka bukan hanya ambisius, tetapi juga efektif dalam eksekusi.
Lebih dari 80% hashrate mereka bahkan berasal dari mitra dan klien hosting, menunjukkan model bisnis cloud mining yang semakin matang.
Strategi Agresif dan Ef
Di tengah gelombang antusiasme pasar terhadap aset kripto, sebuah langkah strategis baru kembali menarik perhatian pelaku pasar Eropa: The Blockchain Group, perusahaan teknologi yang terdaftar di Euronext Paris dengan kode saham ALTBG, baru saja mengumumkan akuisisi 116 Bitcoin tambahan.
Nilai pembelian ini mencapai sekitar €10,7 juta (sekitar $12,5 juta), dan kini total kepemilikan Bitcoin mereka telah melonjak menjadi 1.904 BTC senilai lebih dari €172 juta atau setara dengan $202 juta.
Namun yang paling mencengangkan bukan hanya jumlahnya, melainkan yield atau hasil investasi yang dicatatkan sepanjang tahun 2025 ini: 1.348,8% Year-To-Date. Dalam dunia investasi, angka tersebut bukan hanya tinggi, melainkan hampir mustahil dicapai tanpa strategi jitu atau keberuntungan luar biasa.
Bagaimana Mereka Mencapainya?
The Blockchain Group memanfaatkan dua instrumen keuangan untuk mengakumulasi 116 BTC tersebut:
ATM-type Capital Increase (dengan TOBAM):
Melalui kerja sama dengan manajer aset TOBAM, perusahaan berhasil menghimpun dana se
0 comments