Agu 24, 2023

Oversold

Kamus Investasi Nanovest - Istilah Oversold

Apa itu Oversold?

Dalam ranah investasi dan trading, terdapat sejumlah istilah yang sering menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar. Salah satunya adalah “Oversold”. Lantas, apa definisi dari istilah tersebut?

John J. Murphy, dalam bukunya yang berjudul “Technical Analysis of the Financial Markets”, mendefinisikan oversold sebagai keadaan dimana harga saham atau instrumen investasi lainnya jatuh drastis hingga mencapai level yang lebih rendah dari apa yang sebenarnya semestinya. Ini biasanya diindikasikan dengan adanya perbedaan signifikan antara harga saham dengan rata-rata pergerakannya.

Dalam “Technical Analysis: The Complete Resource for Financial Market Technicians”, Charles D. Kirkpatrick II dan Julie R. Dahlquist menyatakan bahwa suatu aset dikatakan oversold ketika harganya turun lebih cepat daripada ekspektasi normalnya, hingga menciptakan kondisi dimana terjadi potensi rebound.

Secara dasar, “Oversold” mengacu pada suatu kondisi di mana aset keuangan telah diperdagangkan dalam jumlah yang berlebihan hingga harganya turun drastis. Ketika suatu aset mencapai kondisi oversold, berarti sudah ada tekanan jual yang sangat besar, dan ini bisa jadi pertanda bahwa akan terjadi rebound atau penguatan kembali.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi kondisi oversold adalah dengan menggunakan indikator teknikal. Indikator Relative Strength Index (RSI) merupakan salah satu alat yang paling populer. Ketika RSI (Relative Strength Index) berada di bawah angka 30, itu menandakan bahwa suatu aset mungkin berada dalam kondisi oversold.

Mengenali kondisi oversold adalah penting bagi trader dan investor. Ini karena kondisi ini sering kali menandakan adanya peluang untuk membeli aset dengan harga murah, menjelang potensi rebound yang mungkin terjadi.

3 Tipe Oversold Berdasarkan Kondisi

Kondisi oversold bukanlah suatu konsep monolitik. Ada beberapa jenis dan cara di mana aset dapat mencapai kondisi oversold.

1. Oversold Jangka Pendek

Ini terjadi ketika suatu aset mengalami penurunan tajam dalam periode waktu yang singkat, misalnya dalam beberapa jam atau hari. Meskipun mungkin menawarkan peluang trading jangka pendek, risikonya juga lebih tinggi.

2. Oversold Jangka Panjang

Ketika suatu aset terus menerus menunjukkan penurunan selama beberapa minggu atau bulan, ini menandakan kondisi oversold jangka panjang. Kondisi ini sering kali merupakan hasil dari fundamental perusahaan yang buruk atau perubahan makroekonomi.

3. Oversold Relatif

Ketika suatu aset jatuh lebih cepat dibandingkan aset lain dalam kategori yang sama atau indeks pasar, kondisi ini disebut sebagai oversold relatif. Ini bisa terjadi meskipun aset tersebut tidak benar-benar oversold dalam pengertian absolut.

Apa itu Oversold Fundamental vs Oversold Teknikal?

Oversold fundamental terjadi ketika fundamental perusahaan menunjukkan bahwa saham tersebut diperdagangkan dengan harga yang jauh di bawah nilai intrinsiknya. Ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti laporan keuangan yang buruk, berita negatif terkait industri, atau masalah internal lainnya.

Analis sering menggunakan rasio seperti Price to Earnings (P/E), Price to Book (P/B), dan dividen yield untuk menilai apakah saham tersebut berada dalam kondisi oversold dari sisi fundamental.

Sebaliknya, oversold teknikal fokus pada analisis pergerakan harga dan volume saham tanpa mempertimbangkan fundamental perusahaan. Indikator teknikal, seperti Relative Strength Index (RSI) atau Stochastic Oscillator, sering digunakan untuk menentukan apakah saham berada dalam kondisi oversold dari perspektif teknikal.

3 Cara Menilai Saham Oversold

Sama seperti halnya dengan analisis lainnya dalam dunia investasi, menilai saham oversold memerlukan kombinasi dari analisis teknikal dan fundamental. Dengan memahami kedua aspek ini, kamu bisa membuat keputusan yang lebih tepat dalam trading dan investasi.

1. Menggunakan Indikator Teknikal

Seperti yang telah disebutkan, RSI adalah salah satu alat yang paling umum digunakan. Saham dianggap oversold ketika RSI berada di bawah 30. Namun, penting untuk mengkombinasikan RSI dengan indikator lain seperti Moving Average Convergence Divergence (MACD) atau Bollinger Bands untuk konfirmasi lebih lanjut.

2. Analisis Fundamental

Untuk menilai dari sisi fundamental, kamu bisa melihat laporan keuangan perusahaan dan rasio valuasinya. Jika rasio P/E atau P/B saham tersebut jauh di bawah rata-rata industri, maka bisa jadi saham tersebut berada dalam kondisi oversold.

3. Memonitor Berita dan Sentimen Pasar

Berita negatif atau perubahan sentimen pasar bisa menyebabkan saham menjadi oversold dalam waktu singkat. Oleh karena itu, selalu penting untuk memonitor berita dan update terkait saham yang kamu amati.

Perbedaan Antara Oversold dan Overbought

“Oversold” dan “Overbought” adalah dua sisi dari spektrum yang sama dalam analisis teknikal saham atau aset keuangan lainnya.

Jika oversold menandakan bahwa suatu aset mungkin telah diperdagangkan berlebihan hingga harganya jatuh di bawah nilai sebenarnya, overbought adalah kebalikannya. Overbought mengindikasikan bahwa aset telah diperdagangkan dalam jumlah berlebihan hingga harganya naik di atas nilai sebenarnya.

1. Lihat dari Indikator Teknikal

Seperti halnya dengan oversold, indikator teknikal seperti RSI juga digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought. Saat RSI berada di atas 70, ini menunjukkan potensi overbought. Sementara oversold, seperti disebutkan sebelumnya, diidentifikasi ketika RSI berada di bawah 30.

2. Implikasi dalam Trading

Mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold adalah penting bagi trader karena ini bisa memberikan sinyal kapan saat yang tepat untuk membeli atau menjual aset. Ketika suatu aset berada dalam kondisi overbought, ini bisa jadi pertanda bahwa akan terjadi penurunan atau koreksi. Sebaliknya, kondisi oversold mungkin menandakan akan terjadi rebound atau penguatan kembali.

Oversold
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya