Apa itu Hard Fork?
Hard Fork, dua kata yang menandai salah satu peristiwa penting dalam dunia kripto. Hard fork terjadi ketika komunitas pengguna dan pengembang suatu mata uang kripto memutuskan untuk mengubah aturan dasar yang berlaku pada blockchain.
Bagaimana definisi hard fork menurut para pakar?
Penggagas Ethereum, Vitalik Buterin, melihat hard fork sebagai suatu tindakan untuk meningkatkan, memperbaiki, atau memodifikasi protokol dasar blockchain yang sudah ada. Ketika suatu blockchain menjalani hard fork, itu berarti ada perubahan signifikan pada kode sumber yang bisa membuat versi lama dan baru dari blockchain tersebut tidak kompatibel lagi.
Sedangkan Andreas M. Antonopoulos, sebagai salah satu pionir dalam industri kripto, mendeskripsikan hard fork sebagai sebuah divergensi dalam blockchain. Ia mengatakan, “Hard fork adalah sebuah kondisi di mana satu blockchain membelah menjadi dua, yang keduanya valid dengan versi perangkat lunak yang berbeda.”
Mengapa perlu melakukan hard fork? Kadangkala, perubahan ini diperlukan untuk mengatasi bug atau celah keamanan, menambahkan fitur baru, atau bahkan untuk mengatasi perselisihan dalam komunitas mengenai arah dan tujuan dari mata uang kripto tersebut.
Namun, perubahan ini bukan tanpa risiko. Dampak dari hard fork bisa mengakibatkan terciptanya dua versi blockchain yang berbeda: satu yang mengikuti aturan lama dan satu lagi yang mengikuti aturan baru. Jika kedua versi ini terus menerus dijalankan, maka akan ada dua mata uang kripto yang berbeda.
Bagaimana Cara Kerja Hard Fork?
Membayangkan hard fork mungkin seperti pemisahan jalur kereta. Awalnya ada satu jalur, tapi pada titik tertentu, jalur tersebut membelah menjadi dua.
- Pembahasan Awal: Sebelum terjadi hard fork, biasanya ada diskusi dan debat panjang antara para pengembang, penambang, dan stakeholder lainnya tentang apakah perubahan tersebut perlu dilakukan.
- Pengembangan Perangkat Lunak Baru: Jika keputusan telah dibuat untuk melaksanakan hard fork, maka perangkat lunak baru akan dikembangkan yang mencerminkan perubahan yang diinginkan.
- Distribusi dan Adopsi: Perangkat lunak baru ini kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan. Namun, agar hard fork berhasil, mayoritas penambang harus menerima dan mengadopsi perangkat lunak baru ini.
- Aktivasi: Pada blok tertentu yang telah ditentukan, hard fork akan diaktifkan. Mulai dari blok ini, aturan baru akan mulai berlaku.
- Divergensi: Jika sebagian besar jaringan mengadopsi aturan baru, maka versi lama dari blockchain akan ditinggalkan. Namun, jika ada sekelompok yang masih memegang aturan lama, maka dua versi blockchain bisa berjalan secara bersamaan.
Dalam catatan sejarah kripto, hard fork telah terjadi beberapa kali. Namun, setiap kali itu terjadi, komunitas kripto harus memutuskan: apakah mereka akan mengikuti jalan baru atau tetap setia pada jalan lama.
Ketika kamu mempertimbangkan untuk berinvestasi atau terjun dalam dunia kripto, memahami konsep seperti hard fork adalah esensial.
ni menunjukkan betapa dinamis dan beradaptasinya teknologi blockchain, dan bagaimana keputusan kolektif dapat membentuk masa depan industri ini.
Kenapa Bisa Terjadi Hard Fork?
1. Menambahkan Fitur Baru
Salah satu alasan paling umum dari hard fork adalah untuk menambahkan fitur baru yang membutuhkan perubahan struktural pada blockchain. Fitur baru ini mungkin tidak kompatibel dengan versi lama, memaksa terjadinya pemisahan.
2. Mengatasi Masalah Keamanan
Ketika celah keamanan ditemukan, kadang-kadang solusi yang paling efektif untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan hard fork. Hal ini memastikan bahwa seluruh jaringan aman dari serangan yang mungkin memanfaatkan celah tersebut.
3. Peningkatan Kapasitas
Seiring dengan meningkatnya adopsi mata uang kripto, jaringan bisa menjadi penuh dan transaksi bisa menjadi lambat. Dalam beberapa kasus, solusinya adalah melakukan hard fork untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan.
4. Perselisihan Komunitas
Kadang-kadang, komunitas kripto terpecah belah mengenai arah masa depan suatu mata uang kripto. Ketika kompromi tidak dapat dicapai, hard fork bisa menjadi solusi untuk memisahkan kedua kelompok tersebut.
Apa Perbedaan Hard Fork dengan Soft Fork?
Mengerti perbedaan antara hard fork dan soft fork adalah seperti memahami perbedaan antara revolusi dan evolusi dalam dunia politik.
Hard fork adalah perubahan radikal pada protokol blockchain yang membuat blok atau transaksi lama tidak kompatibel dengan versi baru.
Ini berarti bahwa semua node atau pengguna harus memperbarui versi perangkat lunaknya. Jika tidak, mereka tidak akan bisa berinteraksi dengan jaringan. Akibatnya, ada potensi terciptanya dua versi blockchain yang berjalan secara bersamaan.
Soft fork, di sisi lain, adalah perubahan yang masih kompatibel dengan versi lama. Meskipun ada perubahan pada aturan, blok yang dihasilkan oleh perangkat lunak baru masih akan diterima oleh perangkat lunak lama.
Ini lebih bersifat evolutif dan memungkinkan transisi yang lebih halus tanpa memaksa seluruh jaringan untuk segera memperbarui perangkat lunaknya.
Sebagai contoh, bayangkan sebuah buku aturan. Dalam hard fork, halaman baru ditambahkan ke buku tersebut dan semua orang harus memperoleh salinan buku baru.
Sedangkan dalam soft fork, catatan kaki ditambahkan ke halaman yang sudah ada, memperjelas atau memodifikasi aturan, namun buku lama masih bisa digunakan.
0 comments