Jun 30, 2025

Walmart Tetap Fokus Harga Murah Meski Dihantam Tarif dan Ketidakpastian

Default Featured Image

Walmart (WMT.N) pada hari Rabu menegaskan kembali kepercayaannya terhadap strategi harga rendah setiap hari. Perusahaan ini tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan penjualan dan pendapatan untuk tahun penuh, sambil berkomitmen menjaga harga tetap terjangkau meskipun ada kekhawatiran soal kenaikan biaya akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Saham Walmart, yang sempat turun hampir 9% sejak pengumuman gelombang tarif pada 2 April, berhasil pulih dan ditutup naik 9,6% pada Rabu. Kenaikan sekitar 4% terjadi setelah Trump mengumumkan jeda 90 hari untuk sebagian tarif.

Dampak Tarif dan Ketergantungan pada Impor Asia

Outlook mereka lebih baik dari yang diharapkan, mengingat kondisi saat ini, ujar analis dari D.A. Davidson, Michael Baker, di sela-sela pertemuan investor Walmart di Dallas. Fakta bahwa mereka tetap mempertahankan panduan kinerja dipandang sangat positif.

Sebagai importir terbesar barang dalam kontainer di AS, Walmart berpotensi terdampak langsung oleh tarif, terutama dari negara-negara Asia yang memasok berbagai produk mulai dari pakaian hingga mainan. Jeda tarif yang diumumkan Trump pada hari Rabu tidak mencakup tarif untuk China, yang menyumbang sekitar 60% dari total impor Walmart. Vietnam juga masih masuk dalam lima besar negara pemasok utama Walmart, menurut laporan Reuters pada November 2023.

Fokus pada Inventaris dan Efisiensi Biaya

Kami sudah terbiasa menghadapi masa-masa sulit, kata CEO Walmart, Doug McMillon, dalam pertemuan investor dua hari yang dimulai Selasa. Walaupun kami tidak tahu pasti semua yang akan terjadi, kami tahu apa prioritas dan tujuan kami, dan kami akan tetap fokus menjaga harga serendah mungkin, ujarnya. Kami juga akan tetap disiplin dalam mengelola inventaris dan pengeluaran.

McMillon menyebut dirinya belum berbicara dengan Trump soal tarif, dan sejauh pengetahuannya, perusahaan belum membatalkan pesanan dari luar negeri. Walmart juga belum mengeluarkan arahan untuk mengurangi pesanan pada kategori produk tertentu. Ia menambahkan, perusahaan relatif terlindungi karena lebih dari dua pertiga produk yang dijual berasal dari dalam negeri.

Aku sedang berbicara dengan para pembeli kategori kami akhir-akhir ini dan cukup tahu arah pemikiran mereka. Kami punya rencana untuk dijalankan. Natal akan tetap ada, dan orang-orang akan tetap merayakannya.

Penjualan Volatil dan Proyeksi yang Masih Dijaga

Sebelumnya pada hari Rabu, Walmart mengumumkan tetap mempertahankan proyeksi penjualan kuartal pertama. Namun, perusahaan mengakui bahwa rentang kemungkinan untuk pertumbuhan pendapatan operasional kuartal ini kini semakin lebar karena berbagai faktor, termasuk kebutuhan untuk menurunkan harga demi menyeimbangkan efek tarif atas barang impor.

Pada Februari lalu, Walmart memperkirakan pendapatan operasional yang disesuaikan akan tumbuh antara 0,5% hingga 2% di kuartal pertama. Meski begitu, perusahaan belum memberikan pembaruan angka terbaru.

Orang bisa saja bertanya, kenapa kami tidak menarik kembali panduan tersebut. Tapi kami belum cukup tahu untuk bilang bahwa kami tidak akan mencapainya tahun ini. Sikap kami adalah kami belum menyerah, ujar manajemen Walmart.

CFO Walmart, John David Rainey, menyampaikan bahwa banyak pertimbangan yang digunakan saat menyusun proyeksi sebelumnya kini telah berubah. Pendapatan operasional kini lebih sulit diprediksi, katanya.

Walmart mulai melihat perilaku belanja yang tidak menentu sejak Februari, sebagian dipicu ketidakpastian tarif dan faktor lain seperti cuaca dingin. Penjualan di bulan Maret masih sesuai rencana, tetapi sangat fluktuatif, naik di satu pekan dan turun di pekan berikutnya. 

Sementara itu, Rainey memperkirakan April akan menjadi bulan dengan penjualan tertinggi dalam kuartal ini, sebagian karena perayaan Paskah tahun ini jatuh di bulan April, bukan Maret seperti tahun lalu.

Trump pada hari Rabu mengatakan akan menurunkan sementara tarif baru terhadap banyak negara, meskipun justru menaikkan tarif terhadap impor dari China, sebuah langkah tiba-tiba yang mengejutkan banyak pihak.

Aku tetap berpegang pada rencana kami, ujar McMillon kepada para investor, analis, dan jurnalis, sebelum pengumuman jeda 90 hari dari Trump. Aku pernah melihat kami melalui masa-masa seperti pasca 9/11, krisis finansial global, pandemi, dan baru-baru ini inflasi tinggi. Walaupun dalam jangka pendek kami tidak kebal, tidak ada hal dalam situasi saat ini yang mengubah bisnis atau strategi kami, tambahnya.

Walmart Tetap Fokus Harga Murah Meski Dihantam Tarif dan Ketidakpastian
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan