Jun 30, 2025

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Default Featured Image

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.

Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.

Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor Biasa

Selama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.

Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.

Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun “pipa teknologi” yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Charles Schwab Siap Masuk Spot Crypto dalam 12 Bulan

Sementara itu, Charles Schwab tak mau ketinggalan. CEO-nya, Rick Wurster, secara terbuka menyatakan bahwa perusahaannya tengah bersiap untuk menawarkan spot crypto trading dalam waktu 12 bulan, tergantung dari arah angin regulasi.

Selama ini Schwab memang hanya bermain di jalur tak langsung, seperti ETF dan dana indeks berbasis blockchain. Tapi langkah diam-diam mereka termasuk keterlibatan dalam peluncuran EDX Markets, bursa kripto non-kustodian yang dibentuk bersama Fidelity dan Citadel membuktikan bahwa strategi mereka matang dan terukur.

Jika integrasi spot crypto berjalan mulus, maka Schwab bisa menjadi penghubung langsung antara ritel konservatif dan ekosistem aset digital.

Dampaknya ke Pasar Coinbase dan Robinhood Ketar-Ketir

Berita ini bukan hanya kabar baik untuk Bitcoin. Ini juga alarm bagi platform-platform kripto yang selama ini menikmati dominasi ritel, seperti Coinbase dan Robinhood.

Terbukti, saham Robinhood langsung turun tak lama setelah berita ekspansi kripto Morgan Stanley mencuat. Investor menyadari: dengan nama-nama besar Wall Street ikut bermain, pasar retail akan memiliki lebih banyak opsi yang lebih teregulasi, lebih terpercaya, dan lebih terintegrasi dengan portofolio konvensional mereka.

Regulator Mulai Lunak, Institusi Kian Serius

Langkah Morgan Stanley dan Schwab juga mencerminkan sinyal baru dari regulator AS yang mulai melonggarkan ketegangan terhadap keterlibatan bank di dunia kripto. Setelah tahun-tahun penuh tarik-ulur dengan SEC dan berbagai gugatan hukum, kini lanskap hukum mulai mendukung pendekatan “integrasi terkendali” terhadap aset digital.

Ini memberi ruang napas bagi lembaga keuangan tradisional untuk membangun layanan kripto tanpa harus takut melanggar hukum yang kabur.

Bitcoin $97K Tanda atau Kebetulan?

Lonjakan harga Bitcoin ke hampir $97.000 bukan sekadar “noise.” Ini adalah respons pasar terhadap narasi besar yang sedang dibangun: kripto bukan lagi pinggiran. Kripto adalah masa depan keuangan arus utama.

Dan yang menarik: harga ini tercapai bukan karena Elon Musk mencuit, bukan karena FOMO TikTok, tapi karena institusi keuangan terbesar AS mulai benar-benar masuk.

Arah Baru Investasi Ritel?

Dengan raksasa seperti Morgan Stanley dan Schwab membuka akses kripto, kemungkinan besar tahun-tahun ke depan akan menjadi titik balik adopsi ritel secara besar-besaran. Investor tidak perlu lagi membuka akun di bursa kripto khusus cukup login ke akun saham mereka dan beli Bitcoin sebagaimana mereka beli saham Apple.

Normalisasi kripto sebagai bagian dari portofolio akan mempercepat likuiditas, memperluas basis investor, dan memperkuat narasi bahwa Bitcoin dan kripto secara umum bukan spekulasi, tapi kelas aset sah yang sedang naik daun.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan