Jun 30, 2025

Trump Gelar Jamuan untuk Pemegang Meme Coin Konflik Kepentingan atau Strategi Kripto?

Default Featured Image

Tanggal 22 Mei 2025 akan menandai momen ganjil namun signifikan dalam sejarah keuangan politik Amerika: jamuan eksklusif yang digelar oleh mantan Presiden Donald Trump, bukan untuk para pejabat tinggi negara atau pengusaha raksasa Wall Street, melainkan untuk para pemegang meme coin mata uang kripto yang, setidaknya secara nama dan branding, berafiliasi langsung dengan dirinya.

Acara yang disebut sebagai “Trump’s Meme Coin Dinner” ini akan berlangsung di Washington, D.C., dengan dugaan kuat akan diadakan di dalam Gedung Putih. Ini bukan sekadar gala dinner.

Ini adalah pesta kontroversial yang telah memicu gelombang kritik, tudingan konflik kepentingan, hingga ancaman stagnasi legislasi di Kongres AS.

$148 Juta untuk Duduk Semeja dengan Trump

Dilaporkan, sebanyak 220 orang pemilik dompet kripto dengan kepemilikan token TRUMP terbanyak diundang untuk hadir dalam acara tersebut. Berdasarkan data blockchain, para tamu ini secara kolektif telah menggelontorkan dana lebih dari $148 juta ke dalam token tersebut.

Di antara mereka, terdapat tokoh-tokoh industri seperti Kain Warwick (pendiri Synthetix), Vincent Deriu (konsultan independen), serta Vincent Liu (CIO Kronos Research, Taiwan). Bahkan ada peserta seperti Morten Christensen, yang dilaporkan hanya membayar $1.200 namun berhasil masuk dalam 220 teratas.

Namun, setengah dari dompet yang memenuhi syarat disebut-sebut berasal dari luar negeri. Dan di sinilah masalah mulai membesar.

Ketika Politik dan Kripto Bercampur Risiko atau Strategi?

Bagi banyak anggota parlemen, terutama dari Partai Demokrat, ini bukan sekadar pesta. Ini adalah simbol bagaimana kekuasaan dan aset digital kini bisa terhubung secara langsung tanpa pagar pembatas.

Kekhawatiran mereka terletak pada transparansi dan potensi bribery by blockchain, di mana individu, termasuk dari negara asing, bisa “membeli akses” kepada kepala negara tanpa audit publik.

Seorang pejabat dari Partai Demokrat bahkan menyebut ini sebagai “cara resmi melakukan korupsi.” Mereka bersikeras bahwa selama praktik semacam ini dibiarkan, mereka tidak akan menyetujui legislasi apa pun yang berkaitan dengan aset digital, termasuk RUU stablecoin dan RUU struktur pasar kripto (Market Structure Bill) yang sedang dibahas di Kongres dan DPR.

GENIUS Act di Tengah Api

Salah satu RUU yang menjadi korban tarik-ulur ini adalah GENIUS Act, yang digadang-gadang sebagai pondasi regulasi stablecoin di AS. Sebelum jamuan makan malam dilaksanakan, RUU ini dijadwalkan untuk dilakukan pemungutan suara.

Namun, Partai Demokrat memilih hold. Mereka menuduh bahwa perubahan arah kebijakan pro-kripto di bawah administrasi Trump adalah bagian dari strategi self-enrichment, mengingat investasi terbuka keluarga Trump dalam dunia kripto.

Sementara itu, Partai Republik, termasuk Ketua DPR Mike Johnson, tampak memilih jalur “diam dan jalan terus”. Johnson bahkan menyatakan dirinya “bukan ahli dalam hal itu,” ketika ditanya tentang potensi konflik kepentingan.

Apakah Token TRUMP adalah Mata Uang Lobi Baru?

Menariknya, para pemegang token yang hadir tidak semua datang dengan niat politis. Vincent Liu, misalnya, mengaku bahwa keputusannya membeli TRUMP token adalah “murni strategi pasar,” berdasarkan potensi pertumbuhan, relevansi budaya, dan momentum awal.

Namun tetap saja, sulit untuk tidak melihat dinamika ini sebagai eksperimen besar: apakah kripto bisa menjadi alat lobi masa depan?

Perusahaan seperti Freight Technologies bahkan menyatakan bahwa mereka menginvestasikan $20 juta ke dalam token TRUMP karena berharap bisa mempengaruhi arah kebijakan perdagangan AS-Meksiko.

Dan GD Culture Group memasukkan TRUMP token ke dalam rencana cadangan kripto senilai $300 juta mereka.

Protes dan Tekanan Politik di Horizon

Kelompok oposisi tidak tinggal diam. Cabang Partai Demokrat di Arlington, Virginia, mengumumkan aksi protes terbuka pada hari penyelenggaraan jamuan makan malam, dengan membawa pesan bahwa Gedung Putih “bukanlah pasar saham pribadi.”

Mereka khawatir bahwa aset digital bisa menjadi jalur belakang untuk mempengaruhi kebijakan nasional.

Ketika Kripto Bertemu Gedung Putih

Trump’s Meme Coin Dinner bukan hanya pesta mewah ini adalah panggung utama bagi drama politik baru yang akan membentuk masa depan regulasi kripto di AS. Apakah kripto akan menjadi alat demokratisasi ekonomi atau justru senjata elit baru?

Satu hal yang pasti: apa yang terjadi pada 22 Mei bukan hanya tentang makan malam. Ini adalah tentang siapa yang duduk di meja, dan mengapa mereka ada di sana.

Trump Gelar Jamuan untuk Pemegang Meme Coin Konflik Kepentingan atau Strategi Kripto?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan