Jun 29, 2025

Solana Ubah Model Ekonomi, Kurangi Tekanan Jual Tapi Picu Risiko Sentralisasi

Default Featured Image

Dua dokumen utama Solana Improvement Documents (SIMD), yaitu SIMD 096 dan SIMD 0228, berperan penting dalam mengubah cara jaringan mendistribusikan biaya transaksi serta bagaimana inflasi menyesuaikan dengan partisipasi staking. Solana telah menerapkan SIMD 096 pada 12 Februari, yang mengubah mekanisme pembakaran biaya transaksi.

Sebelumnya, 50% dari biaya prioritas dibakar, sementara sisanya didistribusikan ke validator dan staker. Dalam sistem baru, 100% biaya prioritas diberikan kepada validator, meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi insentif untuk kesepakatan perdagangan di luar jaringan antara trader dan validator.

Dengan memperkuat eksekusi on-chain, perubahan ini menyelaraskan insentif pemrosesan transaksi dengan keamanan jaringan.

Proposal lain, SIMD 0123, mengusulkan agar validator wajib mendistribusikan biaya prioritas kepada staker berdasarkan tingkat komisi yang dapat diverifikasi. Saat ini, biaya prioritas yang mencakup 40% dari semua biaya transaksi Solana yang tidak wajib dibagikan kepada staker.

Beberapa validator secara sukarela membagikan sebagian biaya ini, tetapi banyak yang tetap menyimpannya. Jika SIMD 0123 disetujui, distribusi pendapatan validator akan menjadi lebih terstruktur, meningkatkan reward bagi staker tetapi berpotensi mengurangi profitabilitas validator.

Penyesuaian Inflasi Berbasis Staking untuk Mengurangi Tekanan Jual

Meskipun implementasi SIMD 096 bertujuan untuk meningkatkan insentif validator dan mencegah kesepakatan di luar jaringan, kebijakan ini justru meningkatkan tingkat inflasi tahunan Solana sebesar 30% dalam satu minggu setelah diterapkan.

Sementara itu, SIMD 0228 memperkenalkan mekanisme penyesuaian dinamis terhadap tingkat inflasi Solana berdasarkan partisipasi staking. Saat ini, inflasi Solana berada di 4,7% dan berkurang 15% per tahun hingga mencapai batas minimum 1,5%. Dalam model baru yang diusulkan, inflasi akan menurun jika lebih banyak SOL yang di-stake, mengurangi tekanan jual dari staker yang memperlakukan reward sebagai pendapatan.

Sigel menjelaskan bahwa jika 63% SOL di-stake, inflasi akan turun menjadi 0,93%. Jika partisipasi staking meningkat menjadi 65%, inflasi bisa turun lebih jauh ke 0,87%. Sebaliknya, jika partisipasi staking turun menjadi 50%, inflasi akan meningkat menjadi sekitar 1,32%.

Mekanisme ini bertujuan untuk menyeimbangkan penerbitan token dengan permintaan staking, menjaga keamanan jaringan sambil mengurangi dilusi yang tidak perlu. Pemungutan suara untuk SIMD 0228 dijadwalkan berlangsung pada epoch 753, yang dimulai pada 6 Maret.

Tantangan Keberlanjutan Validator dan Risiko Sentralisasi

Meskipun tekanan jual berkurang, Sigel menyoroti bahwa perubahan ini bisa berdampak besar pada pendapatan validator. Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa pendapatan validator bisa turun hingga 95%, yang dapat membuat operasi menjadi tidak berkelanjutan bagi validator kecil.

Biaya menjalankan validator Solana mencakup pengeluaran tetap seperti biaya voting, yang mencapai sekitar 1,1 SOL per hari atau sekitar $58.000 per tahun, serta biaya perangkat keras sekitar $6.000 per tahun.

Saat ini, Solana memiliki 1.323 validator, tetapi hanya 458 yang memiliki lebih dari 100.000 SOL dalam stake, yang dianggap sebagai ambang batas profitabilitas. Kekhawatiran tentang keberlanjutan validator kecil memicu diskusi lebih lanjut tentang desentralisasi jaringan.

Jika validator kecil menjadi tidak menguntungkan dan terpaksa menghentikan operasinya, jaringan bisa semakin terkonsolidasi di sekitar entitas besar seperti Coinbase dan Binance. Beberapa anggota komunitas menyarankan pengurangan biaya voting sebagai langkah mitigasi untuk mempertahankan jaringan yang lebih terdesentralisasi.

Menentukan jumlah validator yang optimal untuk jaringan terdesentralisasi memerlukan keseimbangan. Jumlah validator yang lebih sedikit bisa meningkatkan efisiensi, tetapi juga dapat menimbulkan risiko sentralisasi.

Sigel menegaskan bahwa kondisi pasar pada akhirnya akan membentuk partisipasi validator, dengan penyesuaian protokol yang memengaruhi insentif dalam jangka panjang. Ia juga menambahkan:

> “Meskipun perubahan ini mungkin mengurangi reward staking, kami percaya bahwa menurunkan inflasi adalah tujuan yang layak untuk memperkuat keberlanjutan jangka panjang Solana. Mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dan dapat diprediksi dapat mendukung nilai SOL dengan mengurangi dilusi dan tekanan jual.”

Ia juga menyatakan dukungannya terhadap keberanian Solana dalam bereksperimen dengan berbagai model ekonomi serta menyesuaikan protokol untuk menyeimbangkan insentif dan kesehatan jaringan.

Solana Ubah Model Ekonomi, Kurangi Tekanan Jual Tapi Picu Risiko Sentralisasi
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan