Jun 29, 2025

Serangan Deepfake Meningkat! Perusahaan Kripto Jadi Target Utama di 2024

Default Featured Image

Serangan deepfake berbasis audio dan video semakin menjadi ancaman serius bagi industri kripto. Laporan terbaru dari firma forensik Regula mengungkapkan bahwa lebih dari 57% perusahaan kripto menjadi korban penipuan audio deepfake, sementara 53% tertipu oleh video deepfake sepanjang tahun ini.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata lintas sektor yang berada di 49%. Dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin canggih, ancaman ini tidak hanya mengincar perusahaan keuangan tradisional, tetapi juga komunitas kripto yang bergantung pada komunikasi digital dan transaksi daring.

Perusahaan Kripto di Garis Depan Serangan Deepfake

Serangan deepfake mengalami lonjakan signifikan sejak 2022, dengan peningkatan tajam dalam frekuensi penipuan:

* Audio deepfake naik dari 37% menjadi 49%
* Video deepfake melonjak dari 29% menjadi 49%

Perusahaan kripto kini berada di posisi teratas bersama penegak hukum sebagai industri paling terdampak oleh penipuan berbasis suara palsu. Selain itu, sektor ini juga menempati peringkat ketiga tertinggi dalam kasus video deepfake, menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini terhadap ekosistem aset digital.

Lebih lanjut, 53% perusahaan kripto juga menjadi korban penipuan identitas sintetis, di mana pelaku menggunakan kombinasi metode deepfake untuk menyamar sebagai individu lain. Jumlah ini melampaui rata-rata industri (47%) dan sejajar dengan sektor keuangan, teknologi, serta penerbangan.

Kerugian Finansial Capai Ratusan Ribu Dolar

Dampak finansial dari serangan ini pun tidak bisa dianggap enteng. Rata-rata kerugian akibat deepfake di tujuh industri yang disurvei mencapai $450.000, sementara industri kripto mencatat kerugian sedikit lebih rendah, yaitu sekitar $440.116 per perusahaan tahun ini.

Meskipun lebih rendah dari sektor keuangan dan telekomunikasi, kerugian industri kripto tetap menempati peringkat ketiga tertinggi secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan-perusahaan kripto memiliki langkah mitigasi, mereka masih rentan terhadap serangan berbasis AI.

Kasus-Kasus Deepfake yang Mengguncang Industri Kripto

Meningkatnya ancaman deepfake ini bukan sekadar teori. Beberapa kasus nyata dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan dampak besar dari teknologi ini:

Juni 2024 – Seorang pengguna OKX kehilangan $2 juta dalam penipuan deepfake yang memanfaatkan AI generatif.
Agustus 2024 – Firma keamanan blockchain Elliptic memperingatkan investor kripto tentang video deepfake terkait pemilu AS yang bertujuan memanipulasi pasar.
Oktober 2024 – Pihak berwenang Hong Kong membongkar sindikat deepfake yang mencuri $46 juta dari korban menggunakan profil palsu berbasis AI.

Industri Kripto Siap Melawan, Tapi Cukupkah?

Survei Regula menunjukkan bahwa 69% perusahaan kripto menyadari ancaman serius dari deepfake video, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata lintas industri yang hanya 59%.

Namun, seiring semakin canggihnya AI, apakah upaya industri cukup untuk mengatasi ancaman ini? Pakar keamanan siber menilai bahwa sistem verifikasi berbasis blockchain dapat menjadi solusi, tetapi implementasinya masih terbatas.

“Teknologi blockchain dapat digunakan untuk mengautentikasi identitas dan memastikan bahwa video atau audio yang beredar itu asli. Tapi saat ini, mayoritas perusahaan masih mengandalkan metode verifikasi tradisional yang mudah ditembus deepfake,” kata seorang analis keamanan dari Elliptic.

Masa Depan: Apakah Deepfake Akan Mengancam Adopsi Kripto?

Dengan meningkatnya kasus penipuan berbasis AI, ada kekhawatiran bahwa kepercayaan publik terhadap industri kripto bisa terguncang. Keamanan digital menjadi faktor utama dalam adopsi kripto, dan jika serangan ini terus berlanjut, bisa saja regulator semakin memperketat aturan, menghambat pertumbuhan industri ini.

Namun, komunitas kripto juga terkenal adaptif. Jika perusahaan dapat mengembangkan teknologi deteksi deepfake yang lebih kuat dan mempercepat adopsi solusi berbasis blockchain, ancaman ini mungkin bisa ditekan.

Apakah deepfake akan menjadi ancaman terbesar bagi dunia kripto? Atau justru menjadi katalisator bagi inovasi keamanan digital? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Apa pendapatmu? Haruskah industri kripto mempercepat perlindungan dari serangan deepfake?

Serangan Deepfake Meningkat! Perusahaan Kripto Jadi Target Utama di 2024
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan