Jun 29, 2025

Sentimen Kripto Merosot Menjadi ‘Extreme Fear’ Karena Trump Mengatakan Tarif Masih Berlaku

Default Featured Image

Sentimen pasar crypto mengalami penurunan tajam dalam 24 jam terakhir, seiring dengan melemahnya pasar secara keseluruhan setelah Presiden AS, Donald Trump, kembali menegaskan bahwa tarif yang direncanakan untuk Meksiko dan Kanada tetap akan diberlakukan.

Indeks Fear & Greed Crypto, yang mengukur sentimen pasar dalam skala 0 hingga 100, turun menjadi 25 pada 25 Februari, menunjukkan kondisi “Ketakutan Ekstrem.” Angka ini merosot 24 poin dari hari sebelumnya, di mana indeks masih berada di level 49 atau “Netral.”

Keadaan ini terjadi setelah Trump, dalam konferensi pers pada 24 Februari bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, menegaskan bahwa tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap diterapkan sesuai rencana. Tarif ini pertama kali diumumkan pada 1 Februari, mencakup pajak 25% untuk sebagian besar impor dari kedua negara, kecuali sektor energi Kanada yang dikenakan tarif 10%. Selain itu, impor dari China juga akan dikenakan pajak tambahan sebesar 10%.

Sejak pengumuman tersebut, harga Bitcoin (BTC) turun dari sekitar $105.000 menjadi $92.900, sementara lebih dari $2,2 miliar Ether (ETH) dilikuidasi akibat kekhawatiran trader terhadap potensi perang dagang, menyusul rencana Kanada dan Meksiko untuk menerapkan tarif balasan terhadap AS.

Beberapa hari kemudian, pada 3 Februari, Trump menyetujui penundaan tarif selama 30 hari setelah Kanada dan Meksiko setuju untuk meningkatkan perlindungan perbatasan. Namun, ia kini kembali menegaskan bahwa tarif tersebut akan tetap diberlakukan sesuai jadwal setelah masa penangguhan berakhir pada awal bulan depan.

Pasar crypto sebelumnya juga sempat terguncang akibat kebijakan tarif Trump lainnya. Bitcoin mengalami penurunan pada 9 Februari setelah Trump mengumumkan tarif 25% untuk impor aluminium dan baja, serta kembali melemah pada 13 Februari ketika ia menandatangani perintah eksekutif untuk menerapkan kebijakan tarif timbal balik dalam skala luas.

Terakhir kali indeks sentimen crypto mencapai level “Ketakutan Ekstrem” (skor 25 atau lebih rendah) adalah pada 7 September, ketika harga Bitcoin anjlok menjadi sekitar $54.000 setelah mengalami penurunan sebesar 7% dalam dua hari sebelumnya.

Saat ini, Bitcoin mengalami penurunan 4,5% dalam 24 jam terakhir, turun di bawah $92.000, level terendah sejak akhir November menurut CoinGecko. Pasar crypto secara keseluruhan juga mengalami tekanan signifikan dalam sehari terakhir, dengan total kapitalisasi pasar menyusut hampir 8%, dari lebih $3,31 triliun menjadi sekitar $3,09 triliun.

Selain itu, pasar saham AS juga ikut melemah, dengan indeks S&P 500 mengalami penurunan 2,3% dalam lima hari perdagangan terakhir, sementara Nasdaq Composite turun 4% dalam periode yang sama.

Sentimen Kripto Merosot Menjadi ‘Extreme Fear’ Karena Trump Mengatakan Tarif Masih Berlaku
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan